Bangunan museum bernuansa etnik Jawa-Bali. Di sayap kanan dan kiri terdapat satu bangunan dengan luas masing-masing sebesar 204 m². Di depan bangunan museum terdapat pintu masuk berbentuk mirip candi Bentar dan sebuah monumen bola dunia. Museum ini menampilkan sejarah surat di Indonesia dan prangko di enam ruang pamer.
Museum Prangko buka dari hari Senin sampai Minggu pukul 08.00–16.00 WIB. Tiket masuk museum sebesar lima ribu rupiah, sedangkan tiket masuk TMII sebesar 35 ribu rupiah. Di samping itu, terdapat tiket masuk kendaraan dengan rentang harga Rp10.000–60.000.
Pendirian
Museum Prangko berdiri atas prakarsa Tien Soeharto pada Juni 1981. Gagasan pendirian museum ini muncul ketika ia mengunjungi pameran prangko yang diikuti oleh PT Pos Indonesia dalam acara Jambore Pramuka Asia Pasifik VI di Cibubur, Jakarta. Pendirian museum ini menghabiskan waktu dua tahun dari ide awalnya hingga diresmikan pada 29 September 1983 oleh Presiden Soeharto.[1][2] Museum ini didirikan dengan tujuan untuk memperkenalkan fungsi dan sejarah prangko serta budaya surat menyurat.[3]
Bangunan
Museum Prangko berada di dalam kompleks Taman Mini Indonesia Indah (TMII), yang terletak di Jalan Raya Taman Mini, Jakarta Timur, DKI Jakarta.[2] Museum ini menempati lahan seluas 9.590 m², sedangkan luas bangunan 2.033 m².[4] Di sayap kanan dan kiri terdapat satu bangunan yang masing-masing memiliki luas 204 m².[5] Bangunan di sayap kanan digunakan sebagai kantor pengelolaan dan tempat pertemuan, sedangkan yang di sayap kiri sebagai kantor pos tambahan yang berfungsi memberikan layanan jasa PT Pos Indonesia.[2] Bangunan museum sendiri bernuansa etnik Jawa-Bali, di depannya terdapat monumen bola dunia yang di atasnya bertengger seekor burung merpati membawa sepucuk surat. Di depan monumen itu terdapat gerbang dua pintu yang mirip bangunan candi Bentar.[1]
Di tengah-tengah pendopo museum terdapat patung Hanoman, dewa yang menyerupai kera putih. Dalam dunia pewayangan, Hanoman dikenal sebagai Dhuta Dharma, si pemberi kabar, sama dengan tugas tukang pos. Di sebelah kiri dan kanan pintu masuk terdapat dua lukisan karya Wayan Sutha, yang menggambarkan kisah pewayangan versi Bali yang menceritakan bahwa jauh sebelum kertas ditemukan, surat ditulis di atas daun tal (ron tal).[1]
Ruang pamer
Museum Prangko terbagi ke dalam enam ruang pamer yang tiap bagiannya menginformasikan sejarah surat di Indonesia dan menampilkan prangko-prangko yang terbit pada setiap masa.[6]
Ruang pamer 1
Ruang pamer I menyajikan berbagai koleksi, antara lain foto bahan dan alat yang digunakan untuk menulis surat pada daun tal (ron tal); miniatur alat angkut surat tahun 1602 sampai tahun 1864; serta foto-foto prangko pertama di dunia yang dikenal dengan The Penny Black, tokoh pencetus prangko Sir Rowland Hill, Kantor Pos pertama di Batavia, prangko pertama Belanda yang terbit tahun 1852, dan klise prangko Belanda pertama bergambar Raja Willem III yang diterbitkan 1864.
Ruang pamer 2
Ruang pamer II menampilkan materi berupa patung seorang perancang prangko, sejumlah slide proses pembuatan prangko dan proses melukis hingga menjadi prangko, silinder cetak yang digunakan untuk mencetak prangko seri lukisan Raden Saleh, dan penampang fiber glass mesin cetak prangko lima warna yang digunakan oleh Perum Peruri dilengkapi dengan motor penggerak.
Ruang pamer 3
Pada ruang pamer III dapat dilihat sejumlah prangko yang terbit tahun 1864 hingga 1950 pada masa pemerintahan Belanda, Jepang, dan masa perang kemerdekaan, slide prangko Belanda dan Jepang bertema kebudayaan dan pariwisata, slide prangko peringatan 10 tahun Kemerdekaan RI, dan dua foto prangko bergambar Bung Karno dan Bung Hatta sebagai latar belakang prangko perjuangan yang dicetak di luar negeri.
Ruang pamer 4
Ruang pamer IV menyajikan prangko dan carik kenangan (souvenir sheet) yang diterbitkan sejak tahun 1950 dengan lima masa penerbitan: tahun 1950–1959, tahun 1959–1966, tahun 1966–1973, tahun 1973–1983, dan tahun 1983–1993.
Ruang pamer 5
Ruang pamer V terdapat prangko yang disusun berdasarkan periode dan tema tertentu. Dalam ruang ini disajikan prangko bertema sosial, pariwisata, taru dan satwa, lingkungan hidup, dan kemanusiaan.
Ruang pamer 6
Ruang pamer VI memperagakan prangko tematik, khususnya kepramukaan dan olahraga, di dalam beberapa kotak penyajian, termasuk slide Tien Soeharto dengan seragam Pramuka ketika menandatangani Sampul Hari Pertama Prangko Jambore Internasional ke-VI di Cibubur.
Kunjungan
Museum Prangko dapat dikunjungi pada hari Senin hingga Minggu dari pukul 08.00–16.00 WIB. Pengunjung dikenai tiket masuk museum sebesar lima ribu rupiah. Di samping itu, pengunjung juga dikenai biaya tiket masuk TMII sebesar 35 ribu rupiah. Jika pengunjung membawa kendaraan ke TMII, terdapat tiket masuk kendaraan sebesar Rp10.000–60.000 menyesuaikan jenis kendaraan. Misalnya, jika pengunjung membawa motor, selain membayar tiket masuk sebesar 35 ribu rupiah, ia juga perlu menambah 15 ribu rupiah untuk tiket masuk motor.[7]
Direktori Museum Indonesia(PDF). Jakarta: Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan. 2012.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Husni, M., dkk. (1994). Direktori Museum Museum Indonesia(PDF). Jakarta: Proyek Pengembangan Permuseuman Jakarta.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
Rusmiyati, dkk. (2018). Katalog Museum Indonesia Jilid I(PDF). Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman & Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. ISBN978-979-8250-66-8.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)