Sepanjang sejarahnya, agama Kristen telah mengalami skisma dan sengketa teologi yang memunculkan bermacam-macam gereja dan denominasi. Tiga cabang agama Kristen yang terbesar di dunia adalah Gereja Katolik, Gereja Ortodoks Timur, dan rumpun besar denominasi Kristen Protestan. Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks Timur saling memutuskan hubungan persekutuan dalam peristiwa Skisma Timur–Barat pada 1054, sementara rumpun Kristen Protestan muncul pada zaman reformasi abad ke-16 sebagai pecahan dari Gereja Katolik.[20]
Etimologi
Umat Kristen perdana yang berkebangsaan Yahudi menyebut diri pengikut-pengikut jalan (bahasa Yunani: τῆς ὁδοῦ, tês hodoû), mungkin mengacu kepada nas Yesaya 40:3, "persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN."[21][note 4] Berdasarkan nas Kisah Para Rasul 11:26, istilah "orang Kristen" (bahasa Yunani: Χρῑστῐᾱνός, Krīstiānós) berarti "pengikut Kristus", mengacu kepada murid-murid Yesus, dan pertama kali dipakai di kota Antiokhia oleh warga non-Yahudi.[27] Istilah "Kekristenan" (bahasa Yunani: Χρῑστῐᾱνισμός, Krīstiānismós) pertama kali dipakai Ignasius dari Antiokhia di dalam surat-suratnya yang ditulis sekitar tahun 100 Masehi.[28]
Keyakinan
Ada banyak perbedaan tafsir dan pandangan mengenai Alkitab dan Tradisi Suci yang merupakan landasan agama Kristen.[29] Perbedaan-perbedaan teologi yang tak terukunkan, serta kurangnya kata sepakat mengenai pokok-pokok iman Kristen, menyebabkan umat Kristen Katolik, Ortodoks dan Protestan sering kali tidak mengakui umat dari denominasi-denominasi Kristen tertentu sebagai sesama orang Kristen.[30]
Ikhtisar dari maklumat doktrin atau ungkapan keyakinan agama Kristen disebut syahadat (dari bahasa bahasa Arab: الشهادة, asy-syahadah, yang berarti "kesaksian") atau kredo (dari bahasa Latin credo, yang berarti "aku percaya"); umat Kristen Protestan di Indonesia lazimnya menggunakan istilah "pengakuan iman" (terjemahan dari istilah khas Protestan dalam bahasa Latin, confessio fidei). Syahadat-syahadat agama Kristen mula-mula disusun sebagai rumusan ayat-ayat upacara pembaptisan, yang di kemudian hari dijabarkan lebih luas lagi sewaktu terjadi sengketa Kristologi pada abad ke-4 dan ke-5, sehingga akhirnya menjadi rumusan-rumusan ungkapan iman.
Banyak denominasi Protestan Injili menolak syahadat sebagai ungkapan iman yang definitif, bahkan meskipun mereka setuju dengan sebagian atau seluruh isi syahadat itu. Denominasi-denominasi Protestan Baptis bersikukuh menjadi kaum tak bersyahadat, "yakni tidak berusaha menetapkan pengakuan-pengakuan iman yang bersifat otoritatif dan mengikat sebagai pegangan bersama."[31]:hlm.111 Golongan lain yang juga menolak syahadat adalah denominasi-denominasi Protestan yang lahir dari Gerakan Restorasi di Amerika Serikat pada awal abad ke-19.[32][33]:14–15[34]:123
Syahadat Atanasius, yang diterima di Gereja Barat sebagai syahadat yang setaraf dengan Syahadat Nikea dan Syahadat Kalsedon, berisi kalimat "bahwasanya kami menyembah satu Allah dalam ketritunggalan, dan ketritunggalan dalam keesaan; tanpa menyama-nyamakan pribadi maupun membeda-bedakan hakikat."[42]
Asas utama agama Kristen adalah kepercayaan pada Yesus sebagai Putra Allah dan Mesias (Kristus). Umat Kristen percaya bahwa Yesus, selaku Mesias, diurapi oleh Allah menjadi juru selamat umat manusia, dan yakin bahwa Yesus datang ke dunia sebagai penggenapan nubuat tentang Mesias yang termaktub dalam Alkitab Perjanjian Lama. Konsep Mesias dalam agama Kristen pada dasarnya berbeda dari konsep Mesias dalam agama Yahudi. Inti dari keyakinan Kristen adalah bahwasanya dengan percaya dan menerima kematian dan kebangkitan Yesus, umat manusia yang berdosa dapat dirukunkan kembali dengan Allah, dan dengan demikian beroleh tawaran keselamatan dan janji hidup kekal.[44]
Bagi umat Kristen, kebangkitan Yesus adalah batu penjuru iman mereka (1 Korintus 15) dan peristiwa terpenting dalam sejarah.[47] Di antara sekian banyak keyakinan Kristen, kematian dan kebangkitan Yesus adalah dua peristiwa utama yang melandasi sebagian besar doktrin dan teologi Kristen.[48] Menurut Alkitab Perjanjian Baru, Yesus disalibkan, meninggal secara jasmaniah, dimakamkan, dan bangkit dari antara orang mati tiga hari kemudian (Yohanes 19:30–31, Markus 16:1, Markus 16:6).
Kematian dan kebangkitan Yesus lazimnya dianggap sebagai peristiwa-peristiwa terpenting dalam teologi Kristen, salah satu sebabnya adalah karena peristiwa-peristiwa ini menunjukkan bahwa Yesus berkuasa atas hidup dan mati, dan oleh karena itu berwenang dan berkuasa untuk menganugerahkan hidup kekal kepada umat manusia.[49]
Gereja-Gereja Kristen mengakui dan mengajarkan riwayat Perjanjian Baru mengenai kebangkitan Yesus dengan segelintir pengecualian.[50] Beberapa pengkaji modern menjadikan kepercayaan para pengikut Yesus akan kebangkitannya sebagai titik tolak dalam menetapkan kesinambungan antara sosok Yesus selaku tokoh sejarah dan sosok Yesus dalam pewartaan Gereja perdana.[51] Segolongan umat Kristen liberal tidak mengakui kebangkitan jasmaniah secara harfiah,[52][53] dan menganggap riwayat kebangkitan Yesus sekadar sebagai mitos yang kaya akan perlambang dan bermanfaat bagi pertumbuhan rohani. Argumen-argumen terkait keyakinan akan kematian dan kebangkitan Yesus muncul dalam banyak debat keagamaan dan dialog-dialog lintas agama.[54]Rasul Paulus, salah seorang pemeluk perdana sekaligus misionaris agama Kristen, pernah menulis bahwa "andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu" (1 Korintus 15:14).[55]
Sebagaimana orang Yahudi dan orang Romawi penyembah berhala pada zamannya, Rasul Paulus percaya bahwa korban persembahan berkhasiat menciptakan ikatan kekerabatan baru, menyucikan, dan mendatangkan kehidupan kekal.[56] Bagi Paulus, korban persembahan yang diperlukan adalah kematian Yesus. Bangsa-bangsa lain, yang berkat pengorbanan nyawa Yesus telah menjadi "milik kepunyaan Kristus", juga adalah keturunan Abraham dan "berhak menerima janji Allah", sama seperti bangsa Israel (Galatia 3:29).[57] Allah yang membangkitkan Yesus dari antara orang mati juga mengaruniakan kehidupan baru bagi "tubuh fana" umat Kristen dari bangsa-bangsa lain, yang bersama-sama dengan bangsa Israel telah menjadi "anak-anak Allah", dan oleh karena itu tidak lagi "hidup menurut daging" (Roma 8:9,11,16).[56]
Gereja-gereja modern cenderung lebih memusatkan perhatiannya pada permasalahan tentang bagaimana umat manusia dapat diselamatkan dari keadaan berdosa dan maut yang universal sifatnya itu, daripada permasalahan tentang bagaimana orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain dapat menjadi anggota keluarga Allah. Menurut doktrin Katolik maupun Protestan, keselamatan datang berkat pengorbanan nyawa Yesus menggantikan umat manusia dan berkat kebangkitannya. Gereja Katolik mengajarkan bahwa keselamatan tidak terwujud tanpa adanya kesetiaan di pihak umat Kristen; orang-orang yang telah bertobat dan hendak menjadi pengikut Kristus harus hidup menurut prinsip-prinsip cinta kasih, dan sepatutnya harus dibaptis.[58][59]Martin Luther mengajarkan bahwa baptisan diperlukan demi beroleh keselamatan, akan tetapi gereja Lutheran dan gereja-gereja Protestan lainnya pada zaman modern cenderung mengajarkan bahwa keselamatan adalah anugerah yang diperoleh seseorang berkat kasih karunia Allah, yang kadang-kadang didefinisikan sebagai "kerahiman tanpa pandang kelayakan", bahkan di luar dari baptisan.
Istilah "Tritunggal" mengacu pada ajaran bahwa Allah yang esa[63] terdiri atas tiga pribadi berlainan yang serentak ada secara kekal, yakni Bapa, Putra (menjelma menjadi Yesus Kristus), dan Roh Kudus. Adakalanya ketiga pribadi ini bersama-sama disebut sebagai Keilahian (bahasa Yunani: θειότης, Teiotēs; bahasa Latin: Divinitas),[64][65][66] walau tak ada satu pun istilah yang digunakan dalam Alkitab untuk membahasakan gagasan Keilahian yang manunggal.[67]Syahadat Atanasius, salah satu ungkapan perdana dari keyakinan Kristen, menjelaskannya dengan kalimat "Sang Bapa adalah Allah, Sang Putra adalah Allah, Roh Kudus adalah Allah, akan tetapi bukan ada tiga Allah melainkan satu Allah."[68] Tiga pribadi ini berbeda satu sama lain: Sang Bapa tidak bersumber, Sang Putra diperanakkan oleh Sang Bapa, dan Roh Kudus keluar dari Sang Bapa. Sekalipun berbeda, ketiga-tiganya tak terpisahkan satu sama lain, baik dalam keberadaan maupun dalam berkarya. Sebagian umat Kristen juga percaya bahwa Allah tampil sebagai Sang Bapa pada masa Perjanjian Lama, tampil sebagai Sang Putra pada masa Perjanjian Baru, dan tampil sebagai Roh Kudus pada masa kini, namun tetap saja Allah hadir pada ketiga masa ini sebagai tiga pribadi.[69] Meskipun demikian, ada keyakinan Kristen tradisional bahwa Sang Putralah yang tampil dalam Perjanjian Lama, karena bilamana Tritunggal digambarkan dalam seni rupa, Sang Putra lazimnya digambarkan dengan ciri khusus, yakni dengan praba bertanda salib yang melambangkan Kristus, dan sosok dengan ciri seperti inilah yang ditampilkan sebagai rupa Allah dalam penggambaran Taman Eden, yakni sosok penjelmaan Allah yang baru mengejawantah di kemudian hari. Pada sejumlah sarkofagusumat Kristen perdana, gambar sosok Sang Logos dicirikan dengan janggut, "yang membuatnya terlihat sudah lanjut usia, bahkan terkesan prawujud (ada mendahului zamannya)."[70]
Tritunggal adalah doktrin hakiki dari agama Kristen arus utama. Jauh sebelum Syahadat Nikea dirumuskan pada 325 M, agama Kristen sudah mengajarkan[71]misteri hakikat ketritunggalan Allah sebagai suatu ungkapan iman normatif. Menurut Roger E. Olson dan Christopher Hall, melalui doa, tafakur, kajian dan praktik, komunitas Kristen menyimpulkan "bahwa Allah mestilah wujud sebagai suatu kemanunggalan maupun ketritunggalan", dan mengundangkan kesimpulan ini dalam konsili oikumene pada penghujung abad ke-4.[72][73]
Menurut doktrin ini, Allah tidak terbagi-bagi dalam arti tiap-tiap pribadi merupakan sepertiga dari keseluruhan diri Allah; sebaliknya, tiap-tiap pribadi dianggap sebagai Allah yang seutuhnya (baca perikoresis). Perbedaannya terletak dalam hubungan antarpribadi, Sang Bapa tidak bersumber; Sang Putra diperanakkan oleh Sang Bapa; Roh Kudus keluar dari Sang Bapa dan (dalam teologi Gereja Barat) dari Sang Putra. Sekalipun hubungannya berbeda, tiap-tiap "pribadi" ini kekal dan mahakuasa. Sekte-sekte Kristen seperti Universalisme Unitarian, Saksi Yehuwa, Gereja Mormon, dan sekte-sekte lainnya tidak menganut paham-paham Tritunggal semacam ini.
Kata Latin "trias", cikal bakal dari kata "trinitas", yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi "tritunggal", pertama kali muncul dalam karya-karya tulis Teofilus dari Antiokhia. Teofilus menulis tentang "Ketritunggalan Allah (Sang Bapa), Firman-Nya (Sang Putra), dan Hikmat-Nya (Roh Kudus)".[74] Istilah ini mungkin saja telah digunakan sebelum zaman Teofilus. Sesudah Teofilus, kata ini muncul kembali dalam karya-karya tulis Tertulianus.[75][76] Pada abad berikutnya, kata ini menjadi umum dipergunakan, dan sering muncul dalam karya tulis Origenes.[77]
Penganut paham tritunggal atau kaum trinitarianisme adalah sebutan bagi umat Kristen yang percaya pada konsep tritunggal. Hampir semua denominasi Kristen menganut paham tritunggal. Sekalipun kata "tritunggal" tidak termaktub dalam Alkitab, para teolog telah mengembangkan istilah dan konsep ini semenjak abad ke-3 untuk memudahkan orang memahami ajaran-ajaran Perjanjian Baru mengenai Allah sebagai Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Semenjak saat itu pula, para teolog Kristen dengan cermat menegaskan bahwa tritunggal bukan berarti ada tiga Allah (bidah antitritunggal Triteisme), juga bukan berarti tiap-tiap hipostasis dari Tritunggal adalah sepertiga dari satu Allah yang tak terhingga (bidah parsialisme), dan bukan pula berarti Sang Putra dan Roh Kudus adalah makhluk ciptaan yang derajatnya di bawah Sang Bapa (bidah Arianisme). Sebaliknya, Trinitas justru didefinisikan sebagai Allah Yang Maha Esa Dalam Tiga Pribadi.[78]
Antitritunggal atau antitrinitarianisme (atau nontrinitarianisme) mengacu pada teologi yang menolak doktrin Tritunggal. Berbagai pandangan antitritunggal, semisal adopsionisme atau modalisme, sudah muncul semenjak permulaan sejarah agama Kristen, dan telah menjadi pemicu sengketa Kristologi.[79] Paham antitritunggal kembali muncul pada abad ke-11 sampai abad ke-13 dalam ajaran gnostikkaum Katari, pada abad ke-16 di kalangan jemaat-jemaat berpaham unitarian yang terbentuk semasa Reformasi Protestan,[80] pada Zaman Pencerahan abad ke-18, dan pada abad ke-19 di kalangan jemaat-jemaat Protestan yang terbentuk semasa Kebangunan Rohani II.
Sama seperti agama-agama lain, agama Kristen juga memiliki beragam pemeluk dengan beragam keyakinan dan penafsiran Kitab Suci. Dalam agama Kristen, kumpulan kitab-kitab kanonik, yakni Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, diyakini sebagai Firman Allah yang terilhamkan. Menurut pandangan tradisional mengenai ilham ini, Allah berkarya sedemikian rupa melalui para pujangga insani sehingga para pujangga ini dapat menuliskan hal-hal yang hendak diwahyukan Allah. Perkataan Yunani dalam 2 Timotius 3:16 yang mengacu pada ilham ilahi ini adalah teopneustos, yang secara harfiah berarti "diembuskan Allah".[81]
Sebagian kalangan percaya bahwa ilham ilahi membuat Alkitab yang ada sekarang ini bebas dari kesalahan. Kalangan lain percaya bahwa Alkitab bebas dari kesalahan dalam naskah-naskah aslinya saja, walau tak satu pun naskah asli Alkitab yang masih ada sampai sekarang. Ada pula kalangan yang percaya bahwa hanya Alkitab dalam terjemahan tertentu saja yang bebas dari kesalahan, misalnya Alkitab Versi Raja James.[82][83][84] Pandangan lain yang erat kaitannya dengan keyakinan ini adalah infalibilitas Alkitab atau sifat bebas-salah-terbatas dari Alkitab, yakni pandangan yang mengatakan bahwa Alkitab bebas dari kesalahan selaku tuntunan menuju keselamatan, namun mungkin saja mengandung kesalahan sehubungan dengan hal-hal tertentu seperti sejarah, geografi, atau ilmu pengetahuan.
