Pesyita (bahasa Suryani: ܦܫܺܝܛܬܳܐ atau ܦܫܝܼܛܬܵܐ, pšīṭo) adalah Alkitab versi standar di Gereja-Gereja bertradisi Suryani, yakni Gereja Maronit,[1] Gereja Katolik Kaldea,[2] Gereja Katolik Suryani,[3] Gereja Ortodoks Suryani, Gereja Suryani Mandiri Malabar, Gereja Katolik Suryani Malangkara, Gereja Suryani Martoma Malangkara, Gereja Asyur di Timur, dan Gereja Katolik Suryani Malabar.
Di kalangan para sarjana Alkitab, ada konsensus, kendati tidak bersifat universal, bahwa Perjanjian Lama Pesyita adalah hasil terjemahan Alkitab Ibrani ke dalam bahasa Suryani, kemungkinan besar pada abad ke-2 M, dan bahwa Perjanjian Baru Pesyita adalah hasil terjemahan dari bahasa Yunani.[4] Perjanjian Baru Pesyita mula-mula tidak memuat kitab-kitab yang diragukan kesahihannya (2 Petrus, 2 Yohanes, 3 Yohanes, Yudas, dan Wahyu) dan baru diterima pada abad ke-5. Kelima kitab tersebut ditambahkan ke dalam Pesyita versi Harqali (616 M) oleh Tuma Alharqali (Tomas dari Heraklea).[5][6][7]
Pesyita berasal dari frasa Suryani mapaqtâ pšîṭâ (ܡܦܩܬܐ ܦܫܝܛܬܐ), yang secara harfiah berarti "terjemahan sederhana". Kata pšîṭtâ dapat berarti "umum" (untuk orang banyak), "lugas", maupun "sederhana". Bahasa Suryani adalah salah satu dialek atau rumpun dialek bahasa Aram yang berasal dari Edesa. Bahasa ini diaksarakan dengan abjad Suryani, yang jika disulihaksarakan ke huruf Latin dapat menghasilkan beragam bentuk penulisan. Inilah sebabnya kata pesyita dapat pula ditulis pesyito, psyito, maupun fsyito.
Sejak abad ke-5, Pesyita tersebar luas di Dunia Timur. Kitab ini diterima baik dan dimuliakan bermacam-macam aliran Kristen Suryani. Pesyita bahkan memiliki pengaruh misioner yang besar, karena besar jasanya dalam usaha penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Armenia, Georgia, Arab, dan Persia. Prasasti Nestorian yang ditemukan di Chang'an membuktikan keberadaan kitab suci berbahasa Suryani di pusat negara Tiongkok pada abad ke-8. Pesyita pertama kali dibawa ke Eropa oleh Musa dari Mardin, agamawan Suryani yang gagal mendapatkan patron dalam usahanya mencetak Pesyita di Roma maupun Venesia. Albert Widmanstadt, Kanselir Kekaisaran Romawi Suci akhirnya bersedia menjadi patron Musa di Wina pada tahun 1555. Perjanjian Baru Pesyita akhirnya dapat dicetak, dan biaya pembuatan acuan cetak khusus untuk abjad Suryani ditanggung Kaisar Romawi Suci. Immanuel Tremellius, cendekiawan Yahudi yang sudah masuk Kristen dan banyak berjasa bagi para reformator dan agamawan Inggris, menggunakan Perjanjian Baru Pesyita versi cetak tersebut, dan menerbitkan Perjanjian Baru Suryani dalam abjad Ibrani pada tahun 1569. Editio princeps (edisi cetak perdana) Perjanjian Lama Pesyita disiapkan Gabriel Sionita sebagai bagian dari Poliglot Paris yang terbit pada tahun 1645, dan keseluruhan Alkitab Pesyita versi cetak akhirnya terbit pada tahun 1657 sebagai bagian dari Poliglot London yang disusun Brian Walton. Pesyita yang dihasilkan John Leusden dan Karl Schaaf cukup lama dihargai sebagai Pesyita edisi cetak terbaik, dan masih dipakai sebagai sumber kutipan dengan kode "Syrschaaf", atau disingkat "SyrSch".
