Stasiun Gambir (GMR) (atau juga disebut Stasiun Jakarta Gambir) adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di Gambir, Gambir, Jakarta Pusat, tepatnya di timur Monumen Nasional (Monas), serta terhubung dengan akses jalan menuju Monas. Stasiun yang terletak pada ketinggian +16 meter ini termasuk ke dalam Daerah Operasi 1 Jakarta dan sebagai salah satu dari lima stasiun kereta api utama di Provinsi DKI Jakarta. Lokasi stasiun juga terletak di sebelah barat Gedung Kwartir NasionalPramuka serta Gereja Immanuel Gambir. Stasiun ini melayani kereta api antarkota kelas eksekutif beserta sebagian kecil kelas campuran menghubungkan Jabodetabek dengan Cirebon, Semarang, Surabaya di lintas utara, Purwokerto, Yogyakarta, Surabaya di lintas tengah, dan Bandung di lntas selatan Jawa. Stasiun tersebut sebagai penghubung kereta api antarkota tersibuk di Indonesia yang menjadikan sebagai pintu utama dari Jabodetabek menuju berbagai kota di Jawa dengan total 36 keberangkatan per hari.[4]
Pada masa Hindia Belanda, nama stasiun ini adalah Stasiun Weltevreden, yang kemudian berganti nama menjadi Stasiun Batavia Koningsplein setelah dilakukan perbaikan pada dasawarsa 1930-an. Pada dasawarsa 1950-an, nama stasiun ini kembali mengalami perubahan menjadi Stasiun Gambir dan kemudian dilakukan perbaikan besar-besaran menjadi stasiun jalur layang pada tahun 1988 hingga tahun 1992. Pasca hari raya Idulfitri tahun 2012, stasiun ini tidak melayani pemberhentian layanan Commuter Line kecuali dalam keadaan mendesak maupun gangguan operasi di petak antara Stasiun Juanda dan Gondangdia.[5] Di Stasiun Gambir tersedia layanan bus DAMRI yang mana salah satu rute yang dimilikinya menuju Bandara Soekarno-Hatta.
Sejarah
Stasiun atas tanah (1871–1992)
Stasiun ini merupakan stasiun kereta api yang terletak di ruas pertama jalur kereta api Batavia–Buitenzorg yang diresmikan oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), yaitu ruas Batavia–Weltevreden. Pada awalnya, stasiun ini diperkirakan merupakan stasiun kecil (halte) yang diresmikan pada 15 September 1871, bersamaan dengan pembukaan ruas pertama jalur tersebut.[6][7] Halte ini dulu sangat kecil dan sederhana.
Perhentian ini kemudian digantikan dengan Stasiun Weltevreden yang lebih menetap, dibuka pada 4 Oktober 1884 di tempat Stasiun Gambir kini berada.[8] Sampai tahun 1906, stasiun ini merupakan stasiun pemberangkatan untuk tujuan Bandung dan Surabaya. Pada bangunan stasiun ini mempunyai atap yang bertumpu pada bantalan besi cor menurut rancangan Staatsspoorwegen (SS), demikian keterangan pada tahun 1881. NIS hingga saat itu tidak menempatkan atap-atap jenis tersebut, sementara SS telah menempatkannya di beberapa tempat.[9][10]
Pada tahun 1928, setelah pengambilalihan SS pada tahun 1913, stasiun tersebut diperbesar dan pada satu tahun kemudian mengalami perubahan besar-besaran sehingga memiliki gaya bangunan Art Deco. Atap penutup diperpanjang pada tahun 1928 hingga ke sisi utara sepanjang 55 meter. Pada 16 November 1937, stasiun tersebut diresmikan sebagai Stasiun Batavia Koningsplein dan nama stasiun pun kemudian diubah menjadi Stasiun Gambir per tahun 1950.[10][11][12]
Stasiun ini tidak mengalami perubahan bentuk setelah kemerdekaan Indonesia hingga pada pertengahan dasawarsa 1980-an.
Jalur layang dan masa depan (1992-sekarang)
Pada Februari 1988, bersamaan dengan pembangunan jalur layang Jakarta Kota–Manggarai, stasiun lama yang berlanggam Art Deco peninggalan Hindia Belanda dibongkar dan diganti dengan bangunan baru yang masih ada hingga saat ini. Pada 5 Juni 1992, PresidenSoeharto beserta ibu negara Siti Hartinah dan jajaran pemerintahan meresmikan Stasiun Gambir baru dengan menaiki KRL dari Stasiun Gambir menuju Stasiun Jakarta Kota.[13] Terdapat 4 jalur di Stasiun Gambir saat sudah menjadi jalur layang, dan bangunan stasiun ini sepenuhnya modern dengan sentuhan panel berwarna hijau pupus yang sampai hari ini masih dipertahankan. Warna cat tidak mengalami perubahan, hanya tiang peron saja yang mengalami pewarnaan ulang menjadi hijau lumut. Proyek ini telah menghabiskan dana sebesar Rp432,5 miliar rupiah dan belum sepenuhnya selesai pada saat diresmikan, hingga akhirnya bisa beroperasi penuh setahun kemudian.[14][15] Setelah pembangunan stasiun layang selesai, jalur kereta di bawah mulai dicabut dan kawasan yang pada awalnya merupakan emplasemen Stasiun Gambir lama sudah beralih menjadi halaman parkir mobil mulai tahun 1994.