Kitab-kitab yang diakui sebagai bagian dari Alkitab oleh Gereja Ortodoks, Gereja Katolik, dan gereja-gereja Protestan agak bervariasi, sementara umat Yahudi hanya mengakui kesahihan Alkitab Ibrani (kumpulan pustaka dalam Alkitab yang ditulis dalam bahasa Ibrani); meskipun demikian, ada banyak kitab yang diakui kesahihannya oleh semua pihak. Variasi-variasi dalam daftar kitab yang dianggap sahih ini merupakan cerminan dari rentang tradisi dan konsili-konsili yang pernah diselenggarakan sehubungan dengan hal ini. Tiap-tiap versi daftar Kitab Suci Perjanjian Lama selalu memuat kumpulan Tanak (Taurat-Nabi-Kitab), yakni Alkitab Ibrani atau kumpulan pustaka yang dianggap sahih oleh umat Yahudi. Selain kumpulan Tanak, Gereja Katolik dan Ortodoks menganggap kumpulan pustaka Deuterokanonika (kumpulan sahih kedua) sebagai kitab-kitab yang sahih dan layak dijadikan bagian dari Kitab Suci Perjanjian Lama. Kitab-kitab Deuterokanonika termuat dalam Alkitab Septuaginta (terjemahan perdana Alkitab Yahudi dalam bahasa Yunani), namun dianggap apokrif (daif) oleh kalangan Protestan. Meskipun demikian, kitab-kitab ini dianggap sebagai dokumen-dokumen sejarah penting, yang dapat membantu orang memahami kosakata, tata bahasa, dan tata kalimat yang lazim digunakan pada zaman penulisannya. Beberapa versi terbitan Alkitab memuat kitab-kitab Deuterokanonika dan bagian-bagian dari kitab sahih yang dianggap apokrif di kalangan Protestan pada bagian tersendiri di antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.[85] Kumpulan Kitab Suci Perjanjian Baru, yang ditulis dalam bahasa Yunani Koine (bahasa Yunani pasaran), terdiri atas 27 kitab yang diakui kesahihannya oleh semua denominasi Kristen.
Kajian modern telah memunculkan berbagai isu terkait Alkitab. Meskipun diagung-agungkan oleh banyak kalangan penutur bahasa Inggris karena keindahan prosanya yang memukau, Alkitab Versi Raja James sesungguhnya diterjemahkan dari Alkitab Yunani Erasmus yang disusun "atas dasar satu saja naskah salinan abad ke-12, yakni salah satu dari naskah-naskah terburuk yang masih ada sampai sekarang".[86] Banyak kajian yang dilakukan selama beberapa ratus tahun terakhir telah membanding-bandingkan berbagai naskah yang berlainan guna mereka-ulang naskah asli. Isu lain yang juga dimunculkan adalah anggapan bahwa sejumlah kitab mengandung ayat-ayat palsu. Anjuran kepada kaum perempuan untuk "berdiam diri dan bersikap patuh" dalam 1 Timotius 2[87] diduga oleh banyak kalangan sebagai ayat palsu yang disusupkan salah seorang pengikut Paulus ke dalam Alkitab. Ayat serupa dalam 1 Korintus 14,[88] yang diduga sebagai buah pikiran Paulus, muncul di tempat-tempat yang berlainan dalam naskah-naskah yang berlainan pula, dan diduga mula-mula adalah catatan pinggir yang dibuat oleh seorang penyalin.[86] Ayat-ayat lain dalam 1 Korintus, misalnya 1 Korintus 11:2–16 yang berisi anjuran bagi kaum perempuan untuk menudungi rambut "bilamana berdoa atau bernubuat",[89] justru bertentangan dengan anjuran bagi mereka untuk berdiam diri selama ibadat berlangsung.
Isu terakhir terkait Alkitab adalah cara menyeleksi kitab-kitab untuk dimasukkan ke dalam kumpulan Kitab Suci Perjanjian Baru. Injil-injil lain telah ditemukan, semisal injil-injil yang ditemukan di dekat Nag Hammâdi pada 1945, dan meskipun sebagian dari nas-nas ini berbeda dari nas-nas yang lumrah digunakan umat Kristen, perlu dipahami bahwa beberapa di antara materi injil temuan baru ini mungkin sekali berasal dari masa yang sama, atau bahkan mendahului masa penulisan injil-injil Perjanjian Baru. Nas-nas inti dari Injil Tomas, pada khususnya, diperkirakan ditulis seawal-awalnya pada tahun 50 M (meskipun beberapa pengkaji menyanggah penetapan batas awal perkiraan tarikh penulisan Injil Tomas ini),[90] dan jika benar demikian maka injil ini dapat menawarkan suatu cara pandang baru dalam mencermati nas-nas injil yang mendasari injil-injil kanonik, yakni nas-nas yang terdapat dalam Injil Lukas 1:1–2. Injil Tomas memuat banyak nas yang mirip dengan nas injil-injil kanonik, misalnya saja ayat 113 ("Kerajaan Bapa tersebar di muka bumi, akan tetapi orang-orang tidak melihatnya"),[91] yang mengingatkan orang pada ayat-ayat Injil Lukas (Lukas 17:20–21)[92][93] dan Injil Yohanes, dengan peristilahan dan pendekatan yang mengesankan pada apa yang di kemudian hari disebut sebagai ajaran Gnostik, yang belakangan ini telah dianggap mungkin saja merupakan tanggapan terhadap Injil Tomas, yakni injil yang umumnya dilabeli proto-Gnostik. Para pengkaji kini sedang menjajaki hubungan dalam Gereja perdana antara spekulasi dan pengalaman mistik di satu pihak, dan upaya pencarian tata tertib Gereja di lain pihak, dengan menelaah nas-nas temuan baru, dengan meneliti nas-nas kanonik secara lebih seksama. dan dengan menguji tahapan yang dilalui nas-nas Kitab Suci Perjanjian Baru sehingga berstatus kanonik.
Ada dua mazhab eksegesis (tafsir ayat-ayat suci) yang muncul dan berkembang pada Abad Kuno, satu di Aleksandria, dan satu lagi di Antiokhia. Tafsir mazhab Aleksandria, sebagaimana yang dicontohkan oleh Origenes, cenderung menelaah makna kiasan (makna yang tersirat) dari ayat-ayat Alkitab, sementara tafsir mazhab Antiokhia menelaah makna harfiahnya (makna yang tersurat), dengan keyakinan bahwa makna-makna lain (disebut teoria) hanya boleh diterima jika didasarkan atas makna harfiah.[94]
Teologi Katolik membedakan makna yang dikandung ayat-ayat Alkitab menjadi dua macam, yakni makna harfiah dan makna rohaniah.[95]
Makna harfiah adalah arti dari kata-kata yang digunakan dalam susunan ayat-ayat suci, sementara makna rohaniah masih dibedakan lagi menjadi:
Sehubungan dengan eksegesis, menurut pedoman tafsir yang benar, teologi Katolik menegaskan bahwa:
Semua makna lain dari ayat-ayat Kitab Suci wajib didasarkan atas makna harfiahnya.[96][97]
Kesejarahan injil-injil harus diyakini secara mutlak dan tunak.[98]
Kitab Suci semestinya dibaca dalam lingkup "tradisi hidup segenap Gereja".[99]
"Tugas menafsirkan Kitab Suci telah dipercayakan kepada para uskup dalam persekutuan dengan pengganti Petrus, UskupRoma".[100]
Tafsir Protestan
Kejelasan Kitab Suci
Umat Kristen Protestan yakin bahwa Alkitab adalah wahyu yang swadaya, kewenangan tertinggi di atas seluruh doktrin Kristen, dan menyingkap seluruh kebenaran yang diperlukan demi keselamatan. Keyakinan ini terkenal dengan sebutan sola scriptura.[101] Sudah menjadi ciri khas bagi umat Protestan untuk meyakini bahwa umat awam mampu memahami Kitab Suci secara memadai, baik karena Kitab Suci itu sendiri sudah jelas (atau "lugas"), berkat pertolongan Roh Kudus, maupun karena kedua-duanya. Martin Luther percaya bahwa tanpa pertolongan Allah, Kitab Suci akan "terselubungi kegelapan".[102] Ia menghendaki adanya "satu pemahaman Kitab Suci yang bersifat definitif dan sederhana".[102]Yohanes Kalvin pernah menulis bahwa "barang siapa tidak menolak bimbingan Roh Kudus, ia akan menemukan cahaya terang dalam Kitab Suci".[103] Pengakuan Iman Helvetika kedua, yang disusun oleh gembala jemaat Kalvinis di Zürich (pengganti Hulderikus Zwingli), diadopsi sebagai maklumat doktrin oleh sebagian besar jemaat Kalvinis di Eropa.[104]
Makna asali yang sejati dari Kitab Suci
Umat Protestan menitikberatkan makna dari kata-kata yang termaktub dalam Kitab Suci. Cara tafsir yang mementingkan arti kata dalam ayat-ayat suci ini disebut metode historis-gramatikal (metode kesejarahan-ketatabahasaan).[105] Metode historis-gramatikal merupakan suatu upaya di bidang Hermeneutika Alkitab (ilmu tafsir Alkitab) untuk menemukan makna mula-mula dan maksud yang sesungguhnya dari nas-nas Kitab Suci.[106] Makna asali dan maksud sejati dari nas Kitab Suci diperoleh melalui penelaahan ayat dari segi tata bahasa dan tata kalimat, latar belakang sejarah, ragam sastra, serta pertimbangan-pertimbangan teologi (kanon Alkitab).[107] Metode historis-gramatikal membedakan antara satu makna asali dan arti penting dari nas Alkitab. Arti penting dari suatu nas Alkitab mencakup penggunaan atau penerapan nas tersebut. Ayat Alkitab dianggap hanya memiliki satu arti atau makna tunggal. Sebagaimana yang diutarakan oleh Milton S. Terry, "salah satu prinsip dasar dari eksposisi historis-gramatikal adalah bahwasanya kata-kata dan kalimat-kalimat hanya memiliki satu signifikansi dalam satu koneksi yang sama. Bilamana kita mengabaikan prinsip ini, di saat itu pula kita hanyut di lautan ketidakpastian dan penerkaan."[108] Jelasnya, metode tafsir historis-gramatikal berlainan dengan penentuan arti penting dari suatu ayat yang ditafsirkan. Jika disatukan, kedua-duanya membentuk pengertian dari istilah hermeneutika Alkitab.[106]
Sejumlah mufasir Protestan menggunakan pendekatan tipologi.[109]
Dalam ajaran Katolik, orang-orang yang meninggal dalam keadaan berahmat, yakni tanpa dosa berat yang memisahkannya dari Allah namun belum sepenuhnya bersih dari akibat-akibat dosa, akan dimurnikan di purgatorium (alam pemurnian) sehingga mencapai kekudusan dan layak masuk ke hadirat Allah.[117] Orang-orang yang telah mencapai kekudusan disebut orang-orang kudus.[118]
Beberapa denominasi Kristen, misalnya Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, menganut paham mortalisme, yakni keyakinan bahwa jiwa manusia tidak diciptakan baka, dan berada dalam keadaan tidak sadar sejak meninggal dunia sampai dengan dibangkitkan. Umat Kristen penganut paham mortalisme ini juga menganut paham anihilasionisme, yakni keyakinan bahwa selepas pengadilan terakhir, orang-orang jahat akan lenyap, bukannya menanggung siksaan kekal. Umat Saksi Yehuwa juga menganut paham serupa.[119]
Ibadat
Hari raya
Hari raya Kekristenan ditetapkan berdasarkan astronomi. Dua diantaranya ialah natal dan paskah. Paskah dirayakan pada pekan pertama ketika Bulan purnama terlewati. Kondisi ini tercapai ketika eukinoksmusim semi. Sedangkan natal dirayakan pada hari pertama dari titik balik Matahari kembali terbit di musim dingin dengan arah yang berlawanan dalam pandangan di langit.[120]
Dalam karya tulisnya, Pembelaan Pertama (ca. 150 M), Yustinus Martir menggambarkan jalannya liturgi (upacara ibadat berjemaah) Kristen dalam penjelasannya mengenai agama Kristen kepada Kaisar Antoninus Pius. Penggambarannya ini masih relevan dengan tatanan dasar upacara peribadatan Kristen. Yustinus Martir memberi gambaran sebagai berikut:
Dan pada hari yang disebut hari Minggu, semua orang yang tinggal di kota-kota maupun di desa-desa berhimpun di satu tempat, dan riwayat-riwayat para rasul atau tulisan-tulisan para nabi dibacakan, sepanjang waktu mengizinkan; lalu bilamana pembaca telah menyelesaikan tugasnya, pemimpin ibadat memberi arahan secara lisan, dan mengimbau agar hal-hal baik ini diteladani. Kemudian kami semua berdiri bersama-sama dan berdoa, dan sebagaimana yang sudah kami katakan sebelumnya, bilamana kami selesai berdoa, roti dan anggur serta air diantarkan, dan pemimpin ibadat dengan cara yang sama mempersembahkan doa-doa dan ucapan-ucapan syukur, sesuai dengan kesanggupannya, dan para hadirin mengiyakan dengan berucap amin; dan ada pencatuan bagi tiap-tiap hadirin, dan pengambilan bagian dari yang atasnya telah dipersembahkan ucapan syukur, dan bagi orang-orang yang tidak hadir ada jatah yang diantar oleh para diakon. Orang-orang yang mampu, dan yang rela, menyumbang sebanyak yang ia anggap layak; dan sumbangan yang terkumpul disimpan oleh pemimpin ibadat, yang menyantuni yatim piatu dan janda-janda serta orang-orang yang memerlukan santunan karena sedang sakit atau karena sebab lain, juga orang-orang yang terbelenggu dan orang-orang asing yang sedang singgah di tengah-tengah kami, singkatnya, menyantuni semua orang yang memerlukan santunan.[121]
Dari karya tulis Yustinus Martir dapat diketahui bahwa, pada masa hidupnya, umat Kristen berhimpun untuk beribadat secara berjemaah pada hari Minggu, hari kebangkitan Yesus, meskipun ada pula upacara-upacara peribadatan lain yang dilaksanakan di luar hari Minggu. Bacaan-bacaan Kitab Suci diambil dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, teristimewa injil. Seringkali bacaan-bacaan ini ditata berurutan mengikuti suatu siklus tahunan, di dalam sebuah buku yang disebut leksionari (kumpulan bacaan). Arahan lisan dari pemimpin ibadat didasarkan atas bacaan-bacaan ini, dan disebut khotbah atau homili. Ada bermacam-macam doa berjemaah, antara lain doa ucapan syukur, doa pengakuan dosa, dan doa syafaat, yang diucapkan selama ibadat berlangsung. Bentuk doa-doa ini juga bermacam-macam, antara lain doa yang didaraskan, doa berbalas-balasan, doa dalam hati, maupun doa yang dilantunkan. Doa Bapa Kami, atau Doa Tuhan, diucapkan secara teratur.
Sebagian denominasi Kristen telah meninggalkan tata peribadatan tradisional ini. Di negara-negara penutur bahasa Inggris, orang sering kali membedakan upacara peribadatan menjadi kebaktian gereja "tinggi", yang bercirikan upacara yang lebih megah dan takzim, dan kebaktian gereja "rendah", namun dalam kedua-dua kategori ini pun terdapat banyak sekali variasi bentuk peribadatan. Jemaat-jemaat Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh menyelenggarakan ibadat berjemaah pada hari Sabtu, dan ada pula jemaat-jemaat Kristen yang menyelenggarakan ibadat berjemaah tidak secara berkala (seminggu sekali). Jemaat-jemaat Karismatik atau Pentakosta boleh saja serta-merta melakukan tindakan-tindakan tertentu selama ibadat berlangsung bilamana merasa digerakkan oleh Roh Kudus, alih-alih mengikuti suatu urut-urutan upacara yang baku. Tindakan serta-merta ini juga mencakup berdoa secara spontan. Jemaat Quaker akan duduk berdiam diri selama ibadat berlangsung sampai digerakkan oleh Roh Kudus untuk berkata-kata.
Beberapa denominasi Protestan Injili menyelenggarakan ibadat seperti konser-konser, lengkap dengan musik rock dan pop, tari-tarian, dan penggunaan multimedia. Denominasi-denominasi yang tidak mengakui keberadaan jabatan imamat yang terpisah dari umat awam pada umumnya beribadat tanpa harus dipandu oleh seorang pemimpin ibadat yang resmi, baik karena prinsip yang dianut denominasi tersebut, maupun karena sekadar menyesuaikan penyelenggaraan ibadat dengan kebutuhan jemaat setempat. Beberapa denominasi hanya menggunakan musik akapela, baik karena prinsip yang dianutnya (sebagai contoh, banyak jemaat dari denominasi Sidang Jemaat Kristus menolak penggunaan alat musik dalam ibadat), maupun karena tradisi (seperti di Gereja Ortodoks).
Hampir semua denominasi Kristen menyelenggarakan upacara perayaan Ekaristi (perjamuan kudus), yakni upacara pemberkatan dan pembagi-bagian roti dan anggur. Upacara ini dilakukan demi mematuhi perintah Yesus dalam Perjamuan Terakhir kepada murid-muridnya agar diperbuat guna mengenang dirinya sewaktu membagi-bagikan roti kepada mereka sambil berkata, "inilah tubuhku", dan mengedarkan cawan berisi minuman anggur sambil berkata, "inilah darahku".[122] Beberapa denominasi Kristen mempraktikkan komuni tertutup (persekutuan tertutup), sehingga hanya membagikan komuni (roti dan anggur yang sudah diberkati) kepada orang-orang yang sudah bergabung dengan denominasinya, atau kadang-kadang hanya kepada orang-orang yang sudah bergabung dengan jemaat gerejanya. Gereja Katolik hanya membagikan komuni kepada anggota-anggotanya yang tidak dalam keadaan berdosa berat. Sebagian besar denominasi mempraktikkan komuni terbuka, karena menurut pandangan mereka komuni adalah sarana untuk bersekutu, dan bukan persekutuan itu sendiri. Denominasi-denominasi semacam ini mempersilahkan semua orang Kristen untuk ikut mengambil bagian.
