Orang Turki mulai bermigrasi ke wilayah yang kini bernama Turki pada abad ke-11. Proses migrasi ini semakin dipercepat setelah kemenangan Kesultanan Seljuk melawan Kekaisaran Bizantium pada Pertempuran Manzikert. Beberapa Beylik (Emirat Turki) dan Kesultanan Seljuk Rûm menguasai Anatolia sampai dengan invasi oleh Kekaisaran Mongol. Mulai abad ke-13, beylik-beylik Utsmaniyah menyatukan Anatolia dan membentuk kekaisaran yang daerahnya merambah sebagian besar Eropa Tenggara, Asia Barat, dan Afrika Utara. Setelah Kesultanan Utsmaniyah runtuh setelah kalah pada Perang Dunia I dan masalah internal (pemberontakan Gerakan Turki Muda dan pemberontak orang Arab) sebagian wilayahnya diduduki oleh Sekutu yang memenangkan Perang Dunia I. Mustafa Kemal Atatürk kemudian mengorganisir gerakan perlawanan melawan Sekutu. Pada tahun 1923, gerakan perlawanan ini berhasil mendirikan Republik Turki modern dengan Mustafa Kemal Atatürk menjabat sebagai presiden pertamanya.
Ibu kota Turki berada di Ankara sedangkan kota terbesar di negara ini adalah Istanbul (atau Konstantinopel) yang dahulu menjadi ibukota dari Kekaisaran Bizantium dan Kesultanan Utsmaniyah. Disebabkan oleh lokasinya yang strategis di persimpangan dua benua, budaya Turki merupakan campuran budaya Timur dan Barat yang khas yang sering diperkenalkan sebagai jembatan antara dua peradaban. Dengan adanya kawasan yang kuat dari Adriatik ke Tiongkok dalam jalur darat di antara Rusia dan India, Turki telah memperoleh kepentingan strategis yang bertambah pesat.
Turki adalah sebuah republikkonstitusional yang demokratis, kesatuan bersistem republik presidensial sejak era presiden Recep Tayyip Erdoğan. Turki telah berangsur-angsur bergabung dengan negara-negara Barat Uni Eropa tetapi keanggotaannya masih ditangguhkan, sementara di saat yang sama menjalin hubungan dengan dunia Timur. Negara ini merupakan salah satu anggota pendiri PBB,[7]Organisasi Konferensi Islam (OKI),[8]OECD,[9] dan OSCE,[10] serta anggota Majelis Eropa sejak tahun 1949,[11] dan NATO sejak tahun 1952.[12] Sejak tahun 2005, Turki adalah satu-satunya negara Islam pertama yang berunding menyertai Uni Eropa, setelah merupakan anggota koalisi sejak tahun 1963.[13] Turki juga merupakan anggota negara industri G20 yang mempertemukan 20 ekonomi terbesar di dunia.
Etimologi
Nama Turki atau Türkiye dalam bahasa Turki terdiri dari dua komponen, yaitu: etnonim Türk dan akhiran abstrak –iye yang berarti "pemilik", "tanah" (berasal dari akhiran dalam bahasa Arab–iyya yang serupa dengan akhiran –ia dalam bahasa Yunani dan Latin). Catatan awal istilah "Türk" atau "Türük" sebagai autonim terdapat dalam tulisan-tulisan Orkhon oleh kaum Göktürk (Turki Samawi) dari Asia Tengah (c. abad ke-8 M). Tu–kin dijadikan bukti pada awal tahun 177 SM sebagai nama pemberian bangsa Tiongkok kepada penduduk di wilayah selatan Pegunungan Altai di Asia Tengah. Nama Indonesia "Turki" berasal dari bahasa Latin Pertengahan iaitu Turchia (c. 1369). Nama ini berkerabat dekat dengan Tourkia dalam bahasa Yunani, yang awalnya digunakan oleh bangsa Bizantium untuk menyebut Hungaria pada abad pertengahan (karena bangsa Hungaria dan Turki mempunyai leluhur yang sama) tetapi kemudian mereka mulai menggunakan nama ini untuk menamai wilayah hasil penaklukkan Seljuk di Anatolia, ratusan tahun setelah Pertempuran Manzikert pada tahun 1071.
