Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Museum Taman Prasasti

Bagian depan Museum Taman Prasasti

Museum Taman Prasasti atau Museum Prasasti adalah sebuah museum cagar budaya peninggalan masa kolonial Belanda yang berada di Jalan Tanah Abang No. 1, Jakarta Pusat. Museum ini memiliki koleksi prasasti nisan kuno serta miniatur makam khas dari 27 provinsi di Indonesia, beserta koleksi kereta jenazah antik. Museum seluas 1,2 ha ini merupakan museum terbuka yang menampilkan karya seni dari masa lampau tentang kecanggihan para pematung, pemahat, kaligrafer dan sastrawan yang menyatu.

Sejarah

Pekuburan orang Eropa di Tanah Abang (litografi oleh Josias Cornelis Rappard, 1881-1889)

Semula Museum Taman Prasasti yang terletak di Jl. Tanah Abang I ini adalah pemakaman umum bernama Kebon Jahe Kober seluas 5,5 ha dan dibangun tahun 1795[1] untuk menggantikan kuburan lain di samping gereja Nieuw Hollandsche Kerk, sekarang Museum Wayang, yang sudah penuh. Makam baru ini menyimpan koleksi nisan dari tahun sebelumnya karena sebagian besar dipindahkan dari pemakaman Nieuw Hollandse Kerk pada awal abad 19. Nisan yang dipindahkan ini ditandai dengan tulisan HK, Hollandsche Kerk. walnya didedikasikan sebagai pemakaman khusus bagi orang asing di Batavia, memiliki sejarah yang kaya dan beragam. Pemakaman ini, yang dikenal dengan nama Kebon Jahe Kober, diresmikan pada tanggal 28 September 1975

Pemakaman ini resmi dibuka pada tanggal 28 September 1797, terletak di Jalan Kerkhoflaan dan memiliki luas total 5,9 hektar, tetapi orang sudah mulai dimakamkan di sini sejak tahun 1795.[2] Ketika memasuki pemakaman, pengunjung mendapat kesempatan langka untuk melihat bagian dari penduduk sejarah Jakarta yang telah lama dari abad ke-18. Pemakaman ini dibangun untuk menampung jumlah kematian yang meningkat akibat wabah penyakit di Batavia. Karena wabah ini, area pemakaman Gereja Belanda Baru (Nieuwe Hollandsche Kerk Belanda, sekarang Museum Wayang), Binnenkerk (Gereja Portugis dalam kota), dan Gereja Sion (Gereja Portugis luar kota) penuh. Saat itu, kota Batavia, yang kini dikenal sebagai Jakarta, mengalami masa yang padat dan tidak sehat, menyebabkan wabah penyakit menyerang banyak warganya. Akibatnya, proses kematian menjadi cepat dan area pemakaman di halaman gereja tidak cukup untuk menampung jumlah makam yang terus bertambah.[3]

Karena itu, beberapa batu nisan dari pemakaman-pemakaman ini dipindahkan ke pemakaman Kebon Jahe Kober.[1] Pemerintah kota kemudian mencari lokasi baru di luar kota, ke arah selatan, untuk mengatasi masalah tersebut. Lokasi pemakaman Kebon Jahe dipilih karena strategis, berdekatan dengan sungai Krukut. Sungai ini dimanfaatkan sebagai jalur transportasi untuk membawa jenazah dan keluarga pengantar menggunakan perahu dari pusat kota menuju Kebon Jahe.[3]

Pemakaman ini awalnya ditujukan untuk pegawai Belanda atau bagi orang-orang yang disetarakan dengan orang Belanda, dan hal ini berlanjut selama pemerintahan VOC, bahkan setelah kedaulatan Indonesia berpindah tangan dari Belanda ke Jepang. Seiring berjalannya waktu, Kebon Jahe Kober menjadi pemakaman yang dianggap bergengsi karena banyak tokoh terkemuka, seperti pejabat penting, pelaku sejarah, dan selebritas pada masanya, dimakamkan di sana. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, taman ini digunakan sebagai pemakaman Kristen. Dalam dua tahun pertama, taman ini dikelola oleh Yayasan Verberg dan selama dua puluh tahun berikutnya dikelola oleh Yayasan Palang Hitam.[3]