Tata ibadat dapat diubah suai pada kesempatan-kesempatan istimewa seperti pembaptisan atau pernikahan yang diselenggarakan selama ibadat berlangsung, atau pada hari-hari raya penting. Dalam peribadatan Gereja perdana, orang-orang yang belum selesai menjalani proses inisiasi (para katekumen) akan dipisahkan dari jemaat bilamana ibadat akan dilanjutkan ke bagian upacara Ekaristi. Di banyak gereja sekarang ini, kanak-kanak dipisahkan dari orang dewasa sepanjang seluruh atau sebagian dari waktu peribadatan untuk diberi pengajaran yang sesuai dengan usia mereka. Ibadat khusus untuk kanak-kanak ini disebut Sekolah Minggu atau Sekolah Sabat (Sekolah Minggu sering kali diselenggarakan sebelum ibadat, alih-alih sewaktu ibadat berlangsung).
Dan di kalangan kami santapan ini disebut Eukaristia, yang tak seorang pun diperbolehkan ikut menyantapnya kecuali yang percaya bahwa segala sesuatu yang kami ajarkan itu benar adanya, dan yang telah dibasuh dengan pembasuhan demi penghapusan dosa, dan demi kelahiran kembali, dan yang dengan demikian menjalani hidup seturut arahan Kristus. Karena bukan seperti roti biasa dan minuman biasa kami menyantapnya; melainkan selayaknya Yesus Kristus Juru Selamat kami, yang setelah menjadi manusia oleh Sabda Allah, memiliki daging maupun darah demi keselamatan kami, demikianlah kami diajarkan bahwa santapan yang diberkati dengan doa dari perkataannya itu, dan yang olehnya darah dan daging kami dipelihara melalui perubahan zat itu, adalah daging dan darah Yesus setelah menjadi manusia.
Dalam ruang lingkup keyakinan dan praktik agama Kristen, sakramen adalah ritus yang ditetapkan oleh Kristus menjadi saluran kasih karunia ilahi, dan merupakan suatu misteri suci. Istilah "sakramen" berasal dari kata Latin, sacramentum, yang dijadikan padanan bagi kata Yunani, μυστήριον, misterion (misteri). Denominasi-denominasi Kristen berbeda pandangan sehubungan dengan ritus mana saja yang dapat disebut sakramen, dan tindakan apa saja yang diperlukan demi kesahihan sebuah sakramen.[123]
Selain sakramen-samramen di atas, Gereja Negeri Timur mengakui pula dua sakramen lain sebagai ganti sakramen Pernikahan dan sakramen Pengurapan, yakni sakramen Ragi Suci (Melka) dan sakramen Tanda Salib.[124]
Umat Kristen Katolik, Anglikan, Ortodoks Timur, dan jemaat-jemaat Protestan tradisional menata hari-hari peribadatannya sedemikian rupa sehingga membentuk satu tahun liturgi. Satu siklus liturgi tahunan ini terbagi lagi menjadi serangkaian masa. Masing-masing masa dalam tahun liturgi menonjolkan tema teologi tertentu dan tata cara beribadat tertentu yang ditunjukkan dengan berbagai macam cara menghias gereja, warna-warna paramentum dan vestimentum bagi rohaniwan,[125] nas-nas Alkitab yang dibacakan dalam ibadat, tema-tema khotbah, dan bahkan dengan berbagai macam tradisi serta praktik untuk diamalkan oleh anggota jemaat secara pribadi atau di tempat tinggalnya masing-masing.
Penanggalan liturgi Kristen di Dunia Barat disusun mengikuti siklus tahunan dari pelaksanaan ritus Romawi dalam Gereja Katolik,[125] sementara umat Kristen Timur menggunakan penanggalan-penanggalan serupa yang disusun mengikuti siklus tahunan dari pelaksanaan ritus Gereja mereka masing-masing. Dalam penanggalan-penanggalan ini, hari-hari tertentu diistimewakan sebagai hari-hari suci, misalnya solemnitas (hari raya) untuk memperingati peristiwa-peristiwa tertentu dalam kehidupan Yesus, Maria, atau orang-orang kudus. Ada jangka-jangka waktu tertentu yang ditetapkan untuk berpuasa, misalnya masa prapaskah (masa puasa); ada hari-hari yang ditetapkan untuk memperingati peristiwa-peristiwa penting tertentu, misalnya memoria (peringatan); ada pula hari-hari yang ditetapkan untuk merayakan festum (pesta) orang-orang kudus. Denominasi-denominasi Kristen yang tidak menggunakan penanggalan liturgi sering kali masih mempertahankan hari-hari suci tertentu sebagaimana yang ditetapkan dalam penanggalan liturgi, misalnya hari raya Natal untuk memperingati kelahiran Yesus, hari raya Paskah untuk memperingati kebangkitan Yesus, dan hari raya Pentakosta untuk memperingati turunnya Roh Kudus ke atas Gereja. Ada pula segelintir denominasi Kristen yang sama sekali tidak memanfaatkan penanggalan liturgi.[126]
Pada umumnya agama Kristen tidak mempraktikkan anikonisme, yaitu penolakan atau pelarangan terhadap pemanfaatan berbagai macam citra, meskipun beberapa sekte Kristen Yahudi dan sejumlah denominasi Kristen modern sampai pada taraf tertentu lebih suka untuk tidak menggunakan citra-citra makhluk hidup sebagai lambang dengan alasan ketaatan pada larangan menyembah berhala dalam Dasatitah.
Salib, yakni salah satu lambang yang paling dikenal di seluruh dunia sekarang ini, digunakan sebagai salah satu lambang agama Kristen semenjak permulaan sejarah Gereja.[127][128] Dalam karya tulisnya yang berjudul De Corona (Perihal Mahkota), Tertulianus mengemukakan bahwa sudah menjadi tradisi bagi umat Kristen untuk berulang kali menandai dahi mereka dengan tanda salib.[129] Meskipun lambang salib sudah dikenal oleh umat Kristen perdana, krusifiks (salib dengan citra Yesus) baru mulai digunakan pada abad ke-5.[130]
Di antara berbagai macam lambang yang digunakan oleh umat Kristen perdana, agaknya lambang ikanlah yang menempati posisi terpenting. Dari peninggalan-peninggalan sejarah semisal bangunan-bangunan makam diketahui bahwa lambang ikan sangat lumrah digunakan oleh umat Kristen semenjak permulaan sejarah Gereja. Gambar ikan sudah digunakan sebagai salah satu lambang agama Kristen pada dasawarsa-dasawarsa pertama dalam abad ke-2.[131] Kepopulerannya di kalangan umat Kristen agaknya bersumber dari sebuah singkatan terkenal yang terdiri atas lima huruf Yunani pembentuk kata iktys (ikan). Kalimat yang disingkat menjadi kata iktys ini adalah serangkai perkataan Yunani yang pendek namun dengan jelas menggambarkan fitrah Kristus sebagai pribadi yang layak disembah oleh orang-orang percaya, yakni Iesous Kristos Teou Yios Soter (Ίησοῦς Χριστός, Θεοῦ Υἱός, Σωτήρ), yang berarti Yesus Kristus, Putra Allah, Juru Selamat.[131]
Lambang-lambang utama lainnya dalam agama Kristen meliputi, monogram ki-ro, burung merpati (lambang Roh Kudus), anak domba kurban (lambang pengorbanan diri Kristus), pokok anggur (melambangkan perlunya umat Kristen senantiasa terhubung dengan Kristus), dan berbagai macam lambang lain. Semua lambang ini bersumber dari ayat-ayat Kitab Suci Perjanjian Baru.[130]
Baptisan adalah tindakan ritual, dengan menggunakan air, untuk mengesahkan seseorang menjadi anggota warga Gereja. Denominasi-denominasi Kristen berbeda keyakinan sehubungan dengan baptisan. Perbedaan yang pertama berkaitan dengan permasalahan mengenai apakah tindakan membaptis memiliki arti rohani yang penting. Sebagian denominasi, misalnya Gereja Katolik, Gereja Ortodoks Timur, serta sejumlah gereja Lutheran dan Anglikan, menganut doktrin baptisan demi kelahiran kembali, yang menegaskan bahwa baptisan menumbuhkan atau meneguhkan iman seseorang, dan erat kaitannya dengan keselamatan. Denominasi-denominasi lain beranggapan bahwa baptisan semata-mata adalah suatu tindakan simbolis belaka, yakni suatu pernyataan di muka umum mengenai perubahan batiniah yang telah terjadi dalam diri seseorang, namun tidak mengandung khasiat rohaniah. Perbedaan yang kedua berkaitan dengan tata cara pelaksanaan baptisan. Orang dapat dibaptis dengan cara imersi (celup), submersi (selam), afusi (guyur), dan aspersi (percik). Denominasi-denominasi yang percaya bahwa baptisan mengandung khasiat rohaniah lazimnya mengamalkan pula tradisi pembaptisan bayi.[132] Semua Gereja Ortodoks mempraktikkan pembaptisan bayi, dan senantiasa membaptis dengan cara mencelupkan tubuh si penerima baptisan ke dalam air sebanyak tiga kali berturut-turut dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus.[133][134] Gereja Katolik juga mempraktikkan pembaptisan bayi,[135] biasanya dengan cara mengguyurkan air ke kepala bayi yang dibaptis seraya mendaraskan rumusan Tritunggal.[136]
Taklimat Yesus mengenai doa dalam Khotbah di Bukit menunjukkan kurangnya minat terhadap aspek-aspek lahiriah dari doa. Kepedulian terhadap teknik-teknik berdoa dikutuk sebagai perbuatan 'syirik', sementara sikap percaya secara bersahaja pada kerahiman Allah sebagai pribadi yang kebapakan justru digiatkan (Matius 6:5–15). Dalam berbagai ayat Perjanjian Baru, kebebasan untuk mendekat pada Allah ini juga ditonjolkan (Filipi 4:6, Yakobus 5:13–19). Sikap percaya diri semacam ini harus dipahami dalam lingkup keyakinan Kristen akan adanya hubungan istimewa antara orang percaya dan Kristus melalui Roh Kudus yang bersemayam di dalam dirinya.[137]
Dalam tradisi-tradisi agama Kristen pada masa-masa selanjutnya, gerak-gerik tubuh tertentu ditonjolkan, termasuk gerak-gerik tubuh khas Abad Pertengahan seperti berlutut atau membuat tanda salib. Berlutut, bersoja, dan bersujud (lihat pula poklon) sering kali dipraktikkan oleh denominasi-denominasi Kristen yang lebih tradisional. Umat Kristen di Dunia Barat acap kali berdoa sambil merapatkan kedua telapak tangan dengan ujung-ujung jari mengarah ke depan seperti dalam upacara komendasi feodal (baiat). Adakalanya digunakan pula sikap berdoa orans yang jauh lebih kuno, yakni mengangkat kedua belah tangan dengan telapan tangan menghadap ke depan, ujung-ujung jari mengarah ke atas, dan kedua siku tertekuk.
Doa syafaat adalah berdoa demi kepentingan orang lain. Ada banyak riwayat tentang doa syafaat dalam Alkitab, antara lain doa syafaat Rasul Petrus demi kesembuhan orang-orang sakit (Kisah Para Rasul 9:40) dan doa syafaat nabi-nabi dalam Perjanjian Lama demi kepentingan orang lain (1 Raja–Raja 17:19–22). Dalam Surat Yakobus, doa syafaat orang-orang percaya biasa tidak dibedakan dari doa syafaat Elia, nabi besar Perjanjian Lama (Yakobus 5:16–18). Menurut agama Kristen, makbul tidaknya doa bergantung pada kuasa Allah, bukan pada status si pendoa.[137]
Gereja purba, yang mencakup Gereja Timur maupun Gereja Barat, mengembangkan tradisi memohon syafaat orang-orang kudus (yang sudah meninggal dunia). Sampai sekarang tradisi ini masih dipraktikkan dalam Gereja Ortodoks Timur, Gereja Ortodoks Oriental, Gereja Katolik, dan sejumlah gereja Anglikan. Meskipun demikian, gereja-gereja yang terbentuk pada zaman Reformasi Protestan menolak tradisi berdoa kepada orang-orang kudus, dengan alasan bahwa Kristus adalah satu-satunya perantara bagi umat manusia.[138] Tokoh Reformasi Protestan, Hulderikus Zwingli, mengaku pernah berdoa kepada orang-orang kudus sampai akhirnya diyakinkan oleh nas Alkitab bahwa perbuatan semacam itu adalah penyembahan berhala.[139]
Menurut Katekismus Gereja Katolik, "berdoa adalah mengarahkan akal budi dan hati kepada Allah atau meminta hal-hal baik dari Allah."[140]Buku Doa Bersama yang dipergunakan di kalangan Anglikan adalah sebuah buku pedoman tata ibadat di gereja yang memuat doa-doa, bacaan-bacaan Kitab Suci, dan sekumpulan madah atau mazmur untuk dinyanyikan.
Menurut Kitab Suci agama Kristen, umat Kristen sejak semula telah ditindas oleh sejumlah pemuka agama Yahudi dan Romawi, yang tidak setuju dengan ajaran-ajaran para rasul (baca Perpecahan Gereja Perdana dan Yudaisme). Penindasan ini juga dilakukan melalui pemberian berbagai macam hukuman, termasuk hukuman mati, kepada umat Kristen, seperti yang dialami oleh Stefanus (Kisah Para Rasul 7:59) dan Yakobus bin Zebedeus (Kisah Para Rasul 12:2). Penindasan-penindasan berskala besar dilakukan oleh pemerintah Kekaisaran Romawi, dan pertama kali terjadi pada tahun 64, manakala Kaisar Nero mengambinghitamkan umat Kristen sebagai penyebab peristiwa kebakaran besar di Roma. Menurut tradisi Gereja, pada masa penindasan Kaisar Nero inilah para pemimpin Gereja Perdana, Petrus dan Paulus, meninggal sebagai syuhada di Roma.
Armenia diyakini sebagai negara pertama yang menerima agama Kristen,[110][143][144] manakala Raja Tirdat III menjadikan agama Kristen sebagai agama negara Armenia antara tahun 301 dan 314. Agama Kristen bukanlah agama baru di Armenia kala itu, karena sudah menyebar ke negeri itu selambat-lambatnya sejak abad ke-3, dan mungkin saja sudah hadir lebih awal lagi.[145]
Akhir dari penindasan bangsa Romawi pada masa pemerintahan Kaisar Konstantinus (313 M)
Penindasan oleh negara mereda pada abad ke-4, setelah Konstantinus I mengeluarkan maklumat toleransi pada tahun 313. Kala itu, penganut agama Kristen masih merupakan golongan minoritas, mungkin hanya lima persen dari populasi Romawi.[146] Pada 27 Februari 380, Kaisar Teodosius I mengundangkan sebuah hukum yang menetapkan agama Kristen versi Nikea sebagai agama Kristen yang sah dianut di Kekaisaran Romawi.[147] Segera sesudah dijadikan agama negara, agama Kristen tumbuh dengan subur. Gereja menerima banyak sumbangan dari orang-orang kaya hingga mampu membeli tanah.[148] Selambat-lambatnya semenjak abad ke-4, agama Kristen telah berperan penting dalam pembentukan peradaban Dunia Barat.[149]
Dengan runtuhnya Kekaisaran Romawi di Eropa Barat, lembaga kepausan tampil menjadi salah satu pihak yang turut berperan di pentas politik. Kenyataan ini pertama kali terlihat dalam perundingan diplomatik yang dilakukan Sri Paus Leo dengan orang Hun dan orang Vandal.[158] Gereja juga memasuki kurun waktu usaha dakwah dan penambahan umat yang berlangsung lama di tengah-tengah berbagai suku dan kaum di Eropa. Manakala pengikut bidah Kristen Arian menetapkan hukuman mati bagi pelaku penyembahan berhala (lihat Pembantaian Verden sebagai contoh), agama Kristen Katolik justru menyebar di kalangan suku-suku bangsa Jermani,[158]Kelt, Slav, Magyar, dan Balt yang masih memuja berhala. Agama Kristen telah menjadi unsur penting dalam pembentukan peradaban Dunia Barat, setidaknya semenjak abad ke-4.[16][17][149]
Sekitar tahun 500, Santo Benediktus menyusun aturan biara, dan dengan demikian menghadirkan suatu tatanan regulasi yang berkaitan dengan pendirian dan pengelolaan biara.[158]Monastisisme menjadi kekuatan besar di seluruh Eropa,[158] dan memunculkan banyak pusat pendidikan perdana; yang paling terkenal di antaranya adalah pusat-pusat pendidikan di Irlandia, Skotlandia, dan di Galia, yang turut andil dalam gerakan Pembaharuan Karoling pada abad ke-9.