Berdasarkan rencana induk yang dibuat oleh Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, stasiun ini direncanakan untuk digunakan sebagai stasiun khusus pemberhentian KRL saja. Rencana induk tersebut kembali muncul ketika Stasiun Manggarai direncanakan untuk digunakan sebagai stasiun pemberhentian akhir kereta api penumpang non-KRL, yang bertujuan untuk mengurangi kepadatan antrean kereta api penumpang di jalur layang yang terkadang mengganggu perjalanan KRL Commuter Line. Sebagai akibat dari rencana tersebut, maka Kemenhub memutuskan untuk memisahkan jalur kereta api non-KRL dan KRL Commuter Line setelah pembangunan stasiun tersebut selesai.[16][17] Dengan selesainya pembangunan stasiun tersebut sebagai stasiun sentral, nantinya semua kereta penumpang antarkota yang memiliki stasiun ujung di Stasiun Gambir akan dipindahkan ke Stasiun Manggarai pada tahun 2025.[18][19]
Mulai Februari 2022 sistem persinyalan elektrik lama produksi Siemens tipe SSI di sepanjang jalur layang tersebut sudah digantikan dengan yang terbaru produksi PT Len Industri.
Bangunan dan tata letak
Stasiun Gambir memiliki empat jalur kereta api dengan jalur 2 dan 3 merupakan sepur lurus. Di lahan bekas stasiun yang lama, terdapat 2 buah rel dengan bantalan besi. Diketahui, rel tersebut terpasang sejak 2010-an, dan direncanakan akan digunakan untuk restoran. Namun, hal tersebut tidak jadi dilaksanakan.
Stasiun ini terdiri dari tiga tingkat. Aula utama, loket, restoran, toko, serta mesin ATM terdapat pada tingkat pertama. Tingkat kedua adalah ruang tunggu dengan beberapa restoran cepat saji dan kafetaria, sedangkan peron dan jalur kereta berada pada tingkat ketiga. Karena stasiun ini termasuk stasiun besar, maka pengumuman diberitahukan dengan menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan Inggris.
Saat Ignasius Jonan menjabat sebagai Direktur UtamaPT Kereta Api Indonesia, sempat direncanakan untuk membuat sebuah restoran dengan menggunakan unit kereta asli di area parkiran Stasiun Gambir. Calon rel pun sudah selesai dipasang, dan rencananya akan menggunakan unit bekas KRL Rheostatik angkatan tahun 1978 dari Stasiun Purwakarta sebagai restorannya. Calon unit KRL Rheostatik yang akan dipakai ini sempat dipisahkan dengan tumpukan-tumpukan KRL afkir lainnya dan disimpan di dalam depo lokomotifPurwakarta, karena rencananya akan dibawa ke Stasiun Gambir. Namun, rencana restoran ini tidak pernah terealisasikan, hanya relnya saja yang sempat dipasang. Calon unit KRL Rheostatik yang sudah disimpan di dalam depo lokomotifPurwakarta pun juga tidak pernah dibawa kesini, dan berakhir dirucat seperti unit-unit KRL Rheostatik afkir lainnya. Bekas calon rel untuk restoran ini masih terlihat pada tahun 2018, hingga akhirnya dibongkar pada suatu waktu.