Perubahan nama resmi
Pada bulan Januari 2020, Majelis Eksportir Turki - organisasi payung ekspor Turki- mengumumkan bahwa mereka akan menggunakan "Made in Türkiye" pada semua labelnya, dalam upaya untuk menstandarkan merek dan identitas bisnis Turki di panggung internasional, dengan menggunakan istilah 'Türkiye' di semua bahasa di seluruh dunia.[14]
Pada bulan Desember 2021, Presiden Recep Tayyip Erdoğan mengeluarkan surat edaran yang menyerukan agar ekspor diberi label "Made in Türkiye" serta mendidik preferensi nama 'Türkiye' dalam hubungan pemerintahan.[15][16] Alasan yang diberikan dalam surat edaran untuk memilih Türkiye adalah karena "mewakili dan mengekspresikan budaya, peradaban, dan nilai-nilai bangsa Turki". Menurut lembaga penyiaran pemerintah Turki, TRT World mengatakan bahwa perubahan tersebut juga menghindari peyorasi dengan ungkapan yang berarti kalkun dalam bahasa inggris (en:Turkey (bird)).[14] Dilaporkan pada Januari 2022 bahwa pemerintah berencana untuk mendaftarkan Türkiye ke Perserikatan Bangsa-Bangsa.[17] Menteri Luar Negeri Mevlüt Çavuşoğlu mengirim surat kepada PBB dan organisasi internasional lainnya pada tanggal 31 Mei 2022, meminta agar mereka menggunakan Türkiye. PBB setuju dan segera mengimplementasikan permintaan tersebut.[18][19]
Semenanjung Anatolia adalah salah satu wilayah berpenduduk yang tertua di dunia. Berbagai populasi Anatolia kuno menetap di Anatolia, dimulai pada periode Neolitikum hingga ditaklukkan oleh Aleksander Agung.[20] Bahasa yang digunakan adalah bahasa Anatolia, cabang bahasa dari rumpun bahasa Indo-Eropa.[21] Bahkan, para peneliti telah mengusulkan Anatolia sebagai pusat hipotesis, di mana bahasa Indo-Eropa menyebar.[22] Bagian wilayah Turki di Eropa disebut Trakia Timur. Wilayah ini tidak berpenduduk sejak empat ribu tahun yang lalu, dan memasuki masa Neolithikum sekitar tahun 6000 SM dengan penduduknya yang mulai bercocok tanam.[23]
Göbekli Tepe adalah sebuah situs yang dikenal sebagai struktur tempat suci tertua yang dibuat oleh manusia sekitar 10.000 SM,[24] sementara Çatalhöyük yang merupakan permukiman Neolitikum dan Kalkolitikum di Anatolia selatan, sekitar tahun 7500 SM sampai 5700 SM. Pada Juli 2012, kedua situs ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO.[25] Permukiman di Troya dimulai pada Zaman Neolitikum dan terus berlanjut sampai Zaman Besi.