Pada Abad Pertengahan, terjadi perubahan-perubahan besar dalam Gereja. Paus Gregorius Agung secara dramatis merombak dan menata ulang struktur dan administrasi Gereja.[161] Pada permulaan abad ke-8, umat Kristen terpecah-belah akibat bidah ikonoklasme yang didukung oleh kaisar-kaisar Romawi Timur. Konsili Oikumene Nikea yang kedua pada 787 akhirnya mengeluarkan keputusan yang membenarkan penggunaan ikon oleh umat Kristen.[162] Pada permulaan abad ke-10, monastisisme Kristen di Dunia Barat semakin berkembang berkat usaha-usaha pembaharuan yang dipelopori oleh biara induk tarekat Benediktin di Cluny.[163]
Hebraisme, sebagaimana Helenisme, merupakan salah satu faktor mahapenting dalam perkembangan peradaban Dunia Barat; agama Yahudi, selaku pendahulu dari agama Kristen, secara tidak langsung banyak memberi sumbangan bagi pembentukan nilai-nilai luhur dan akhlak bangsa-bangsa Barat semenjak agama Kristen menyebar luas di daratan Eropa.[17]
Puncak dan Akhir Abad Pertengahan
Semenjak abad ke-11, sekolah-sekolah katedral yang sudah lama berdiri di Dunia Barat dikembangkan menjadi universitas-universitas (lihat Universitas Oxford, Universitas Paris, dan Universitas Bologna). Universitas-universitas tradisional Abad Pertengahan ini—hasil pengembangan sekolah-sekolah gereja Katolik dan Protestan—selanjutnya membentuk struktur-struktur akademik khusus untuk mendidik mahasiswa dalam jumlah yang lebih besar secara lebih layak agar menjadi tenaga-tenaga profesional. Profesor Walter Rüegg, penyunting buku A History of the University in Europe, mengemukakan bahwa universitas-universitas pada zaman itu hanya mendidik mahasiswa untuk menjadi rohaniwan, ahli hukum, pamong praja, dan tabib.[164]
Meskipun pada awalnya hanya mengajarkan mata kuliah teologi, universitas-universitas mulai menambahkan mata-mata kuliah lain, seperti ilmu pengobatan, filsafat, dan hukum. Universitas-universitas yang mengajarkan berbagai mata kuliah tambahan ini menjadi cikal bakal dari lembaga-lembaga pendidikan tinggi modern.[165] Pada umumnya universitas dianggap sebagai lembaga yang berlatar belakang agama Kristen Abad Pertengahan.[166][167] Sebelum universitas-universitas didirikan, penyelenggara pendidikan tinggi di Eropa selama ratusan tahun adalah sekolah-sekolah katedral atau sekolah-sekolah biara (bahasa Latin: scholae monasticae), tempat para biarawan dan biarawati mengajarkan berbagai mata pelajaran. Sekolah-sekolah yang merupakan para leluhur langsung dari universitas-universitas ini terbukti sudah ada di berbagai tempat semenjak abad ke-6.[168]
Seiring maraknya pendirian "kota-kota baru" di seluruh Eropa, terbentuk pula tarekat-tarekat fakir Kristen yang membawa keluar cara hidup bakti dari lingkungan biara ke tengah-tengah lingkungan perkotaan. Dua tarekat fakir yang paling menonjol adalah Tarekat Fransiskan yang didirikan oleh Santo Fransiskus,[169] dan Tarekat Dominikan yang didirikan oleh Santo Dominikus.[170] Kedua tarekat ini sangat berjasa bagi tumbuh kembangnya universitas-universitas besar di Eropa. Tarekat baru lainnya adalah Tarekat Sistersien yang membangun biara-biara besar di daerah-daerah yang belum dihuni orang. Biara-biara Sistersien ini berjasa merintis berdirinya permukiman-permukiman baru. Pada masa itu, gedung-gedung gereja dan seni arsitektur gerejawi meraih capaian-capaian baru, yang berpuncak pada gaya arsitektur Romanik dan Gothik, serta katedral-katedral megah di Eropa.[171]
Sejak tahun 1095, yakni pada masa pontifikat Paus Urbanus II, Perang Salib dikobarkan.[172] Perang Salib adalah serangkaian aksi militer di Tanah Suci dan di tempat-tempat lain, yang dilancarkan sebagai tanggapan atas permohonan bantuan yang diajukan Kaisar Romawi Timur, Aleksios I, untuk melawan usaha perluasan wilayah yang dilakukan oleh bangsa Turki. Perang Salib pada akhirnya gagal membendung agresi Islam, bahkan menjadi penyebab timbulnya rasa permusuhan di kalangan umat Kristen sendiri setelah kota Konstantinopel dijarah bala tentara Kristen dari Eropa Barat semasa Perang Salib yang ke-4.[173]
Dari abad ke-7 sampai abad ke-13, umat Kristen di Dunia Barat dan umat Kristen di Dunia Timur lambat laun terasing satu sama lain. Keterasingan ini bermuara pada skisma yang memecah-belah umat Kristen menjadi Gereja cabang barat, yakni Gereja Katolik,[174] dan Gereja cabang timur (sebagian besar adalah Kristen Yunani), yakni Gereja Ortodoks. Dua Gereja ini berselisih pendapat mengenai sejumlah isu seputar tadbir, liturgi, dan doktrin, terutama isu keutamaan yurisdiksi Sri Paus.[175][176]Konsili Lyon II pada 1274, dan Konsili Firenze pada 1439 berusaha mempersatukan kembali kedua Gereja ini, akan tetapi Gereja Ortodoks menolak memberlakukan putusan-putusan Konsili Lyon maupun Konsili Firenze, sehingga kedua Gereja masih tetap terpisah sampai sekarang. Meskipun demikian, Gereja Katolik telah berhasil memulihkan persatuan dengan sejumlah Gereja Timur yang lebih kecil.
Mulai sekitar tahun 1184, sesudah Perang Salib melawan bidah Katarisme,[177] berbagai lembaga peradilan, yang secara umum disebut Inkuisisi, dibentuk dengan tujuan memberantas bidah serta menjaga kesatuan agama dan doktrin Kristen melalui konversi agama dan gugatan hukum.[178]
Gereja Katolik menanggapi gerakan Reformasi Protestan dengan melakukan serangkaian upaya perombakan dan pembaharuan internal yang disebut Kontra Reformasi atau Reformasi Katolik.[185]Konsili Trento menjelaskan dan menegaskan kembali doktrin Gereja Katolik. Selama abad-abad berikutnya, persaingan antara agama Kristen Katolik dan agama Kristen Protestan dicampuradukkan dengan perjuangan politik negara-negara Eropa.[186]
Sementara itu, penemuan Amerika oleh Kristoforus Kolumbus pada 1492 menimbulkan suatu gelombang kegiatan dakwah yang baru. Berkat semangat baru untuk berdakwah ini, meskipun seiring sejalan dengan usaha perluasan wilayah jajahan oleh negara-negara kuat di Eropa, agama Kristen menyebar ke Amerika, Oseania, Asia Timur, dan Afrika Sub-Sahara.
Perkembangan yang sangat pesat di Eropa kala itu adalah pembentukan negara-negara bangsa selepas era Napoleon. Di seluruh negara Eropa, berbagai macam denominasi Kristen sadar sedang terlibat dalam kancah persaingan, pada taraf tinggi maupun rendah, antara satu sama lain maupun dengan negara. Variabel-variabel dalam persaingan ini adalah ukuran nisbi dari denominasi-denominasi serta orientasi keagamaan, politik, dan ideologi dari negara. Urs Altermatt dari Universitas Fribourg, yang secara khusus mencermati agama Kristen katolik di Eropa, berhasil mengidentifikasi empat ragam kehidupan berbangsa di Eropa. Di negeri-negeri yang mayoritas warganya turun-temurun memeluk agama Kristen Katolik seperti Belgia, Spanyol, dan sampai taraf tertentu juga Austria, komunitas-komunitas keagamaan dan kebangsaan kurang lebih identik. Simbiosis dan pemisahan budaya didapati di Polandia, Irlandia, dan Swiss, yakni negeri-negeri dengan denominasi-denominasi yang saling bersaing. Persaingan didapati di Jerman, Belanda, dan juga di Swiss, yakni negara-negara dengan populasi Katolik minoritas yang kurang lebih bangga menjadi anak bangsa dari negeri yang ditinggalinya. Yang terakhir, pemisahan antara agama (khususnya agama Kristen Katolik) dan negara didapati dalam taraf yang tinggi di Prancis dan Italia, yakni di negeri-negeri tempat negara secara aktif menentang kewenangan Gereja Katolik.[194]
Gabungan faktor-faktor pembentukan negara-negara bangsa dan ultramontanisme, khususnya di Jerman dan Belanda, juga di Inggris (dalam taraf yang jauh lebih rendah[195]), sering kali memaksa gereja-gereja, organisasi-organisasi, dan anggota-anggota jemaat Katolik untuk memilih antara tunduk pada tuntutan-tuntutan kebangsaan dari negara atau tunduk pada kewenangan Gereja, teristimewa pada kewenangan lembaga kepausan. Permasalahan ini mengemuka dalam Konsili Vatikan Pertama, dan juga menjadi sebab langsung dari Kulturkampf (pergolakan budaya) di Jerman, manakala kubu liberal dan Protestan di bawah pimpinan Otto von Bismarck berhasil mengundangkan berbagai macam peraturan yang sungguh-sungguh membatasi keleluasaan Gereja Katolik dalam berekspresi dan berorganisasi.
Ketaatan beragama umat Kristen di Eropa merosot seiring munculnya modernitas dan sekularisme di benua itu,[196] khususnya di Republik Ceko dan Estonia,[197] sementara ketaatan beragama di Amerika pada umumnya tinggi jika dibandingkan dengan Eropa. Pada penghujung abad ke-20, terjadi peralihan jumlah umat Kristen yang taat beragama dari Eropa dan Amerika ke negara-negara Dunia Ketiga, dan belahan bumi selatan pada umumnya. Peradaban Dunia Barat akhirnya tak lagi menjadi pengusung utama panji-panji agama Kristen.
Beberapa kelompok masyarakat Eropa (termasuk yang di perantauan), masyarakat-masyarakat pribumi Amerika, dan masyarakat-masyarakat pribumi di benua-benua lainnya telah menghidupkan kembali agama-agama aslinya masing-masing. Sekitar 7,1 sampai 10% dari orang Arab adalah umat Kristen,[198] sebagian besar di antaranya bermukim di Mesir, Suriah, dan Lebanon.
Menurut sebuah naskah Kristen Mesir dari abad ke-12, ada sebuah gereja yang dibangun di Barus, bandar niaga di kawasan pesisir barat Sumatera Utara. Bandar ini diketahui sering dikunjungi oleh saudagar-saudagar India, sehingga gereja di Barus mungkin saja memiliki hubungan dengan umat Kristen Santo Tomas di India.[199]
Setelah berhasil menguasai bandar Goa di India pada 1510 dan merebut bandarMalaka di Semenanjung Malaya pada 1511, para pelaut Portugis melanjutkan pelayaran niaganya ke berbagai pelosok kepulauan Nusantara. Pemimpin-pemimpin orang Makassar di kawasan selatan Pulau Sulawesi beberapa kali mengungkapkan ketertarikan mereka terhadap agama Kristen pada abad ke-16. Permintaan tenaga misionaris Katolik ke Malaka tidak kunjung dikabulkan, mungkin karena ketiadaan rempah-rempah di daerah ini, dan masyarakat di kawasan selatan Pulau Sulawesi akhirnya memeluk agama Islam semenjak 1605.[200] Setelah para saudagar Portugis dianugerahi hak monopoli niaga cengkih dari Sultan Ternate, komunitas Kristen Katolik pertama di kepulauan Nusantara akhirnya terbentuk di Halmahera pada 1534. Melalui jalur niaga kayu cendana antara Malaka dan Pulau Timor, saudagar-saudagar Portugis berhasil menyebarkan agama Kristen Katolik di Pulau Solor, Pulau Timor, dan Pulau Flores. Pada 1562, para misionaris Dominikan datang dari Malaka dan mendirikan sebuah gereja di Flores.[201]Manado dijadikan pangkalan pertahanan Portugis dalam rangka menghadapi sepak terjang Kesultanan Ternate. Para misionaris Portugis mendakwahkan agama Kristen di kawasan utara Pulau Sulawesi antara 1563 dan 1570, namun daerah misi ini akhirnya ditinggalkan ketika orang-orang Portugis diserang bertubi-tubi selepas peristiwa pembunuhan Sultan Hairun di Ternate.[202]
Zaman Penjajahan Belanda
Setelah mengalahkan Portugis pada 1605, Bangsa Belanda mengusir para misionaris Katolik.[203]Kompeni Belanda menaklukkan dan menduduki Ambon pada 1605. Warga Kristen Katolik di Ambon, Manado, dan Kepulauan Sangihe-Talaud dipaksa beralih keyakinan menjadi Protestan. Pada 1613, Solor jatuh ke tangan Belanda sehingga kegiatan misi Katolik meredup di Pulau Flores dan Pulau Timor, meskipun kedua pulau ini masih dikuasai bangsa Portugis.[204]
Agama Kristen Protestan masuk ke Nusantara pada zaman penjajahan Belanda. Pada pertengahan era 1700-an, sudah ada jemaat Lutheran dalam jumlah yang signifikan di Jakarta dengan sebuah gedung gereja Lutheran yang dibangun oleh Gubernur Jenderal penganut aliran Lutheran, Gustaaf Willem van Imhoff, pada 1749.[205]
Umat Kristen Katolik baru diberi kebebasan untuk beribadat di wilayah Hindia Belanda oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pada 1808. Kebijakan ini lebih ditujukan bagi kepentingan umat Kristen Katolik berkebangsaan Eropa, karena Gubernur Jenderal Daendels memerintah Hindia Belanda di bawah rezim Prancis, negara penganut agama Kristen Katolik. Kebebasan beribadah bagi umat Katolik ini dikukuhkan oleh Thomas Raffles.
Pada 1817, pemerintah kolonial Belanda mendirikan Protestantsche Kerk in Nederlandsch-Indie (Gereja Protestan di Hindia Belanda) atau Indische Kerk (Gereja Hindia) untuk mewadahi denominasi-denominasi Gereformeerd (Kalvinis), Lutheran, Baptis, Arminian, dan Menonit.[206]
Dengan maklumat tanggal 11 Desember 1835, Raja Belanda, Willem I, menitahkan penyatuan seluruh denominasi Lutheran dan Kalvinis (baru terwujud pada 1854), serta pembentukan majelis gereja tunggal untuk mengawasi seluruh denominasi Kristen Protestan di Hindia Belanda (terwujud pada 1844).[207]
Pasca-Penjajahan Belanda
Setelah Indonesia Merdeka, agama Kristen (Katolik maupun Protestan) terus bertumbuh sekalipun bangsa Belanda maupun bangsa-bangsa Eropa lainnya diusir dari Indonesia. Agama Kristen tumbuh sangat pesat selepas pemakzulan Presiden Sukarno pada 1965. Pelarangan terhadap komunisme dan kebijakan-kebijakan anti-Konfusianisme yang dikeluarkan oleh rezim Orde Baru mengakibatkan orang berbondong-bondong (sebagian besar adalah orang Tionghoa) memeluk agama Kristen.[203]
Sejak akhir abad ke-20 sampai dengan awal abad ke-21, banyak misionaris dari Amerika Serikat yang datang ke Indonesia untuk menyebarkan aliran Injili dan Pentakosta. Aliran-aliran yang sering kali disebut "karismatik" ini merupakan aliran-aliran yang dianggap "modern" karena menggabungkan keyakinan Kristen tradisional dengan pola pikir modern.[208]
Dengan jumlah pemeluk sekitar 2,5 miliar jiwa,[3][4] yang terbagi-bagi dalam tiga cabang utama, yakni Kristen Katolik, Kristen Protestan, dan Kristen Ortodoks Timur, agama Kristen merupakan agama terbesar di dunia.[2] Persentase umat Kristen dari keseluruhan populasi dunia bertahan di kisaran 33% selama seratus tahun terakhir, yang berarti bahwa satu dari tiga orang di dunia memeluk agama Kristen. Persentase ini sesungguhnya tidak memperlihatkan pergeseran besar yang telah terjadi dalam demografi Kristen, yakni pertambahan besar jumlah pemeluk agama Kristen di negara-negara berkembang yang terjadi seiring dengan penurunan besar jumlah pemeluk agama Kristen di Eropa dan Amerika Utara.[209] Menurut kajian tahun 2015 yang dilakukan oleh lembaga Pew Research Center, agama Kristen masih akan tetap menjadi agama terbesar di dunia dalam empat dasawarsa berikutnya, dan jumlah pemeluk agama Kristen mungkin akan melampaui 3 miliar jiwa pada 2050.[210]:60
Persentase umat Kristen Katolik dan Ortodoks (baik Gereja Ortodoks Timur maupun Gereja Ortodoks Oriental) semakin menurun, sementara persentase umat Kristen Protestan dan kelompok-kelompok Kristen lainnya semakin meningkat.[211][212][213] Kelompok yang disebut aliran Protestan populer[note 6] adalah salah satu di antara golongan-golongan keagamaan dengan pertumbuhan tercepat di dunia.[214][215]
Populasi Kristen tidak berkurang di Brazil, kawasan selatan Amerika Serikat,[225] dan Provinsi Alberta di Kanada,[226] tetapi persentasenya menurun. Di negara-negara seperti Australia[227] dan Selandia Baru,[228] populasi Kristen mengalami penurunan baik dalam jumlah maupun persentase.
