Kitab Yeremia (disingkat Yeremia; akronim Yer.; bahasa Ibrani: סֵפֶר יִרְמְיָהוּ, translit. Sefer Yirmeyahu) merupakan salah satu kitab pada Perjanjian Lama Alkitab Kristen dan Tanakh (atau Alkitab Ibrani). Dalam Perjanjian Lama, Kitab Yeremia merupakan bagian dalam kelompok kitab-kitab kenabian dan khususnya dalam kelompok nabi-nabi besar. Sementara dalam Alkitab Ibrani, kitab ini merupakan bagian dari kelompok Nevi'im dan lebih tepatnya dalam kelompok nabi-nabi akhir. Dalam Alkitab Terjemahan Lama, kitab ini disebut "Kitab Nabi Yeremia".
Nama kitab ini merujuk pada tokoh utama kitab ini, yaitu Yeremia bin Hilkia yang menjadi nabi selama lebih dari 40 tahun dan hidup pada akhir abad ke-7 SM hingga awal abad ke-6 SM. Nama "Yeremia" sendiri merupakan serapan dari bahasa Ibrani: יִרְמְיָהוּ (Yirmeyahu); dengan pengaruh pengejaan dari variannya, yaitu יִרְמְיָה (Yirmeyah), dan padanannya dalam bahasa Yunani, yaitu Ἰερεμίας (Ieremíās). Nama Ibrani ini diperkirakan merupakan gabungan dari kata יָרַם (yaram, har. "ditinggikan") atau יוּרַם (yuram, har. "akan diangkat") dan nama יה (Yah), sehingga arti nama tersebut kurang lebih adalah "Yahweh yang meninggikan" atau "Yahweh yang ditinggikan".[1]
Kitab Yeremia disebutkan berisi perkataan-perkataan nabi besar Yeremia. Menurut kitab ini, Yeremia menjadi nabi selama lebih dari 40 tahun, dan selama karya kenabiannya ia selalu bernubuat dan memperingatkan umat Tuhan tentang bencana yang akan menimpa mereka karena mereka berdosa dan menyembah berhala. Nubuat tersebut menjadi kenyataan pada masa Yeremia masih hidup:, yaitu ketika Raja Babel Nebukadnezar merebut dan menghancurkan Yerusalem serta Bait Allah yang ada di situ. Raja Yehuda Zedekia bersama rakyat Yehuda diasingkan dan dibuang ke Babel. Setelah itu, Yeremia menubuatkan bahwa orang-orang itu akan kembali dari pembuangan dan keadaan bangsa Israel akan pulih kembali.[1]
Selain nubuat-nubuat Yeremia yang tercatat dalam kitab ini, Kitab Yeremia juga menjelaskan secara terperinci mengenai kehidupan pribadi dari sosok Nabi Yeremia beserta pengalaman-pengalamannya, termasuk pengalamannya ketika ia dikurung dalam penjara (Yeremia 32:6-25, 37:15-18, 38:6).
Nabi Yeremia digambarkan sebagai seorang yang berperasaan halus. Ia sangat cinta kepada bangsanya, dan sama sekali tidak suka menubuatkan hukuman ke atas mereka. Di dalam beberapa bagian dari kitabnya ia berbicara dengan penuh perasaan tentang penderitaannya karena ia dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi nabi. Perkataan Tuhan adalah seperti api di dalam hatinya; mau tidak mau ia harus menyampaikannya kepada bangsanya.[1]
Ayat-ayat penting dalam kitab ini ialah kata-kata Tuhan yang menunjuk kepada suatu masa yang akan datang. Pada masa itu akan ada suatu ikatan janji yang baru dengan Tuhan. Umat Tuhan akan menaati janji itu tanpa ada orang bijak yang mengingatkan mereka. Sebab janji itu akan tertulis di dalam hati mereka (Yeremia 31:31–34).[1]
Kitab Yeremia dapat dibagi dalam beberapa garis besar seperti yang berikut ini:[1]
Menurut S. Jonathan Murphy, kitab ini disusun sebagai suatu antologi dengan beberapa tema utama dan kitab ini memang sengaja tidak disusun secara kronologis.[2][3][4] Murphy menyebutkan pembagian garis besar Kitab Yeremia berikut.
Kitab Yeremia tidak disusun secara kronologis, sehingga untuk dapat memahami isinya dengan baik diperlukan pengetahuan akan latar belakang masing-masing bagian. Berikut merupakan bagian-bagian dalam kitab ini bila disusun secara kronologis.[5]
Kitab Yeremia memuat masa datangnya firman Tuhan kepada nabi Yeremia sejak tahun ke-13 pemerintahan raja Yosia (~627 SM) sampai pembuangan ke Babel (586 SM), selama sekitar 40 tahun.[7] Naskah tulisan yang sekarang menjadi Kitab Yeremia sudah lengkap pada abad ke-6 SM dan tidak diubah-ubah lagi. Ini didukung oleh sejumlah saksi yang hidup pada abad ke-5 dan ke-6 SM, yaitu:
Judul perikop dalam Kitab Yeremia menurut Alkitab Terjemahan Baru oleh LAI adalah sebagai berikut.
Berkebalikan dengan kitab-kitab lain yang terkadang memiliki isi yang lebih banyak pada naskah Septuaginta daripada naskah Ibraninya, Kitab Yeremia justru lebih pendek pada naskah Septuagintanya, yaitu kira-kira sepertujuh (1⁄7) kali lebih pendek daripada naskah Ibraninya. Selain itu, urutan pasal-pasal dan ayat-ayatnya juga berbeda, dimulai dari Yeremia 25–52.[1]
Ayat-ayat Kitab Yeremia dalam naskah Ibrani yang tidak terdapat dalam Septuaginta:[9]
Berikut merupakan tabel perbandingan susunan dan penomoran pasal-pasal dan ayat-ayat Kitab Yeremia menurut naskah-naskah Ibrani (yang digunakan oleh Alkitab Ibrani, Naskah Masorah, Alkitab Vulgata Latin, dan sebagian besar Alkitab versi modern) dengan naskah Septuaginta (yang digunakan oleh Alkitab Septuaginta dan Alkitab versi Gereja Ortodoks Timur) versi suntingan Alfred Rahlfs atau Lancelot Charles Lee Brenton. Terdapat sedikit perbedaan tatanan antara Septuaginta versi Brenton dan versi Rahlfs.[9] Urutan CATSS (Computer Assisted Tools for Septuagint Studies) menggunakan urutan versi Rahlfs, yang agak berbeda dalam beberapa detail dengan suntingan Joseph Ziegler dalam Göttingen LXX. Swete's Introduction sebagian besar sependapat dengan versi Rahlfs.[9]
Berikut merupakan tabel perbedaan penomoran pasal bila diurut berdasarkan urutan naskah Septuaginta.