Setelah menelaah pasal 1 sampai pasal 14 Injil Matius, G.H. Gwilliam mendapati bahwa versi Pesyita dari ayat-ayat tersebut hanya bersesuaian dengan Textus Receptus dalam 108 kasus dan dengan Codex Vaticanus dalam 65 kasus. Dalam 137 kasus, Persyita tidak bersesuaian dengan kedua-duanya, tetapi bersesuaian dengan versi Suryani Lama dan Latin Lama. Dalam 31 kasus, Pesyita tidak bersesuaian dengan versi mana pun.[8]
Terkait soal kesesuaian tersebut maupun keaslian Pesyita, Batrik Syimun XXI Esyai mengeluarkan pernyataan yang diringkas sebagai berikut:
"Sehubungan dengan ... keaslian teks Pesyita, selaku Batrik dan Kepala Gereja di Timur yang Kudus, Apostolik, dan Katolik, dengan ini kami nyatakan bahwa Gereja di Timur menerima langsung dari tangan-tangan para rasul yang diberkahi Allah, kitab-kitab suci dalam bahasa Aram, bahasa tutur Tuhan kita Yesus Kristus, dan bahwa Pesyita adalah teks Gereja di Timur yang diwarisi dari zaman Alkitab tanpa perubahan maupun revisi."[9]
Keterangan Flavius Yosefus, sejarawan Yahudi abad pertama, membuktikan bahwa bahasa Aram dituturkan dan dipahami secara luas oleh bangsa Partia, bangsa Babel, bangsa Arab di pelosok terjauh, maupun bangsa-bangsa di seberang Sungai Efrat dan Adiabene. Ia mengemukakan di dalam karya tulisnya sebagai berikut:
"Saya sudah berencana, karena hidup di bawah pemerintahan bangsa Romawi, 'untuk menerjemahkan ke dalam bahasa Yunani, kitab-kitab yang dulu saya tulis dalam bahasa negeri kita, dan mengirimkannya kepada bangsa-bangsa biadab di udik'. Yosef, Ibni Matias, Ibrani sedari jadi, juga seorang imam, yang dulu turut berjuang melawan bangsa Romawi, dan terpaksa menyaksikan kesudahannya, [adalah penyusun karya tulis ini]", Perang-Perang Yahudi, Buku 1, Prakata, Alinea 1 (1:3)
"Saya sudah berencana, karena hidup di bawah pemerintahan bangsa Romawi, 'untuk menerjemahkan ke dalam bahasa Yunani, kitab-kitab yang dulu saya tulis dalam bahasa negeri kita, dan mengirimkannya kepada bangsa-bangsa biadab di udik'. Yosef, Ibni Matias, Ibrani sedari jadi, juga seorang imam, yang dulu turut berjuang melawan bangsa Romawi, dan terpaksa menyaksikan kesudahannya, [adalah penyusun karya tulis ini]",
Perang-Perang Yahudi, Buku 1, Prakata, Alinea 1 (1:3)
Kemudian menambahkan sebagai berikut:
"Oleh sebab itu, mustahillah saya melihat kebenaran diputarbalikkan dalam perkara-perkara yang besar dampaknya dan tidak menghiraukannya, malah membiarkan saja orang-orang Yunani dan Romawi yang tidak terlibat di dalam perang-perang itu tidak tahu apa-apa, dan membaca pustaka-pustaka puja-puji gombal atau karya-karya sastra rekaan, 'sedangkan orang-orang Partia, orang-orang Babel, orang-orang Arab di pelosok terjauh, dan orang-orang dari bangsa kita di seberang Sungai Efrat, serta orang-orang Adiabene, sejauh yang dapat saya ketahui, ternyata tahu betul kapan perang itu meletus, apa saja kesengsaraan yang ditimpakannya ke atas diri kita, dan dengan cara apa perang itu diakhiri'." Perang-Perang Yahudi, Buku 1, Prakata, Alinea 2 (1:6)
"Oleh sebab itu, mustahillah saya melihat kebenaran diputarbalikkan dalam perkara-perkara yang besar dampaknya dan tidak menghiraukannya, malah membiarkan saja orang-orang Yunani dan Romawi yang tidak terlibat di dalam perang-perang itu tidak tahu apa-apa, dan membaca pustaka-pustaka puja-puji gombal atau karya-karya sastra rekaan, 'sedangkan orang-orang Partia, orang-orang Babel, orang-orang Arab di pelosok terjauh, dan orang-orang dari bangsa kita di seberang Sungai Efrat, serta orang-orang Adiabene, sejauh yang dapat saya ketahui, ternyata tahu betul kapan perang itu meletus, apa saja kesengsaraan yang ditimpakannya ke atas diri kita, dan dengan cara apa perang itu diakhiri'."