Meskipun mengalami penurunan jumlah pemeluk, agama Kristen masih tetap menjadi agama terbesar di Dunia Barat, karena 70% warganya memeluk agama Kristen.[5] Survei Pew Research Center tahun 2011 mendapati bahwa 76,2% orang Eropa, 73,3% di Oseania dan sekitar 86,0% di Benua Amerika (90,0% di Amerika Latin dan 77,4% di Amerika Utara) mengaku beragama Kristen.[5][229][230][231] Pada tahun 2010, sekitar 157 negara dan wilayah di dunia merupakan tempat-tempat berpenduduk mayoritas Kristen.[2]
Meskipun demikian, banyak gerakan karismatik yang sudah berdiri kukuh di berbagai belahan dunia, teristimewa di Afrika, Amerika Latin, dan Asia.[232][233][234][235][236] Sejak 1900, terutama melalui perpindahan agama, aliran Protestan telah menyebar dengan cepat di Afrika, Asia, Oseania, dan Amerika Latin.[237] Sejak 1960 sampai 2000, tingkat pertumbuhan global umat Protestan Injili yang terlaporkan meningkat tiga kali lipat dibanding tingkat pertumbuhan populasi dunia, dan dua kali lipat dibanding tingkat pertumbuhan pemeluk agama Islam.[238] Kajian Universitas Saint Mary memperkirakan ada sekitar 10,2 juta umat Muslim beralih menjadi pemeluk agama Kristen pada 2015,[239] dan ada pula pemeluk-pemeluk agama Islam dalam jumlah yang signifikan beralih menjadi pemeluk agama Kristen di Afganistan,[240] Albania,[239] Azerbaijan[241][242] Aljazair,[243][244] Belgia,[245] Prancis,[244] Jerman,[246] Iran,[247] India,[244] Indonesia,[248] Malaysia,[249] Maroko,[244][250] Rusia,[244] Belanda,[251] Arab Saudi,[252] Tunisia,[239] Turki,[244][253][254][255] Kazakstan,[256] Kirgistan,[239] Kosovo,[257] Amerika Serikat,[258] dan Asia Tengah.[259][260] Dilaporkan pula bahwa agama Kristen cukup populer di kalangan orang-orang dari latar belakang yang berbeda-beda di India (sebagian besar beragama Hindu),[261][262] Malaysia,[263] Mongolia,[264] Nigeria,[265] Vietnam,[266] Singapura,[267] Indonesia,[268][269] Tiongkok,[270] Jepang,[271] dan Korea Selatan.[272]
Di sebagian besar negara berkembang, kebiasaan menghadiri ibadat berjemaah di gereja di kalangan masyarakat yang masih mengaku sebagai pemeluk agama Kristen telah merosot dalam beberapa dasawarsa terakhir.[273] Beberapa sumber memandang kenyataan ini sekadar sebagai bagian dari tindakan menanggalkan keanggotaan pada lembaga-lembaga tradisional,[274] sementara sumber-sumber lain mengaitkannya dengan tanda-tanda penurunan keyakinan akan pentingnya agama secara umum.[275] Meskipun jumlahnya menurun, populasi Kristen Eropa masih merupakan komponen geografis terbesar dari agama Kristen.[276] Menurut data Survei Sosial Eropa dari tahun 2012, sekitar sepertiga dari umat Kristen Eropa mengaku menghadiri ibadat berjemaah di gereja sebulan sekali atau lebih dari sekali.[277] Sebaliknya sekitar dua pertiga dari umat Kristen Amerika Latin, dan menurut World Values Survey sekitar 90% dari umat Kristen Afrika (di Ghana, Nigeria, Rwanda, Afrika Selatan, dan Zimbabwe), mengaku menghadiri ibadat berjemaah di gereja secara teratur.[277]
Ada pula sejumlah besar negara lain, misalnya Siprus, yang tidak menjadikan agama Kristen sebagai agama negara namun tetap memberikan pengakuan dan dukungan resmi bagi salah satu denominasi Kristen tertentu.[292]
Negara-negara dengan 50% atau lebih warga pemeluk agama Kristen ditandai dengan warna ungu, sementara negara-negara dengan 10% sampai 50% warga pemeluk agama Kristen ditandai dengan warna merah muda
Negara-negara yang menjadikan agama Kristen sebagai agama negara ditandai dengan warna biru
Negara-negara yang menjadikan agama Kristen sebagai agama negara (peta terperinci; lihat legenda untuk keterangan lebih lanjut)
Distribusi umat Kristen Katolik
Distribusi umat Kristen Protestan
Distribusi umat Kristen Ortodoks Timur
Distribusi umat Kristen Ortodoks Oriental
Lain-lain: hitam - lebih dari 10 juta pemeluk agama Kristen; merah - lebih dari 1 juta pemeluk agama Kristen
Ada beragam doktrin dan praktik peribadatan di kalangan kelompok-kelompok yang menyebut dirinya Kristen. Kelompok-kelompok ini dapat saja berbeda pandangan eklesiologi sehubungan dengan penggolongan denominasi-denominasi Kristen.[298] Meskipun demikian, syahadat Nikea tahun 325 lazimnya diakui sebagai pedoman yang patut diikuti oleh sebagian besar umat Kristen, termasuk Gereja Katolik, Gereja Ortodoks Timur, Gereja Ortodoks Oriental, dan aliran-aliran utama dalam rumpun besar aliran Protestan, misalnya berbagai macam denominasi Anglikan.[299]
Berdasarkan eklesiologi Protestan, semenjak kemunculannya pada abad ke-16, rumpun besar Protestan terdiri atas bermacam-macam kelompok jemaat dan praktik peribadatan. Selain Lutheran dan Kalvinis yang merupakan dua aliran utama dari gerakan Reformasi Protestan, ada pula aliran Anglikan yang muncul dari gerakan Reformasi Inggris. Aliran Anabaptis dikucilkan oleh aliran-aliran Protestan lainnya kala itu, namun di kemudian hari diakui pula sebagai bagian dari rumpun besar aliran Protestan. Aliran Adventis, Baptis, Metodis, Pentakosta, dan berbagai macam aliran Protestan lainnya baru muncul pada abad-abad berikutnya.
Gereja Ortodoks Timur terdiri atas Gereja-Gereja yang menjalin persekutuan dengan para batrik[note 7] Gereja Timur, misalnya Batrik Oikumene Konstantinopel.[313] Sama seperti Gereja Katolik, Gereja Ortodoks Timur juga merunut asal-usulnya sampai pada saat pembentukan agama Kristen melalui suksesi apostolik, dan struktur kepemimpinannya juga dikepalai oleh para uskup. Meskipun demikian, Gereja-Gereja dalam lingkup persekutuan ini sangat menonjolkan keswatantraannya, dan sebagian besar di antaranya merupakan Gereja kebangsaan. Gereja Ortodoks Timur dan Gereja Barat masih mempersengketakan sejumlah doktrin dan lingkup kewenangan yang berpuncak pada peristiwa Skisma Akbar. Gereja Ortodoks Timur merupakan denominasi Kristen terbesar kedua, dengan jumlah jemaat sekitar 225–300 juta jiwa.[5][311][314]
Gereja Negeri Timur Asiria, dengan rangkaian suksesi kebatrikan yang berkesinambungan semenjak terbentuk pada abad ke-17, adalah sebuah denominasi Kristen Timur yang mandiri dan mengaku sebagai kelanjutan dari Gereja Negeri Timur, sama halnya dengan kebatrikan Katolik yang terbentuk pada abad ke-16 dan berkembang menjadi Gereja Katolik Kaldea, salah satu Gereja Katolik Timur yang menjalin persekutuan dengan Sri Paus.
Pada abad ke-16, Martin Luther, kemudian Hulderikus Zwingli dan Yohanes Kalvin, memprakarsai sebuah mazhab atau aliran pemikiran yang kemudian hari disebut Protestantisme. Para pengikut ajaran teologi Martin Luther disebut kaum Lutheran, sementara para pengikut ajaran teologi Hulderikus Zwingli dan Yohanes Kalvin membentuk lebih banyak denominasi yang pada umumnya disebut kaum Reformed (Belanda: Gereformeerdcode: nl is deprecated ).[318]
Aliran-aliran Protestan tertua yang pertama kali memisahkan diri dari Gereja Katolik semasa Reformasi Protestan sering kali mengalami perpecahan lebih lanjut.[318] Misalnya saja pada abad ke-18, aliran Metodis muncul dari gerakan Kekudusan yang digagas oleh John Wesley, seorang imam gereja Anglikan.[319] Di kemudian hari, aliran Metodis memunculkan pula sejumlah gereja Pentakosta dan gereja nondenominasi yang mengutamakan kuasa penyucian Roh Kudus.[320] Karena aliran Metodis, Pentakosta, dan aliran-aliran injili lainnya senantiasa mendengung-dengungkan imbauan "terima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadimu",[321] yang berasal dari ajaran John Wesley tentang pentingnya "lahir baru",[322] maka para pengikut aliran-aliran ini sering kali menyebut dirinya sebagai orang Kristen lahir baru.[323][324]
Salah satu rumpun aliran di dalam rumpun besar Protestan yang istimewa adalah gereja-gereja Anglikan yang bermula dari gereja Inggris dan diorganisasikan dalam komuni (persekutuan) Anglikan. Sejumlah gereja Anglikan mengaku sebagai gereja Protestan sekaligus Katolik.[327] Sejumlah tokoh Anglikan menganggap gerejanya sebagai salah satu cabang dari "Gereja Katolik yang kudus dan esa" setingkat dengan Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks Timur. Anggapan semacam ini ditolak oleh Gereja Katolik, sejumlah Gereja Ortodoks Timur, dan banyak dari umat Anglikan injili sendiri.[328][329]
Sekelompok orang yang menganut asas-asas ajaran aliran Protestan hanya menyebut dirinya "umat Kristen" atau "umat Kristen lahir baru". Kelompok ini biasanya menghindari paham konfesionalisme dan kredalisme dari komunitas-komunitas Kristen lain[333] dengan menyebut diri mereka sebagai "kaum nondenominasional" atau "kaum injili". Karena sering kali dibentuk oleh gembala-gembala perorangan, kelompok-kelompok semacam ini sedikit sekali memiliki kaitan afiliasi dengan denominasi-denominasi historis.[334]
Semasa Kebangunan Rohani Kedua, yakni kurun waktu kesadaran beragama yang berlangsung di Amerika Serikat pada awal era 1800-an, terjadi pertambahan jumlah gereja yang tidak memiliki kaitan dengan gereja lain. Pada umumnya gereja-gereja ini menganggap dirinya sedang memulihkan gereja mula-mula yang didirikan oleh Yesus Kristus, alih-alih menganggap dirinya mendirikan sebuah gereja baru.[335] Pada umumnya umat Kristen Pemulihan ini percaya bahwa kelompok-kelompok umat Kristen lainnya telah membawa masuk kesesatan ke dalam agama Kristen. Tindakan penyesatan agama Kristen inilah yang mereka sebut sebagai Murtad Besar.[336]Iglesia ni Cristo adalah gereja Pemulihan di Asia yang dibentuk pada permulaan era 1900-an.
Agama Yahudi Mesianis (atau Gerakan Mesianis) adalah nama sebuah gerakan Kristen yang terdiri atas sejumlah aliran yang anggota-anggotanya boleh menganggap dirinya sebagai umat Yahudi. Gerakan yang bermula pada era 1960-an dan 1970-an ini mencampurkan unsur-unsur dari praktik keagamaan Yahudi dengan ajaran Kristen injili. Agama Yahudi Mesianis meyakini asas-asas kepercayaan semisal status Mesias dan kodrat ilahi dari "Yesyua" (nama Yesus dalam bahasa Ibrani) serta hakikat ketritunggalan Allah, namun juga menaati sejumlah hukum dan adab makan Yahudi.[342]
Umat Kristen esoteris atau para penganut kebatinan Kristen menganggap agama Kristen sebagai sebuah agama misteri,[343][344] dan mengakui keberadaan serta mengaku memiliki doktrin-doktrin atau praktik-praktik esoteris (kebatinan) tertentu[345][346] yang tersembunyi dari khalayak ramai dan hanya dapat diakses oleh sekalangan kecil orang-orang yang "tercerahkan", "terinisiasi", atau sangat terdidik.[347][348] Contoh lembaga kebatinan Kristen antara lain Rosicrucian Fellowship (Perhimpunan Mawar Salib), Perhimpunan Antroposofi, dan Martinisme.
Hampir sepanjang sejarahnya, kebudayaan Barat telah disamakan dengan kebudayaan Kristen, dan sebagian besar populasi Dunia Barat dapat disebut umat Kristen budaya. Istilah "Eropa" dan "Dunia Barat" telah dikait-kaitkan begitu rapat dengan gagasan tentang "agama Kristen" dan "Dunia Kristen", bahkan banyak kalangan yang beranggapan bahwa agama Kristen merupakan salah satu mata rantai dalam pembentukan jati diri Eropa yang tunggal.[349]
Umat Kristen budaya adalah masyarakat sekuler dengan warisan Kristen yang mungkin saja tidak percaya pada berbagai ajaran agama Kristen, tetapi mempertahankan keakraban dengan budaya populer, seni rupa, seni musik, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan agama Kristen. Istilah ini juga kerap digunakan untuk membedakan kelompok-kelompok politik di kawasan-kawasan yang didiami oleh masyarakat dari berbagai latar belakang keagamaan.