Stasiun ini kini dilengkapi dengan Rail Transit Suite, yaitu hotel transit dikelola KAI Wisata khusus untuk para penumpang kereta api yang hendak beristirahat serta kamar mandi untuk para penumpang kereta api yang hendak mandi setelah kereta api sampai di tujuan.[20]
Pada 28 September 2022, PT Kereta Api Indonesia (Persero) telah melakukan uji coba sistem pengenalan wajah pada proses keberangkatan kereta api antarkota di Stasiun Bandung dan per 10 Juli 2023, Stasiun Gambir sudah menerapkan sistem tersebut bersama sembilan stasiun KA utama Pulau Jawa lainnya seperti Stasiun Cirebon, Semarang Tawang, serta Surabaya Pasarturi di lintas utara, sedangkan di jalur tengah Pulau Jawa seperti Stasiun Purwokerto, Yogyakarta, Solo Balapan, Madiun, Surabaya Gubeng, dan Malang.[21] Pada 1 September 2023, Stasiun Gambir mengubah pola keberangkatan dimana pintu selatan stasiun dikhususkan untuk penumpang yang menggunakan sistem pengenalan wajah setelah mendaftar melalui aplikasi Access by KAI maupun loket pendaftaran di stasiun, sedangkan pintu utara stasiun hanya dikhususkan bagi penumpang menggunakan cara konvensional, yakni membawa kertas boarding pass, e-tiket dari pihak ketiga beserta KTP yang berlaku. Sekarang sistem pengenalan wajah sudah diterapkan di pintu utara stasiun.[22]
Ciri khas
Stasiun Gambir memiliki ciri khas berupa bel bersuara lagu instrumental "Kicir-Kicir" yang sering diputar pada setiap kedatangan kereta api antarkota.
Layanan kereta api
Berikut ini adalah layanan kereta api yang berhenti di stasiun ini sesuai Gapeka 2023.[4]
^Sugiana, A.; Lee, Key-Seo; Lee, Kang-Soo; Hwang, Kyeong-Hwan; Kwak, Won-Kyu (2015). "Study on Interlocking System in Indonesia"(PDF) (46). Korean Society for Railways. Diarsipkan(PDF) dari versi asli tanggal 2020-02-27. Diakses tanggal 2020-05-09.
^Burgerlijke Openbare Werken (1896). Statistiek van het vervoer op de spoorwegen en tramwegen met machinale beweegkracht in Nederlandsch-Indië. Batavia: Landsdrukkerij.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Untuk melihat daftar stasiun secara lengkap, dapat mengklik "(Kategori/Daftar)" pada masing-masing daerah atau pranala artikel. Templat ini meringkas daftar stasiun yang dioperasikan oleh KAI (hanya stasiun utama yang diswakelola oleh perusahaan induk) dan operator KA lainnya (hanya pranala).
Baca informasi lainnya yang berhubungan dengan : Stasiun Gambir
Stasiun Stasiun Bandung Stasiun Padalarang Stasiun Hachioji Stasiun Telagamurni Stasiun Malang Stasiun Tanggung Stasiun Medan Stasiun Kadokangabus Stasiun Batang Stasiun Kertapati Stasiun Harajuku Stasiun Halim Stasiun Tanjungkarang Stasiun Cirebon Stasiun Parung Panjang Stasiun Gambir Stasiun televisi Stasiun Jember Stasiun Pasar Senen Stasiun Alastua Stasiun Nagreg Stasiun kereta api Stasiun Tegalluar Stasiun Pasarnguter Stasiun Batu Ceper Stasiun Jatinegara Stasiun Cipeundeuy Stasiun Semarang Tawang Stasiun Ikebukuro Papan nama stasiun Stasiun Magelang Kota Stasiun Bantul Stasiun Jurangmang…
u Stasiun Tainan Stasiun Bekasi Timur Stasiun Sedayu Stasiun Tigaraksa Stasiun Batavia (disambiguasi) Stasiun Pogajih Stasiun Solo Jebres Stasiun Airtuba Stasiun Rantau Prapat Stasiun Tagogapu Stasiun Siantar Stasiun Tanjung Priok Stasiun Mejiroyamashita Stasiun Binjai Stasiun MRT Braddell Stasiun Kudus Stasiun Sukatani Stasiun Kataseyama Stasiun Leles Stasiun Brambanan Stasiun Surabayan Stasiun Wonokromo Stasiun Kiaracondong Stasiun Karangenda Stasiun Semarang Poncol Stasiun Tanah Abang Stasiun Gandrungmangun Stasiun Banyuwangi Kota Stasiun Arjasa Stasiun Situbondo Stasiun Pulau Aie Stasiun Sudirman Baru Stasiun Surabaya Kota Stasiun Warungdowo Stasiun Bangoduwa Stasiun Pondok Cina Stasiun Bandara Kualanamu Stasiun Purwosari Stasiun Solo Kota Stasiun Bumiwaluya Stasiun Kyoto Stasiun Lubuklinggau Stasiun Banyuwangi Stasiun Bojonggede Stasiun Lebakjero Stasiun Muaro Kalaban Stasiun Sudirman Stasiun Gang Sentiong Stasiun Magetan Stasiun Rangkasbitung Stasiun Ngawi Stasiun Patukan Stasiun Ciledug Stasiun Demak Stasiun Solo Balapan Stasiun Karangtalun Stasiun Warungbandrek Stasiun Candimas Stasiun Cirahayu Stasiun Tanjungbalai Stasiun Banjaran (Tegal) Stasiun relai televisi Stasiun Kar