Perang-Perang Yahudi, Buku 1, Prakata, Alinea 2 (1:6)
Yigael Yadin, arkeolog yang meneliti temuan Qumran, membenarkan kesaksian Yosefus, dengan menunjukkan bahwa bahasa Aram adalah lingua franca pada zaman itu.[10] Kesaksian Yosefus seputar bahasa Aram juga didukung keterangan di dalam Perjanjian Baru (khususnya di dalam Matius 4:24–25, Markus 3:7–8, dan Lukas 6:17) bahwa orang-orang dari Galilea, Yudea, Yerusalem, Idumea, Tirus, Sidon, Siria, Dekapolis, dan "dari seberang Yordan" datang menemui Yesus untuk disembuhkan dan mendengarkan pengajarannya.
Keterangan Eusebius bahwa Hegesipus "pernah mengutip dari Injil menurut orang Ibrani dan dari Injil Suryani," berarti semestinya ada peninggalan tertulis berupa rujukan kepada Perjanjian Baru Suryani yang seawal-awalnya dibuat dalam rentang waktu tahun 160 sampai 180 Masehi, yakni masa hidup pujangga Kristen Ibrani itu. Terjemahan Perjanjian Baru tersebut dikerjakan secara saksama, tepat lagi harfiah, dan kesederhanaan, kelugasan, maupun kejelasan gaya terjemahannya dikagumi semua sarjana bahasa Suryani, sehingga membuatnya digelari "ratunya terjemahan Alkitab."[11]
Perjanjian Baru Pesyita edisi standar tahun 1905, terbitan United Bible Societies, didasarkan atas edisi-edisi yang disiapkan para ahli bahasa Suryani, yakni Philip E. Pusey (wafat tahun 1880), George Gwilliam (wafat tahun 1914), dan John Gwyn.[12] edisi-edisi tersebut adalah edisi kritis Injil-Injil Pesyita terbitan 1901 yang disusun Gwilliam bersama Pusey, edisi kritis Kisah Para Rasul Pesyita yang disusun Gwilliam, edisi kritis surat-surat Paulus Pesyita yang disusun Gwilliam bersama Pinkerton, dan edisi kritis surat-surat Am serta Wahyu Pesyita yang disusun John Gwynn. Teks Pesyita edisi kritis ini didasarkan atas pemeriksaan lebih dari tujuh puluh naskah Pesyita dan segelintir naskah berbahasa Aram lainnya. Keseluruhan 27 kitab dalam Kanon Perjanjian Baru yang umum di Dunia Barat tercakup di dalam edisi Pesyita tahun 1905 terbitan British & Foreign Bible Society ini, demikian pula Pericope de Adultera (Yohanes 7:53–8:11). Alkitab Suryani tahun 1979 terbitan United Bible Society menggunakan teks-teks yang sama untuk bagian Perjanjian Barunya. Online Bible mereproduksi Perjanjian Baru Pesyita Suryani tahun 1905 dalam abjad Ibrani.
Meskipun belum ditemukan bukti fisik, Pustakawan Vatikan Yusuf bin Siman Assimani[13] mengemukakan di dalam Bibliotheca-nya bahwa sebuah kitab Injil Suryani dari tahun 78 Masehi telah ditemukan di Mesopotamia.[14][15][16]
Berikut ini adalah naskah-naskah koleksi Museum Inggris:
Edisi-edisi cetak Pesyita sering kali memuat kitab-kita ini sekadar untuk mengisi celah. D. Versi Harqali. Versi Harqali dinisbatkan kepada Tomas dari Harqali. Ketika ribuan orang mengungsi agar terhindar dari dampak invasi angkatan bersenjata Khosrau, ...
Buku suci ini rampung dikerjakan pada hari Rabu, tanggal 18 bulan Konun, tahun 389.