Kelompok-kelompok dan denominasi-denominasi Kristen sudah lama mendengung-dengungkan cita-cita untuk bersatu. Pada abad ke-20, gerakan oikumene (gerakan persatuan) umat Kristen mengalami kemajuan melalui dua cara.[387] Salah satu caranya adalah meningkatkan kerjasama antargolongan, contohnya adalah pembentukan Aliansi Injili Sedunia pada 1846 di London, penyelenggaraan Konferensi Utusan Injil Edinburgh di kalangan Protestan pada 1910, pembentukan Komisi Keadilan, Perdamaian, dan Penciptaan dalam Dewan Gereja-Gereja Sedunia pada 1948 oleh gereja-gereja Protestan dan Gereja-Gereja Ortodoks, serta pembentukan dewan-dewan nasional seperti Dewan Gereja-Gereja Nasional Australia yang juga mengikutsertakan umat Kristen Katolik.[387]
Cara yang lain adalah membina persatuan kelembagaan melalui persatuan dan persekutuan antargereja, yakni suatu praktik yang dapat ditelusuri asal-usulnya sampai pada usaha-usaha persatuan yang dilakukan oleh jemaat-jemaat Lutheran dan jemaat-jemaat Kalvinis pada awal abad ke-19 di Jerman. Gereja-gereja Kongregasional, Metodis, dan presbiterian bersatu pada 1925 menjadi Gereja Kesatuan Kanada,[388] dan pada 1977 untuk membentuk Gereja Bersatu di Australia. Pada 1947, gereja-gereja Anglikan, Baptis, Metodis, Kongregasional, dan Presbiterian bersatu membentuk Gereja India Selatan.[389]
Komunitas Taizé adalah sebuah paguyuban monastik oikumene yang istimewa karena beranggotakan lebih dari seratus orang bruder dari Gereja Katolik maupun gereja-gereja Protestan.[390] Komunitas ini mementingkan rekonsiliasi di antara semua denominasi Kristen, dan gereja utamanya yang berlokasi di Taizé, Saône-et-Loire, Prancis, diberi nama "Gereja Rekonsiliasi".[390] Komunitas yang sudah terkenal di seluruh dunia ini dikunjungi lebih dari 100.000 peziarah muda setiap tahun.[391]
Langkah-langkah menuju rekonsiliasi pada tataran global dilakukan pada 1965 oleh Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks dengan menarik kembali pernyataan pengucilan dari masing-masing pihak yang menjadi pemicu skisma akbar di antara keduanya pada 1054.[392]Komisi Internasional Anglikan-Katolik Roma dibentuk pada 1969, dan telah berupaya memulihkan persekutuan penuh di antara kedua belah pihak semenjak 1970.[393] Sejumlah gereja Lutheran dan Gereja Katolik menandatangani Pernyataan Bersama Mengenai Doktrin Pembenaran pada 1999 demi menuntaskan sengketa-sengketa di antara kedua belah pihak yang dipicu oleh gerakan Reformasi Protestan. Pada 2006, Dewan Metodis Sedunia, atas nama seluruh denominasi Metodis, mengadopsi pernyataan bersama ini.[394]
Kritik terhadap agama Kristen dan umat Kristen sudah muncul semenjak masa hidup rasul-rasul. Alkitab Perjanjian Baru memuat riwayat-riwayat mengenai sengketa yang timbul di antara para pengikut Yesus di satu pihak dan kaum Farisi serta ahli-ahli Taurat di lain pihak (misalnya Matius 15:1–20 dan Markus 7:1–23).[395] Pada abad ke-2, agama Kristen dikritik oleh umat Yahudi dengan berbagai alasan, misalnya nubuat-nubuat dalam Alkitab Ibrani dikatakan tidak digenapi oleh Yesus karena hidupnya berakhir secara tragis,[396] dan bahwasanya kurban penghapusan dosa yang dipersembahkan di muka (dipersembahkan sebelum timbul perbuatan dosa), baik yang dipersembahkan demi kepentingan semua orang maupun yang dipersembahkan demi kepentingan diri sendiri, tidak sesuai dengan ritual kurban agama Yahudi. Selain itu dikatakan pula bahwa Allah menghakimi manusia berdasarkan perbuatannya, bukan berdasarkan keyakinannya.[397][398] Salah satu dari serangan komprehensif pertama terhadap agama Kristen berasal dari filsuf Yunani, Kelsos, yang menulis Perkataan Yang Benar (bahasa Yunani: Λόγος Ἀληθής, Logos Alētēs; bahasa Latin: Verbum Verum), sebuah polemik yang mengkritik umat Kristen sebagai warga yang tidak berguna bagi masyarakat.[399][400][401] Bapa Gereja, Origenes, menanggapi kritik Kelsos dengan menerbitkan risalahnya, Melawan Kelsos (bahasa Yunani: Κατὰ Κέλσου, Kata Kelsou; bahasa Latin: Contra Celsum), sebuah karya tulis yang menjadi cikal bakal dari ilmu apologetika Kristen. Origenes menanggapi kritik-kritik Kelsos secara sistematis, sehingga membantu meningkatkan wibawa akademik agama Kristen.[401][402]
Pada abad ke-3, kritik terhadap agama Kristen sudah menggunung, sebagian di antaranya merupakan bentuk pembelaan diri terhadap agama Kristen. Desas-desus liar mengenai umat Kristen telah menyebar ke mana-mana. Konon kabarnya umat Kristen adalah umat tak bertuhan, memakan bayi manusia dalam upacara-upacara peribadatannya, dan gemar melakukan persetubuhan sumbang secara beramai-ramai.[403][404]Porfirios, ahli filsafat Neoplatonis, menyusun karya tulisnya, Melawan Orang Kristen (bahasa Yunani: Κατὰ Χριστιανῶν, Kata Kristianon; bahasa Latin: Adversus Christianos), dalam lima belas jilid sebagai suatu serangan komprehensif terhadap agama Kristen, sebagian dari isinya disusun berdasarkan ajaran-ajaran Plotinos.[405][406]
Pada abad ke-12, RabiMusa bin Maimun dalam karya tulisnya, Misneh Torah, mengkritik agama Kristen sebagai penyembahan berhala, karena umat Kristen memperilahkan Yesus yang berjasmani.[407] Pada abad ke-19, Nietzsche mulai menulis serangkai polemik mengenai ajaran-ajaran "tak wajar" agama Kristen (misalnya berpantang seks), dan terus-menerus mengkritik agama Kristen hingga akhir hayatnya.[408] Pada abad ke-20, filsuf Bertrand Russell menjabarkan kritiknya terhadap agama Kristen dalam esainya yang berjudul Why I Am Not a Christian. Bertrand Russell merumuskan penolakannya terhadap agama Kristen dalam bentuk argumen-argumen logis.[409]
Kritik terhadap agama Kristen terus-menerus bermunculan hingga hari ini, misalnya kritik dari ahli-ahli teologi Yahudi dan Muslim terhadap doktrin Tritunggal yang dianut oleh sebagian besar umat Kristen. Menurut alim-ulama Yahudi dan Muslim ini, doktrin Tritunggal menerbitkan asumsi bahwa ada tiga Allah, dan oleh karena itu bertentangan dengan asas monoteisme.[410] Pengkaji Perjanjian Baru, Robert M. Price, telah mengemukakan dugaan dalam bukunya yang berjudul "The Christ Myth Theory and its problems" (Teori Mitos Kristus dan Permasalahannya) bahwa sebagian isi dari sejumlah kisah dalam Alkitab didasarkan pada mitos.[411]
Apologetika Kristen bertujuan membentuk landasan rasional bagi agama Kristen. Kata "apologetika" berasal dari kata Yunani, "apologeomai", yang berarti "demi membela". Apologetika Kristen telah dilakukan dalam berbagai bentuk selama berabad-abad, mulai dari Rasul Paulus. Filsuf Tomas Aquinas mengemukakan lima argumen bagi eksistensi Allah dalam karya tulisnya yang berjudul Summa Theologica, sementara Summa contra Gentiles merupakan sebuah karya tulis utama di bidang apologetika Kristen yang juga dihasilkan oleh filsuf ini.[412][413] Ahli apologetika kenamaan lainnya, G. K. Chesterton, menulis pada permulaan abad ke-20 tentang manfaat-manfaat agama, teristimewa agama Kristen. G. K. Chesterton yang terkenal dengan penggunaan paradoks ini menjelaskan bahwa sekalipun merupakan agama yang paling banyak misterinya, agama Kristen juga adalah agama yang paling praktis.[414][415] Ia mengacu pada kemajuan peradaban-peradaban Kristen sebagai bukti dari praktikalitas agama Kristen.[416]John Polkinghorne, seorang imam Anglikan sekaligus seorang fisikawan, dalam bukunya yang berjudul Questions of Truth, membahas hal-ihwal hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan, yakni pokok bahasan yang juga pernah didalami oleh ahli-ahli apologetika Kristen lainnya seperti Ravi Zacharias, John Lennox, dan William Lane Craig. Sehubungan dengan pokok bahasan ini, John Lennox dan William Lane Craig berpendapat bahwa model Ledakan Besar yang memperluas ruang angkasa adalah bukti bagi eksistensi Allah.[417]
^ abIstilah "orang Kristen" (bahasa Yunani: Χριστιανός, Kristianos) pertama kali digunakan sebagai sebutan bagi murid-murid Yesus di kota Antiokhia (Kisah Para Rasul 11:26) pada ca. 44 M. Kristianos berarti "pengikut Kristus". Sebutan ini diberikan oleh warga non-Yahudi Antiokhia kepada murid-murid Yesus. Dalam Perjanjian Baru, sebutan-sebutan bagi murid-murid Yesus di kalangan sendiri adalah "saudara", "orang beriman", "orang terpilih", "orang kudus", dan "orang percaya". Karya tulis tertua yang berisi kata Kristianos adalah surat-surat Ignasius dari Antiokhia yang ditulis sekitar tahun 100 M.[1]
^"Kabar baik" atau "kabar gembira" adalah terjemahan dari istilah Yunani Kunoεὐαγγέλιονeuanggélion. Umat Kristen Indonesia menggunakan kata Arab, إنجيل, Injil, yang terdapat pada naskah-naskah agama Islam, dan kini digunakan pula oleh umat Muslim non-Arab serta orang Arab non-Muslim. Kata ini berasal dari istilah AramSuryani ܐܘܢܓܠܝܘܢ awon-gali-yun (artinya "Ia Mewahyukan") dalam Pesyita (Alkitab dalam bahasa Suryani), hasil alih aksara dari kata Yunanieuanggelion. Dari kata "Injil" inilah dibentuk kata Injili sebagai padanan "Evangelical" dan Penginjilan sebagai padanan "evangelism".
^Dari bahasa bahasa Arab: أُسْقُف, usquf, alih aksara dari bahasa Yunani: επίσκοπος, epískopos, yang berarti penilik.
^Istilah "aliran Protestan populer" adalah sebuah istilah yang luwes; didefinisikan sebagai segala macam wujud dari aliran Protestan selain dari denominasi-denominasi bersejarah yang terbentuk pada zaman Reformasi Protestan.
^Dari bahasa Arab: بَطْرَك, baṭrak, hasil alih aksara dari bahasa Yunani: πατριάρχης, patriarkēs, yang berarti kepala keluarga.
^ ab32,93% dari ~7,9 miliar penduduk dunia (di bagian 'People') "World". The World Factbook. CIA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-01-05. Diakses tanggal 2017-05-23.
^McManners, Oxford Illustrated History of Christianity, hlm. 301–303.
^Muslim-Christian Relations. Amsterdam University Press. 2006. ISBN978-90-5356-938-2. Diakses tanggal 18 Oktober 2007. Semangat untuk mewartakan Injil di kalangan umat Kristen juga disertai oleh kesadaran bahwa permasalahan pertama yang akan muncul adalah bagaimana melayani melayani sejumlah besar pemeluk baru. Simatupang mengatakan bahwa, jika jumlah umat Kristen meningkat menjadi dua atau tiga kali lipat, maka jumlah pelayan umat semestinya juga meningkat menjadi dua atau tiga kali lipat, peran serta umat awam harus dimaksimalkan, dan pelayanan agama Kristen bagi masyarakat luas melalui sekolah-sekolah, rumah-rumah sakit, dan panti-panti asuhan, harus diperbanyak. Selain itu, bagi Simatupang, misi Kristen harus terlibat dalam perjuangan menegakkan keadilan di tengah-tengah geliat modernisasi.
^Fred Kammer (1 Mei 2004). Doing Faith Justice. Paulist Press. ISBN978-0-8091-4227-9. Diakses tanggal 18 Oktober 2007. Para teolog, uskup, dan pengkhotbah mendesak komunitas Kristen untuk berbelas kasih sebagaimana Allah mereka berbelas kasih, dengan berulang kali menegaskan bahwa jagat raya diciptakan demi kepentingan seluruh umat manusia. Mereka juga menerima dan mengembangkan ajaran menemukan Kristus dalam diri fakir miskin, dan kewajiban umat Kristen untuk melayani fakir miskin. Kongregasi-kongregasi religius dan pemimpin-pemimpin karismatik perseorangan mendorong pengembangan lembaga-lembaga penyantunan, panti-panti husada, balai-balai penyantunan peziarah, panti-panti asuhan, rumah-rumah penampungan bagi ibu-ibu yang tidak menikah yang menjadi cikal bakal "jaringan besar rumah-rumah sakit, panti-panti asuhan, dan sekolah-sekolah pada zaman modern, untuk melayani fakir miskin dan masyarakat luas."
^Christian Church Women: Shapers of a Movement. Chalice Press. Maret 1994. ISBN978-0-8272-0463-8. Diakses tanggal 18 Oktober 2007. Di provinsi-provinsi tengah di India, mereka mendirikan sekolah-sekolah, panti-panti asuhan, rumah-rumah sakit, dan gereja-gereja, serta mewartakan pesan Injil di zenanas.
^Religions in Global Society – Halaman 146, Peter Beyer – 2006
^ abCambridge University Historical Series, An Essay on Western Civilization in Its Economic Aspects, hlm.40: Hebraisme, sebagaimana Helenisme, telah menjadi faktor mahapenting dalam perkembangan peradaban barat; Agama Yahudi, selaku pendahulu agama Kristen, secara tidak langsung memiliki andil besar dalam pembentukan cita-cita dan moralitas bangsa-bangsa barat semenjak zaman Kristen.
^ abcCaltron J.H Hayas, Christianity and Western Civilization (1953),Stanford University Press, hlm.2: "Tampilan-tampilan khas tertentu dari peradaban barat kita itu — yakni peradaban Eropa Barat dan Amerika — telah dibentuk terutama oleh Yahudi – Yunani – Kristen, Katolik maupun Protestan."
^Horst Hutter, University of New York, Shaping the Future: Nietzsche's New Regime of the Soul And Its Ascetic Practices (2004), hlm.111:tiga pendiri besar budaya barat, yakni Sokrates, Yesus, dan Plato.
^Fred Reinhard Dallmayr, Dialogue Among Civilizations: Some Exemplary Voices (2004), hlm.22: Peradaban barat kadang-kadang pula digambarkan sebagai peradaban "Kristen" atau peradaban "Yahudi Kristen".
^Diambil dari sejumlah sumber, khususnya syahadat-syahadat awal, Katekismus Gereja Katolik, karya-karya tulis teologi tertentu, serta berbagai macam pengakuan iman yang disusun pada zaman Reformasi Protestan, termasuk Tiga Puluh Sembilan Pasal Gereja Inggris, dan karya-karya tulis yang termaktub dalam Buku Mufakat (Concordia).
^Fuller, The Foundations of New Testament Christology, hlm. 11.
^Salah satu kesimpulan Jesus Seminar: "dalam pandangan seminar ini, ia tidak bangkit secara jasmaniah dari antara orang mati; peristiwa kebangkitan ini hanyalah didasarkan atas penglihatan-penglihatan yang dialami Petrus, Paulus, dan Maria."
^Funk. The Acts of Jesus: What Did Jesus Really Do?.
^Lorenzen. Resurrection, Discipleship, Justice: Affirming the Resurrection Jesus Christ Today, hlm. 13.
Dengan demikian segala kuasa sihir dileburkan; dan segala ikatan kejahatan dihancurkan, kebodohan manusia disingkirkan, dan kerajaan lama dihapuskan. Allah sendiri tampil dalam wujud manusia, demi pembaharuan hidup kekal.
— Santo Ignasius dari Antiokhia dalam Surat kepada jemaat di Efesus, bab 4, versi ringkas, terjemahan Roberts-Donaldson
Kita juga memiliki seorang tabib, yakni Tuhan Allah kita Yesus Kristus, Sang Firman, Putra Tunggal yang diperanakkan sebelum zaman bermula, namun yang kemudian juga menjadi manusia, dari Maria Sang Perawan. Karena 'Firman telah menjadi manusia.' Ia yang tak berjasmani, menjadi berjasmani; yang tak tersentuh derita, menjadi bertubuh rentan; yang baka, menjadi berbadan fana; yang hidup, menjadi tunduk pada kebinasaan, agar Ia dapat membebaskan jiwa-jiwa kita dari maut dan kebinasaan, dan menyembuhkannya, dan memulihkan kesehatannya, manakala jiwa-jiwa kita dijangkiti penyakit kefasikan dan hawa nafsu jahat
— Santo Ignasius dari Antiokhia dalam Surat kepada jemaat di Efesus, bab 7, versi ringkas, terjemahan Roberts-Donaldson
Gereja, sekalipun menyebar ke seluruh dunia, bahkan sampai ke penjuru-penjuru bumi, telah menerima iman ini dari para rasul dan murid-murid mereka: ...satu Allah, Bapa Yang Mahakuasa, Khalik langit, dan bumi, dan laut, dan segala sesuatu yang terkandung di dalamnya; dan akan satu Kristus Yesus, Putra Allah, yang menjelma demi keselamatan kita; dan akan Roh Kudus, yang melalui nabi-nabi mewartakan pengampunan-pengampunan Allah, serta kedatangan, kelahiran dari seorang perawan, sengsara, kebangkitan dari antara orang mati, dan kenaikan ke surga dalam daging dari Yesus Kristus yang terkasih, dan penjelmaannya dari surga dalam kemuliaan Sang Bapa 'untuk menghimpun segala sesuatu menjadi satu,' dan untuk membangkitkan kembali seluruh jasad segenap umat manusia, supaya kepada Kristus Yesus, Tuhan, Allah, Juru Selamat, dan Raja kita, seturut kehendak Bapa yang tak kelihatan, setiap lutut akan bertelut, baik yang di surga, yang di bumi, maupun yang di bawah bumi, dan setiap lidah akan mengaku, dan bahwasanya Ia akan menghakimi semua orang dengan adil...
— Santo Ireneus dalam Melawan Bidah, bab X, ayat I, Donaldson, Sir James (1950), Ante Nicene Fathers, Jilid 1: Apostolic Fathers, Justin Martyr, Irenaeus, William B. Eerdmans Publishing Co., ISBN978-0802880871
Karena dalam nama Allah, Bapa dan Tuhan semesta alam, dan Juru Selamat kita Yesus Kristus, dan Roh Kudus, mereka kemudian menerima pembasuhan dengan air
— Yustinus Martir dalam Pembelaan Pertama, bab LXI, Donaldson, Sir James (1950), Ante Nicene Fathers, Jilid 1: Apostolic Fathers, Justin Martyr, Irenaeus, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, ISBN978-0802880871
^Pocket Dictionary of Church History Nathan P. Feldmeth hlm. 135 "Unitarianisme. Kaum unitarian muncul di kalangan umat Kristen Protestan sejak abad ke-16. Kaum ini sangat menitikberatkan ajaran tentang keesaan Allah sehingga menafikan doktrin Tritunggal"
^Metzger/Coogan, Oxford Companion to the Bible. hlm. 39.
^ abEhrman, Bart D. (2005). Misquoting Jesus: the story behind who changed the Bible and why. San Francisco: HarperSanFrancisco ISBN978-0060738174 halaman 209, 183
^Terry, Milton (1974). Biblical hermeneutics : a treatise on the interpretation of the Old and New Testaments. Grand Rapids Mich.: Zondervan Pub. House. hlm. 205. (edisi 1890 halaman 103, view1, view2)
^ abGill, N.S. "Which Nation First Adopted Christianity?". About.com. Diakses tanggal 8 Oktober 2011. Armenia dianggap sebagai negara pertama yang menerima agama Kristen sebagai agama negara yang menurut tarikh tradisional terjadi pada ca. 301 M.
^"Maut yang didatangkan Adam ke dalam dunia bersifat rohaniah maupun jasmaniah, dan hanya orang-orang yang beroleh izin masuk ke Kerajaan Allah sajalah yang akan ada secara kekal. Meskipun demikian, pemisahan ini belum terjadi sampai dengan Armagedon, manakala semua orang akan dibangkitkan dan diberi pilihan untuk meraih kehidupan kekal. Selama belum dibangkitkan, "orang-orang mati tidak menyadari apa-apa." Apa Yang Diniatkan Allah Bagi Bumi?" Situs Resmi Saksi Yehuwa. Menara Pengawal, 15 Juli 2002.
^Black, Jonathan (2015). Wiyati, Nunung, ed. Sejarah Dunia yang Disembunyikan [The Secret History of the World]. Diterjemahkan oleh Soekato, I. B., dan Toha, A. Jakarta: PT Pustaka Alvabet. hlm. 59. ISBN978-602-9193-67-1.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: translators list (link)
^Penggambaran Minusius Feliks tentang bentuk salib Yesus sama dengan bentuk salib yang sudah sangat dikenali orang sekarang ini, yakni serupa dengan benda-benda berpalang atau mirip bentuk orang yang sedang tegak berdoa sambil merentangkan tangan (Octavius dari Minucius Felix, bab XXIX).