Dari tahun 1967 hingga 1975, pemakaman ini dikelola oleh lembaga pemakaman Jakarta. Pada tahun 1975, pemakaman ini ditutup untuk pembangunan kantor walikota Jakarta Pusat. Atas permintaan pemerintah setempat, beberapa jenazah dipindahkan oleh keluarga sedangkan yang lain dibawa ke pemakaman Tanah Kusir di Jakarta Selatan. Banyak batu nisan, patung, dan arca yang dipindahkan dan rusak selama pembangunan kantor tersebut, dan sekarang hanya 32 batu nisan yang tetap berada di posisi aslinya. Ukuran pemakaman juga berkurang dari lahan aslinya yang berukuran 5,9 hektar menjadi 1,3 hektar. Hanya 1.372 dari sekitar 4.200 batu nisan yang dipilih untuk tetap dipertahankan di pemakaman. Pemakaman ini secara resmi diresmikan sebagai Museum Taman Prasasti pada tanggal 9 Juli 1977 oleh Ali Sadikin, mantan gubernur Jakarta. Sejak tahun 2003, museum ini dikelola oleh manajemen Museum Sejarah Jakarta.

Pada tanggal 9 Juli 1977, pemakaman Kebon Jahe Kober dijadikan museum dan dibuka untuk umum dengan koleksi prasasti, nisan, dan makam sebanyak 1.372 yang terbuat dari batu alam, marmer, dan perunggu. Karena perkembangan kota, luas museum ini kini menyusut tinggal hanya 1,3 ha saja.

Koleksi

Tanda HK disertai nomor merupakan petunjuk beberapa nisan yang merupakan pindahan dari pemakaman Gereja Belanda di Kota Tua (sekarang Museum Wayang)

Di museum ini dihimpun berbagai prasasti dari zaman Belanda dan sebelumnya serta makam beberapa tokoh Belanda, Inggris dan Indonesia atau Hindia Belanda seperti:

Galeri

Lihat pula

Rujukan

  • Buku petunjuk pariwisata dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, DKI.
  • Historical Sites of Jakarta. A Heuken SJ. Penerbit Cipta Loka Caraka. Jakarta: 2007

Koordinat: 6°10′18″S 106°49′11″E / 6.17178°S 106.81971°E / -6.17178; 106.81971


  1. ^ Media, Kompas Cyber (2022-02-17). "6 Museum di Jakarta Pusat". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2024-05-22. 
  2. ^ Post, The Jakarta. "Dutch cemetery rich with Jakarta history - Wed, September 10, 2008". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-05-22. 
  3. ^ a b c "Museum Prasasti - Sistem Registrasi Nasional Museum". Sistem Registrasi Nasional Museum Kemdikbud (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-05-22. 

Baca informasi lainnya yang berhubungan dengan : Museum Taman Prasasti

Museum Museum Lampung British Museum Museum Mesir Museum Jerman Museum Västerbottens Museum Vatikan Museum Pergamon Museum Serawak Museum Nasional Indonesia Museum Bali Museum Yugoslavia Museum Altes Museum Manusia Purba Sangiran Museum Olahraga Museum Keraton Yogyakarta Museum Australia Museum Pleret Museum Brunei Museum Guggenheim Museum Nasional Ketransmigrasian Museum Neues Museum Sumatera Utara Museum Maluku Museum Melbourne Museum Aceh Museum Manchester Museum Trowulan Museum Nasional Singapura Museum Norton Simon Museum Indonesia Museum Kailasa Museum Karmawibhangga Museum Kimchi Dafta…

r museum di Provinsi DKI Jakarta Museum Sandi Museum Ukir Nusantara Museum Ashmolean Museum Tembi Museum Arkeologi Istanbul Museum Victoria dan Albert Museum Liangzhu Museum Mandiri Museum Persenjataan Istana Museum Seni Kontemporer Museum Purbakala Muara Kaman Museum Etnografi, Beograd Museum Lambung Mangkurat Museum Fatahillah Museum Mathura Daftar museum di Jawa Tengah Museum Ranggawarsita Museum Kepolisian Negara Republik Indonesia Museum Frida Kahlo Museum Adityawarman Museum Balanga Museum Negeri Mpu Tantular Museum Wayang Museum Van Gogh Museum Deli Serdang Museum Getty Museum Sejarah Alam, London Museum Biologi Universitas Gadjah Mada Museum Kucing Moskow Museum Israel Museum Sakip Sabanci Museum Seni Rupa, Boston Museum Negeri Gayo Museum Amuse Museum Batak, Balige Monmouth Museum Museum 4 Juni Museum Vasa Museum CIA Museum Pusaka Nias Museum der Brotkultur Museum Brooklyn Museum Östasiatiska Museum Affandi Museum Brawijaya Museum Koptik Museum Koleksi dan Galeri Raz Museum Volkenkunde Museum Anti Narkoba Museum Nanjing Museum Mulawarman Garden Museum Museum Universitas Gadjah Mada Museum Shanxi Museum Toleransi Museum Peradaban Asia Museum Transportasi Museum Ningbo Hech

Kembali kehalaman sebelumnya