^"Setiap kali hendak melangkah dan berbuat, setiap kali hendak masuk dan keluar, bilamana kami hendak berpakaian dan mengenakan kasut, bilamana kami hendak mandi, bilamana kami hendak duduk di sekeliling meja, bilaman kami hendak menyalakan dian, di atas dipan, di atas kursi, dalam segala tindakan lumrah sehari-hari, kami menandai dahi dengan tanda itu." (Tertulianus, De Corona, bab 3)
^"Sesudah pendarasan syahadat, air baptis didoakan dan diberkati sebagai tanda kebaikan ciptaan Allah. Orang yang akan dibaptis juga didoakan dan diberkati dengan minyak suci sebagai tanda bahwa ia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang suci dan baik. Kemudian, sesudah pendarasan meriah "Alleluia" (terpujilah Allah), orang itu dibenamkan sebanyak tiga kali ke dalam air dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus" (Gereja Ortodoks di Amerika: Pembaptisan).Diarsipkan 2010-10-12 di Wayback Machine.
^"Dalam Gereja Ortodoks, sekujur tubuh kita dibenamkan, karena pembenaman sekujur tubuh melambangkan kematian. Kematian apa? Kematian "manusia lama yang berdosa". Sesudah pembaptisan kita dibebaskan dari kuasa dosa, meskipun sesudah dibaptis kita masih memiliki kecenderungan dan kecondongan terhadap yang jahat.", Keuskupan Agung Ortodoks Yunani Australia, artikel "Baptism (Baptisan)Diarsipkan 30 September 2014 di Wayback Machine.".
^ abOrlandis, A Short History of the Catholic Church (1993), preface.
^McManners, Oxford Illustrated History of Christianity, hlm. 37f.
^Eusebius dari Kaisarea, penulis Sejarah Gereja pada abad ke-4 meriwayatkan bahwa Santo Markus datang ke Mesir pada tahun pertama atau tahun ketiga masa pemerintahan Kaisar Kaludius, yaitu pada tahun 41 atau 43 M. "Two Thousand years of Coptic Christianity" Otto F.A. Meinardus hlm. 28.
^Gonzalez, The Story of Christianity, hlmn. 278–81.
^Rudy, The Universities of Europe, 1100–1914, hlm. 40
^Gonzalez, The Story of Christianity, hlmn. 305, 312, 314f..
^ abRüegg, Walter: "Foreword. The University as a European Institution", dalam: A History of the University in Europe. Jld. 1: Universities in the Middle Ages, Cambridge University Press, 1992, ISBN0-521-36105-2, hlmn. XIX–XX
^Riché, Pierre (1978): "Education and Culture in the Barbarian West: From the Sixth through the Eighth Century", Columbia: University of South Carolina Press, ISBN0-87249-376-8, hlmn. 126–127, 282–298
^Gonzalez, The Story of Christianity, hlmn. 303–07, 310f., 384–86.
^Gonzalez, The Story of Christianity, hlmn. 305, 310f., 316f.
^Gonzalez, The Story of Christianity, hlmn. 321–23, 365f.
^Gonzalez, The Story of Christianity, hlmn. 292–300.
^Gereja Barat kala itu disebut Gereja Latin oleh umat Kristen Timur dan umat non-Kristen karena Gereja Barat melaksanakan ibadat dan mengerjakan urusannya dengan menggunakan bahasa Latin
^Mortimer Chambers, The Western Experience (Jld. 2) bab 21.
^Religion and the State in Russia and China: Suppression, Survival, and Revival, by Christopher Marsh, halaman 47. Continuum International Publishing Group, 2011.
^Inside Central Asia: A Political and Cultural History, by Dilip Hiro. Penguin, 2009.
^Adappur, Abraham (2000). Religion and the Cultural Crisis in India and the West (dalam bahasa English). Intercultural Publications. ISBN978-81-85574-47-9. Konversi Paksa di Bawah Rezim Ateis: Dapat ditambahkan pula bahwa sebagian besar contoh "konversi" pada zaman modern bukanlah hasil usaha suatu negara teokratis, melainkan suatu pemerintah yang mengaku ateis — yakni pemerintah Uni Soviet yang diperintah oleh kaum komunis.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^Geoffrey Blainey; A Short History of Christianity; Viking; 2011; hlm.494"
^Altermatt, Urs (2007). "Katholizismus und Nation: Vier Modelle in europäisch-vergleichender Perspektive". Dalam Urs Altermatt, Franziska Metzger. Religion und Nation: Katholizismen im Europa des 19. und 20. Jahrhundert (dalam bahasa German). Kohlhammer. hlm. 15–34. ISBN978-3-17-019977-4.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^"図録▽世界各国の宗教". .ttcn.ne.jp. Diakses tanggal 17 Agustus 2012.
^Fargues, Philippe (1998). "A Demographic Perspective". Dalam Pacini, Andrea. Christian Communities in the Middle East. Oxford University Press. ISBN0-19-829388-7.
^Adolf Heuken. Ensiklopedi Gereja (2005). Lihat pula Adolf Heuken, "Bab I: Christianity in Pre-Colonial Indonesia", dalam A History of Christianity in Indonesia, penyunting Jan Aritonang dan Karel Steenbrink, hlmn. 3–7, Leiden/Boston: Brill, 2008, ISBN978-90-04-17026-1
^History of Christianity in Indonesia. hlmn. 59–62
^Werner Ustorf. "A missiological postscript", dalm McLeod and Ustorf (penyunting), The Decline of Christendom in (Western) Europe, 1750–2000, (Cambridge University Press, 2003) hlmn. 219–20.
^Hillerbrand, Hans J., "Encyclopedia of Protestantism: 4-volume Set", hlm. 1815, "Para pengamat yang dengan cermat membandingkan seluruh angka-angka ini dalam konteks keseluruhan akan mendapati temuan yang mengejutkan bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah rumpun besar Protestan, jumlah umat Kristen Protestan secara keseluruhan akan hampir sama banyak dengan umat Kristen Katolik pada tahun 2050 – masing-masing dengah jumlah pemeluk lebih dari 1,5 miliar jiwa, atau 17 persen dari populasi dunia, dengan percepatan pertambahan jumlah umat Kristen Protestan yang lebih tinggi dibandign percepatan pertambahan jumlah umat Katolik setiap tahunnya."
^"Pentecostalism". Britannica Concise Encyclopedia. 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 Januari 2009. Diakses tanggal 21 Desdember 2008.Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan)
^David B. Barrett; George Thomas Kurian; Todd M. Johnson, ed. (15 Februari 2001). World Christian Encyclopedia hlm.374. Oxford University Press USA. ISBN0195079639.
^AHMAD FAROUK MUSA; MOHD RADZIQ JALALUDDIN; AHMAD FUAD RAHMAT; EDRY FAIZAL EDDY YUSUF (22 October 2011). "What is Himpun about?". The Star. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 October 2011. Diakses tanggal 16 December 2011.
^Sydney E. Ahlstrom, menggambarkan denominasionalisme di Amerika sebagai "sebuah eklesiologi virtual" yang "pertama-tama menolak pernyataan Gereja Katolik, gereja-gereja hasil Reformasi 'magisterial', dan sebagian besar sekte bahwa merekalah satu-satunya Gereja yang sejati." (Ahlstrom, Sydney E.; Hall, David D. (2004). A Religious History of the American People (edisi ke-Revised). Yale University Press. hlm. 381. ISBN978-0-300-10012-9.);
^"Statement of Belief". Cambridge Christ United Methodist Church. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 September 2007. Diakses tanggal 31 December 2007.
^Cabang aliran Protestan ini mula-mula disebut Kalvinis oleh kaum Lutheran yang menentangnya, namun para pengikut aliran ini sendiri lebih suka menggunakan sebutan Reformed. Aliran ini mencakup denominasi-denominasi Presbiterian dan Kongregasional.
^Dewan Gereja-Gereja Sedunia: Gereja-gereja Injili: "Gereja-gereja Injili telah tumbuh membesar dengan cepat pada paruh kedua abad ke-20 dan terus-menerus menampakkan daya hidup yang besar, teristimewa di belahan dunia selatan. Pertumbuhan yang cepat ini dapat dijelaskan melalui pertumbuhan gerakan Pentakosta yang fenomenal dan kemunculan gerakan Karismatik, yang erat dikait-kaitkan dengan paham Injili. Meskipun demikian, tidak dapat dimungkiri bahwa tradisi Injili "per se" telah menjadi salah satu unsur utama dari ruang lingkup agama Kristen. Umat Kristen Injili juga membentuk kelompok minoritas yang cukup kuat di dalam gereja-gereja Protestan dan Anglikan tradisional. Di kawasan-kawasan seperti Afrika dan Amerika Latin, batasan antara "Injili" dan "arus utama" berubah dengan cepat dan membuka jalan bagi hadirnya realita-realita gerejawi yang baru."
^Sykes/Booty/Knight. The Study of Anglicanism, hlm. 219.
^Littell, Franklin H. (2000). The Anabaptist View of the Church (dalam bahasa English). The Baptist Standard Bearer, Inc. hlm. 79. ISBN9781579788360. Manakala menelaah catatan-catatan ini, pembaca terkesima dengan kesadaran akut kaum Anabaptis akan keterpisahan dari gereja "yang sudah jatuh" — yang menurut mereka mencakup Gereja Katolik maupun gereja-gereja bentukan para tokoh Reformasi Protestan. Oleh karena itu sebagian penulis menyimpulkan bahwa aliran Anabaptis bukanlah sekadar salah satu ragam dari aliran Protestan, melainkan lebih merupakan suatu ideologi dan praktik yang cukup berbeda dari ideologi dan praktik Gereja Roma dan para tokoh Reformasi Protestan.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^"Who We Are: A Quick Visual Guide" (dalam bahasa English). Mennonite Church USA. 2018. Diakses tanggal 26 April 2018. Anabaptists: Kami bukan Katolik maupun Protestan, namun kami juga memiliki hubungan dengan aliran-aliran agama Kristen itu. Kami bekerja sama sebagai tanda kesatuan kami dalam Kristus dan dalam cara-cara yang meluaskan pemerintahan Kerajaan Allah di muka bumi. Kami dikenal sebagai “kaum Anabaptis” (bukan antibaptis) — yang berarti “kaum pembaptis ulang.”Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^Konfesionalisme adalah istilah yang digunakan oleh para sejarawan sebagai sebutan bagi "penciptaan identitas-identitas dan sistem-sistem keyakinan yang bersifat tetap bagi gereja-gereja terpisah yang sebelumnya jauh lebih cair dalam pemahaman tentang dirinya sendiri, dan yang tidak terbentuk dengan cara mencari identitas-identitas terpisah bagi diri mereka sendiri—yang sebenarnya mereka kehendaki adalah menjadi sungguh-sungguh katolik sekaligus tereformasi." (MacCulloch, The Reformation: A History, hlm. xxiv.)
^Sydney E. Ahlstrom, A Religious History of the American People (2004)
^Melton's Encyclopedia of American Religions (2009)
^Fahlbusch, Erwin (14 February 2008). The Encyclodedia of Christianity (dalam bahasa English). Wm. B. Eerdmans Publishing. hlm. 208. ISBN9780802824172.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^Fleming, John A.; Rowan, Michael J.; Chambers, James Albert (2004). Folk Furniture of Canada's Doukhobors, Hutterites, Mennonites and Ukrainians (dalam bahasa English). University of Alberta. hlm. 4. ISBN9780888644183. Kaum Quaker Inggris, yang sebelumnya sudah melakukan kontak dengan kaum Doukhobor serta Perhimpunan Sahabat-Sahabat Filadelfia, juga bertekad membantu perpindahan mereka dari Rusia ke negara lain--satu-satunya tindakan yang tampaknya mungkin dilakukan.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^Ariel, Yaakov (2006). "Judaism and Christianity Unite! The Unique Culture of Messianic Judaism". Dalam Gallagher, Eugene V.; Ashcraft, W. Michael. Jewish and Christian Traditions. Introduction to New and Alternative Religions in America. 2. Westport, Conn: Greenwood Publishing Group. hlm. 208. ISBN978-0-275-98714-5. LCCN2006022954. OCLC315689134. Diakses tanggal 9 September 2015. Sebagai contoh, umat Yahudi Mesianis, tanpa kecuali, percaya bahwa jalan menuju kehidupan kekal adalah menerima Yesus sebagai juru selamat pribadi, dan percaya bahwa tidak satu pun ketaatan pada hukum atau "perbuatan" Yahudi yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu.…Yang luar biasa, justru keyakinan pada iman injili Kristen yang asasi seperti inilah yang memungkinkan umat Yahudi Mesianis untuk mengadopsi dan mempromosikan ritus-ritus dan adat-istiadat Yahudi. Mereka adalah umat Kristen yang baik dan dapat mempertahankan atribut-atribut dan ritus-ritus budaya apa saja yang mereka pilih.
^Western Esotericism and the Science of Religion: Makalah-makalah terpilih untuk dipresentasikan dalam kongres ke-17
^Besant, Annie (2001). Esoteric Christianity or the Lesser Mysteries. City: Adamant Media Corporation. ISBN978-1-4021-0029-1.
^Esoterisme berasal dari kata Yunani, ἐσωτερικός (esôterikos, "batiniah"). Istilah esoterisme sendiri muncul pada abad ke-17. (Oxford English Dictionary Compact Edition, Jilid 1, Oxford University Press, 1971, hlmn. 894.)
^Wouter J. Hanegraaff, Antoine Faivre, Roelof van den Broek, Jean-Pierre Brach, Dictionary of Gnosis & Western Esotericism, Brill 2005.
^Wallace, William A. (1984). Prelude, Galileo and his Sources. The Heritage of the Collegio Romano in Galileo's Science. N.J.: Princeton University Press.
^Sir Banister Fletcher, History of Architecture on the Comparative Method.
^Buringh, Eltjo; van Zanden, Jan Luiten: "Charting the 'Rise of the West': Manuscripts and Printed Books in Europe, A Long-Term Perspective from the Sixth through Eighteenth Centuries", The Journal of Economic History, Jld. 69, No. 2 (2009), hlmn. 409–445 (416, tabel 1)
^Eveleigh, Bogs (2002). Baths and Basins: The Story of Domestic Sanitation. Stroud, England: Sutton.
^Kitty Ferguson (2011). Pythagoras: His Lives and the Legacy of a Rational Universe. Icon Books Limited. hlm. 100. ISBN978-1-84831-250-0. Di Timur Dekat, Timur Tengah, dan Afrika Utaralah tradisi-tradisi belajar-mengajar kuno dilanjutkan, dan para cendekiawan Kristen dengan cermat melestarikan tulisan-tulisan dan ilmu pengetahuan kuno dalam bahasa Yunani Kuno
^Hyman and Walsh Philosophy in the Middle Ages Indianapolis, 1973, hlm. 204' Meri, Josef W. and Jere L. Bacharach, Editors, Medieval Islamic Civilization Jld.1, A-K, Index, 2006, hlm. 304.
^Baruch A. Shalev, 100 Years of Nobel Prizes (2003), Atlantic Publishers & Distributors, hlm.57: antara 1901 dan 2000 mengungkap fakta bahwa 654 penerima hadiah Nobel tergolong dalam 28 agama yang berbeda. Sebagian besar di antaranya (65,4%) memilih agama Kristen dalam berbagai bentuknya sebagai agama yang mereka sukai. ISBN978-0935047370
^G.C. Oosthuizen. Postchristianity in Africa. C Hurst & Co Publishers Ltd (31 Desember 1968). ISBN0-903983-05-2
^ abMcManners, Oxford Illustrated History of Christianity, hlmn. 581–84.
^McManners, Oxford Illustrated History of Christianity. hlm. 413f.
^McManners, Oxford Illustrated History of Christianity, hlm. 498.
^Thomas, Stephen (2004). "Celsus". Dalam McGuckin, John Anthony. The Westminster Handbook to Origen. Louisville, Kentucky: Westminster John Knox Press. hlm. 72–73. ISBN0-664-22472-5.
^Sherwin-White, A. N. (April 1964). "Why Were the Early Christians Persecuted? -- An Amendment". Past and Present. 27 (27): 23–27. doi:10.1093/past/27.1.23. JSTOR649759.
^The Encyclopedia of Christian Literature, Jilid 1 oleh George Thomas Kurian dan James Smith 2010 ISBN0-8108-6987-X hlm. 527
^Apologetic Discourse and the Scribal Tradition oleh Wayne Campbell Kannaday 2005 ISBN90-04-13085-3 hlmn. 32–33
^A Dictionary Of Jewish-Christian Relations by Edward Kessler, Neil Wenborn 2005 ISBN0-521-82692-6 hlm. 168
^The Cambridge Companion to Nietzsche oleh Bernd Magnus, Kathleen Marie Higgins 1996 ISBN0-521-36767-0 hlmn. 90–93
^Russell on Religion: Selections from the Writings of Bertrand Russell oleh Bertrand Russell, Stefan Andersson, dan Louis Greenspan 1999 ISBN0-415-18091-0 hlmn. 77–87
^Christianity: An Introduction oleh Alister E. McGrath 2006 ISBN1-4051-0899-1 hlmn. 125–126.
^" The Christ Myth Theory and its Problems ", diterbitkan pada 2011 oleh American Atheist press, Cranford, New Jersey, ISBN1-57884-017-1
^Howson, Colin (28 Juli 2011). Objecting to God. Cambridge University Press. hlm. 92. ISBN9781139498562. Kesepakatan ini bukan pula suatu kebetulan, menurut sejumlah besar ahli apologetika religius, yang menganggap model Ledakan Besar yang memperluas ruang angkasa sebagai bukti langsung bagi keberadaan Allah. John Lennox, seorang matematikawan di Universitas Oxford, berpendapat bahwa 'sekalipun orang-orang non-Kristen tidak suka, Ledakan Besar benar-benar cocok dengan narasi penciptaan dalam agama Kristen'. ... William Lane Craig adalah tokoh lain yang mengklaim bahwa riwayat penciptaan dalam Alkitab dikuatkan oleh kosmologi Ledakan Besar. William Lane Craig juga mengklaim bahwa ada suatu pembuktian sebelumnya tentang adanya suatu Allah yang menciptakan jagat raya ini.
Kepustakaan
Albright, William F. From the Stone Age to Christianity.
Alexander, T. Desmond. New Dictionary of Biblical Theology.
Chambers, Mortimer; Crew, Herlihy, Rabb, Woloch. The Western Experience. Volume II: The Early Modern Period. Alfred A. Knopf (1974). ISBN0-394-31734-3.
Coffey, John. Persecution and Toleration in Protestant England 1558–1689. Pearson Education (2000).
Cross, F. L.; Livingstone, E. A. (penyunting). The Oxford Dictionary of the Christian Church. Oxford University Press (1997). ISBN0-19-211655-X.
Deppermann, Klaus. Melchior Hoffman: Social Unrest and Apocalyptic Vision in the Age of Reformation. ISBN0-567-08654-2.
Dilasser, Maurice. The Symbols of the Church. Collegeville, MN: Liturgical Press (1999). ISBN0-8146-2538-X
Duffy, Eamon. Saints and Sinners, a History of the Popes. Yale University Press (1997). ISBN0-300-07332-1
Elwell, Walter A.; Comfort, Philip Wesley. Tyndale Bible Dictionary, Tyndale House Publishers (2001). ISBN0-8423-7089-7.
Esler, Philip F. The Early Christian World. Routledge (2004).
Froehle, Bryan; Gautier, Mary, Global Catholicism, Portrait of a World Church, Orbis books; Center for Applied Research in the Apostolate, Georgetown University (2003) ISBN1-57075-375-X
Funk, Robert. The Acts of Jesus: What Did Jesus Really Do?. Polebridge Press (1998). ISBN0-06-062978-9.
Glenny, W. Edward. Typology: A Summary Of The Present Evangelical Discussion.
Gonzalez, Justo L. The Story of Christianity: The Early Church to the Dawn of the Reformation, Harper Collins Publishers, New York (1984).
Hanegraaff, Hank. Resurrection: The Capstone in the Arch of Christianity. Thomas Nelson (2000). ISBN0-8499-1643-7.
Marber, Peter. Money Changes Everything: How Global Prosperity Is Reshaping Our Needs, Values and Lifestyles. FT Press (2003). ISBN0-13-065480-9
Marthaler, Berard. Introducing the Catechism of the Catholic Church, Traditional Themes and Contemporary Issues. Paulist Press (1994). ISBN0-8091-3495-0
Mathison, Keith. The Shape of Sola Scriptura (2001).
McClintock, John, Cyclopaedia of Biblical, Theological, and Ecclesiastical Literature. Harper &Brothers, karya asli dari Universitas Harvard (1889)
Mullin, Robert Bruce. A short world history of Christianity. Westminster John Knox Press (2008).
Norman, Edward. The Roman Catholic Church, An Illustrated History. University of California (2007) ISBN978-0-520-25251-6
Olson, Roger E., The Mosaic of Christian Belief. InterVarsity Press (2002). ISBN978-0-8308-2695-7.
Orlandis, Jose, A Short History of the Catholic Church. Scepter Publishers (1993) ISBN1-85182-125-2
Ott, Ludwig. Grundriß der Dogmatik. Herder, Freiburg (1965).
Otten, Herman J. Baal or God? Liberalism or Christianity, Fantasy vs. Truth: Beliefs and Practices of the Churches of the World Today.... Edisi ke-2 New Haven, Mo.: Lutheran News, 1988.
Pelikan, Jaroslav; Hotchkiss, Valerie (ed.) Creeds and Confessions of Faith in the Christian Tradition. Yale University Press (2003). ISBN0-300-09389-6.
Putnam, Robert D. Democracies in Flux: The Evolution of Social Capital in Contemporary Society. Oxford University Press (2002).
Riley-Smith, Jonathan. The Oxford History of the Crusades. New York: Oxford University Press, (1999).
Ustorf, Werner. "A missiological postscript", in: McLeod, Hugh; Ustorf, Werner (ed.). The Decline of Christendom in Western Europe, 1750–2000. Cambridge University Press (2003).
Walsh, Chad. Campus Gods on Trial. edisi revisi dan diperbesar. New York: Macmillan Co., 1962, t.p. 1964. xiv, [4], 154 hlm.
Woodhead, Linda. An Introduction to Christianity.
Woods, Thomas E. (2005). How the Catholic Church Built Western Civilization [Bagaimana Gereja Katolik Membangun Peradaban Barat]. Washington, DC: Regnery.
Roper, J.C., Bp. (1923), dkk.. Faith in God, dalam seri, Layman's Library of Practical Religion, Church of England in Canada, jld. 2. Toronto, Ont.: Musson Book Co. N.B.: Pernyataan seri ini disampaikan dalam bentuk yang lebih panjang pada sampul depan.
Woodhead, Linda (2004). Christianity: a very short introduction [Agama Kristen: sebuah pengantar yang sangat ringkas]. Oxford [Oxfordshire]: Oxford University Press. ISBN0-19-280322-0.
Pranala luar
Cari tahu mengenai Kekristenan pada proyek-proyek Wikimedia lainnya:
Baca informasi lainnya yang berhubungan dengan : Kekristenan
Kekristenan Kekristenan Barat Kekristenan Timur Kekristenan Nikea Kekristenan Suriah Kekristenan di India Kekristenan di Mesir Kekristenan Positif Kekristenan di Tiongkok Kekristenan di Bangladesh Kekristenan di Suriah Kekristenan di Asia Kekristenan di Israel Kekristenan di Bahrain Kekristenan di Uzbekistan Kekristenan di Eropa Kekristenan di Jepang Kekristenan di Turkmenistan Kekristenan di Filipina Kekristenan di Sumatera Barat Kekristenan di Kuwait Kekristenan di Korea Kekristenan di Sudan Kekristenan di Oman Kekristenan Berotot Kekristenan di Pakistan Kekristenan menurut negara Buddhisme …
dan Kekristenan Kekristenan di Irak Kekristenan di Lebanon Kekristenan di Maladewa Fundamentalisme Kristen Kekristenan di Nusa Tenggara Timur Kekristenan di Brunei Kekristenan proto-ortodoks Kekristenan di Mongolia Kekristenan di Turki Kekristenan di Indonesia Kekristenan di Azerbaijan Sejarah Kekristenan Kekristenan di Taiwan Kekristenan di Banggai Kekristenan di Poso Kekristenan di Australia Kekristenan di Sulawesi Tengah Kekristenan Kelt Kekristenan di Sumatera Utara Kekristenan di Armenia Kekristenan di Yaman Kekristenan di Rusia Homoseksualitas dalam Kekristenan Kekristenan di Malaysia Iman dalam Kekristenan Kekristenan di Qatar Kekristenan di Kazakhstan Kekristenan di Uni Emirat Arab Kekristenan dan agama-agama lain Kekristenan di Djibouti Kekristenan di Iran Kristen Palestina Kristen Yordania Kristen Kalsedon Kekristenan Maronit di Lebanon Kekristenan di Georgia Kekristenan Ortodoks Yunani di Lebanon Kekristenan di Tajikistan Kekristenan di Sri Lanka Cinta kasih dalam Kekristenan Kritik terhadap Kekristenan Kehidupan kekal (Kekristenan) Kekristenan di Singapura Bidaah dalam Kekristenan Keselamatan dalam Kekristenan Kekristenan di Laos Lini masa Kekristenan Kekristenan Paulus
Campeonato Mundial de Ciclismo en Ruta de 2007Stuttgart 2007 Ciclismo en ruta El maillot arcoíris de campeón mundialDatos generalesSede StuttgartAlemania AlemaniaCategoría Élite y sub-23Fecha 26 – 30 de septiembreEdición LXXIVOrganizador Unión Ciclista Internacional Cronología Salzburgo 2006 Campeonato Mundial de Ciclismo en Ruta de 2007 Varese 2008 [editar datos en Wikidata] El LXXIV Campeonato Mundial de Ciclismo en Ruta se realizó en la ciudad de Stuttgart (Alemania) …
Aircraft engine manufacturer Pratt & Whitney CanadaTypeDivisionIndustryAerospaceFoundedNovember 1928; 95 years ago (1928-11)HeadquartersLongueuil, Quebec, CanadaKey peopleMaria Della Posta(President)OwnerRTX CorporationNumber of employees10,000[1]ParentPratt & WhitneyWebsitewww.pwc.ca Pratt & Whitney Canada (PWC or P&WC) is a Canada-based aircraft engine manufacturer. PWC's headquarters are in Longueuil, Quebec, just outside Montreal. It is a divisi…
Kupang beralih ke halaman ini. Untuk kabupaten bernama sama, lihat Kabupaten Kupang. Untuk kegunaan lain, lihat Kupang (disambiguasi). Koordinat: 10°10′12.6″S 123°36′27.8″E / 10.170167°S 123.607722°E / -10.170167; 123.607722 Kota KupangIbu kota provinsiPanorama kota Kupang, Kapal-kapal yang akan berlayar dari Kupang BenderaLambangMotto: Lil au nol dael banan(Helong) Bangunlah aku dengan hati yang tulusPetaKota KupangPetaTampilkan peta Kepulauan …
Irische See Irische See bei Blackpool Irische See bei Blackpool Verbindet Gewässer St.-Georgs-Kanal mit Gewässer Nordkanal Trennt Landmasse Irland von Landmasse Großbritannien Fläche 46,007 km² f5 Volumen 2800 km³dep1 f8 Daten Geographische Lage 53° 43′ 18″ N, 5° 10′ 38″ W53.721666666667-5.1772222222222Koordinaten: 53° 43′ 18″ N, 5° 10′ 38″ W Irische See (Vereinigtes Königreich) Küstenorte Liverpool…
Komando Daerah Militer IX/UdayanaLambang Kodam IX/UdayanaDibentuk27 Mei 1957Negara IndonesiaTipe unitKomando Daerah MiliterBagian dariTNI Angkatan DaratMarkasDenpasar, BaliMotoPraja RaksakaBaret HIJAU HimneMars UdayanaSitus webkodam-udayana.mil.idTokohPanglimaMayor Jenderal TNI HarfendiKepala StafBrigadir Jenderal TNI SachonoInspekturBrigadir Jenderal TNI Tatan ArdiantoKepala Kelompok Staf AhliBrigadir Jenderal TNI Farouk Pakar Komando Daerah Militer IX/Udayana (disingkat Kodam IX/UDY)…
Ukrainian government ministry Ministry of Economic Development and Trade of UkraineМіністерство економрозвитку і торгівліAgency overviewFormedMay 1991 (as Ministry of Economy of Ukraine)Preceding agenciesState Committee on EconomyState Committee on Material and Technical SupportJurisdictionGovernment of UkraineHeadquarters12/2, M. Hrushevsky st, Kyiv, Ukraine, 01008[1]Minister responsibleYulia Svyrydenko, Minister of Economic Development and TradeChild …
Gunung Hiei比叡山Pemandangan dari Kyoto dengan pohon-pohon sakura. (April 2005)Titik tertinggiKetinggian8.481 m (27.825 ft)Masuk dalam daftarDaftar gunung dan bukit di Jepang menurut ketinggianKoordinat35°4′0″N 135°50′18″E / 35.06667°N 135.83833°E / 35.06667; 135.83833Koordinat: 35°4′0″N 135°50′18″E / 35.06667°N 135.83833°E / 35.06667; 135.83833 GeografiLetakHonshū, Prefektur Shiga, JepangPeta topografiIn…
Пасьянс «Солітер» Версія гри для Windows 10Розробник Вес ЧерріВидавець MicrosoftЖанр(и) картковий пасьянсПлатформа WindowsДата випуску 1990Режим гри одноосібна відеограТворціІгродизайнер(и) Сьюзен Кер Microsoft Solitaire, пізніше Klondike — відеоігрова реалізація пасьянсу «Солітер», що входи
Це іберійські ім'я та прізвище. Перше (батькове) прізвище цієї особи Еррера, а друге (материне) прізвище Пірон. Серхіо Еррера Пірон Особисті дані Народження 5 червня 1993(1993-06-05) (30 років) Міранда-де-Ебро, Іспанія Вага 82 кг Громадянство Іспанія Позиція воротар Інформаці…
The Solon people (simplified Chinese: 索伦; traditional Chinese: 索倫; pinyin: Suǒlún) are a subgroup of the Ewenki (Evenk) people of northeastern Asia. They live in China's Inner Mongolia Autonomous Region and Heilongjiang Province, and constitute the majority of China's Ewenki. Terminology and classification The lands of the Daur (Tagour) and Solon people shown east and west of the Nonni River on an early 18th-century Jesuit map The Ewenki (also spelled Evenki) people are spr…
Future MRT depot in Singapore Not to be confused with Changi Depot. Changi East DepotChangi East Depot construction site in June 2022LocationLocationChangiCharacteristicsOwnerLand Transport AuthorityTypeAt-grade/undergroundRoadsAviation Park Road, Tanah Merah Coast RoadRoutes served CRL Cross Island lineHistoryOpened2030; 7 years' time (2030) Changi East Depot is a future train depot in Changi East, Singapore. At 57 ha (140-acre), the at-grade depot will house 7…
This article is about the novel. For the musical based on the novel, see Dessa Rose (musical). 1986 novel by Sherley Anne Williams First edition (publ. William Morrow) Dessa Rose is a novel by Sherley Anne Williams published in 1986 by HarperCollins. The book is a neo-slave narrative, incorporating many elements of traditional slave narratives. The book is divided into three sections: The Darky, The Wench and The Negress.[1] The sections represent a different stage of growth in the life …
В Википедии есть статьи о других людях с такой фамилией, см. Биберган. Давид Абрамович Биберган Дата рождения 6 ноября 1902(1902-11-06) Место рождения село Кривое Озеро, Балтский уезд, Подольская губерния, Российская империя Дата смерти 25 августа 1973(1973-08-25) (70 лет) Место смерти …
Bojongloa KidulKecamatanPeta lokasi Kecamatan Bojongloa KidulNegara IndonesiaProvinsiJawa BaratKotaBandungPemerintahan • Camat-Populasi • Total- jiwaKode Kemendagri32.73.17 Kode BPS3273040 Desa/kelurahan6 Sejumlah toko di Cibaduyut, di Bojongloa Kidul Bojongloa Kidul (Aksara Sunda Baku: ᮘᮧᮏᮧᮍᮣᮧᮃ ᮊᮤᮓᮥᮜ᮪) adalah sebuah kecamatan di Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kelurahan Cibaduyut Cibaduyut Kidul Cibaduyut Wetan Kebon Lega Me…
Walvis Bay CommandoDisbanded1994 (29 years ago) (1994)Country South AfricaAllegiance Republic of South Africa Branch South African Army TypeInfantryRoleLight InfantrySizeOne BattalionPart ofSouth African Infantry CorpsArmy Territorial ReserveGarrison/HQWalvis BayMilitary unit Walvis Bay Commando was a light infantry regiment of the South African Army. It formed part of the South African Army Infantry Formation as well as the South African Territorial Reserve. …
Overview of secondary education in Italy Secondary education in Italy lasts eight years and is divided in two stages: scuola secondaria di primo grado (lower secondary school), also known as scuola media, corresponding to the ISCED 2011 Level 2, middle school and scuola secondaria di secondo grado (upper secondary school), which corresponds to the ISCED 2011 Level 3, high school. The middle school lasts three years from the age of 11 to age 14, and the upper secondary from 14 to 19. Scuola secon…
Monstera lentii Scientific classification Kingdom: Plantae Clade: Tracheophytes Clade: Angiosperms Clade: Monocots Order: Alismatales Family: Araceae Genus: Monstera Species: M. lentii Binomial name Monstera lentiiCroat & Grayum Monstera lentii is a flowering plant in the genus Monstera in the arum family, Araceae.[1] Distribution It is native to Costa Rica, and Panamá.[1] References ^ a b Plants of the World Online | Kew Science. Plants of the World Online. Retrieved 2…
الأنبا أنجيلوس معلومات شخصية مكان الميلاد القاهرة مواطنة مصر المملكة المتحدة[1] الحياة العملية المهنة قسيس مسيحي اللغة الأم اللهجة المصرية اللغات العربية، واللهجة المصرية الجوائز نيشان الإمبراطورية البريطانية من رتبة ضابط [لغات أخرى]…
Rafael Aizpún Santafé Ministro de Industria y Comercio 6 de mayo de 1935-25 de septiembre de 1935Predecesor Manuel Marraco RamónSucesor José Martínez de Velasco Ministro de Justicia 4 de octubre de 1934-3 de abril de 1935Predecesor Vicente Cantos FiguerolaSucesor Vicente Cantos Figuerola Procurador en Cortes(Colegios de Abogados) 16 de marzo de 1943-24 de abril de 1946 Diputado a Cortespor Navarra 24 de febrero de 1936-2 de febrero de 1939 Información personalNombre en español Rafael Aizp…