Catatan penduduk Anatolia yang paling awal adalah Bangsa Hatti dan Bangsa Huri, bangsa-bangsa non-Indo-Eropa yang menghuni Anatolia tengah dan timur, masing-masing pada awal 2300 SM. Bangsa Het datang ke Anatolia pada tahun 2000-1700 SM. Kerajaan besar pertama di daerah tersebut didirikan oleh bangsa Het, dari abad kedelapan belas hingga abad ke-13 SM. Asiria menaklukkan wilayah bagian tenggara Turki dan menetap di sana pada awal 1950 SM sampai tahun 612 SM.[26][27]
Setelah runtuhnya kerajaan Het pada tahun 1180 SM, Kerajaan Frigia berkuasa di Anatolia sampai kerajaan mereka dihancurkan oleh Suku Kimmeri pada abad ke-7 SM.[28]
Sekitar tahun 1200 SM, pantai Anatolia dikuasai oleh suku Aiolia dan suku IoniaYunani. Banyak kota-kota penting yang didirikan, seperti Miletos, Ephesos, Smirna, dan Bizantium, dan yang terakhir didirikan adalah Megara pada tahun 657 SM. Negara pertama yang disebut Armenia oleh wilayah lain adalah negara dinasti Orontid Armenia, yang termasuk bagian dari Turki timur yang dimulai pada abad ke-6 SM. Di Turki barat daya, kelompok suku yang paling berpengaruh di Trakia adalah suku Odyrisia, yang didirikan oleh Teres I.[29]
Anatolia ditaklukkan oleh Kekaisaran Akhemeniyah dari Persia selama abad ke-6 dan ke-5 SM lalu kemudian jatuh ke tangan Aleksander Agung pada tahun 334 SM,[30] yang menyebabkan meningkatnya homogenitas kebudayaan dan Helenisasi di wilayah tersebut.[20] Setelah kematian Aleksander pada tahun 323 SM, Anatolia kemudian dibagi menjadi beberapa kerajaan Helenistik, yang semuanya menjadi bagian dari Republik Romawi pada pertengahan abad ke-1 SM.[31] Proses Helenisasi yang dimulai dengan penaklukan Aleksander dipercepat saat berada di bawah kekuasaan Romawi, sehingga pada awal abad Masehi bahasa Anatolia dan budaya setempat telah punah digantikan oleh bahasa Yunani.[32][33]
Pada tahun 1243, tentara Seljuk dikalahkan oleh bangsa Mongol, menyebabkan kekuatan Dinasti Seljuk perlahan-lahan hancur. Salah satu beylik yang diperintah oleh Osman I kelak selama 200 tahun ke depan akan mengembangkannya menjadi Kesultanan Utsmaniyah, serta memperluas wilayah ke seluruh Anatolia, Balkan, Levant dan Afrika Utara.[37] Pada tahun 1453, Kesultanan Utsmaniyah menaklukkan Kekaisaran Romawi Timur dengan menguasai ibu kotanya, Konstantinopel.
Pada tahun 1514, Sultan Selim I (1512-1520) berhasil memperluas wilayah perbatasan selatan dan timur dengan mengalahkan Shah Ismail I dari dinasti Safawiyah dalam Pertempuran Chaldiran. Pada 1517, Selim I memperluas pemerintahan Kesultanan Utsmaniyah ke Aljazair dan Mesir, dan menciptakan angkatan laut di Laut Merah. Selanjutnya, persaingan dimulai antara pihak Kesultanan Utsmaniyah dan Kerajaan Portugal untuk menjadi kekuatan laut yang dominan di Samudra Hindia, dengan berbagai pertempuran angkatan laut di Laut Merah, Laut Arab dan Teluk Persia. Kehadiran Kerajaan Portugal di Samudera Hindia itu dianggap sebagai ancaman bagi monopoli Kesultanan Utsmaniyah atas rute perdagangan kuno antara Asia Timur dan Eropa Barat (dikenal dengan nama Jalan Sutera). Monopoli ini semakin terganggu menyusul penemuan Tanjung Harapan oleh penjelajah Portugal Bartolomeu Dias pada tahun 1488, yang berdampak cukup besar terhadap perekonomian Kesultanan Utsmaniyah.
Kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah dan prestisi mencapai puncaknya pada abad ke-16 dan ke-17, khususnya selama pemerintahan Suleiman I. Kesultanan ini sering berseteru dengan Kekaisaran Romawi Suci.[38] Di laut, Angkatan Laut Kesultanan Utsmaniyah berseteru dengan beberapa Liga Kudus (saat itu terdiri dari Spanyol Habsburg, Republik Genova, Republik Venesia, Knights of St John, Negara Gereja, Grand Duchy of Tuscany dan Kadipaten Savoy) untuk mengendalikannya dari Laut Mediterania. Di timur, Kesultanan Utsmaniyah yang kadang-kadang berperang dengan pihak Safawiyah Persia atas konflik yang timbul dari sengketa teritorial atau perbedaan agama antara abad ke-16 dan abad ke-18.[39]
Dimulai pada awal abad ke-19 dan seterusnya, Kesultanan Utsmaniyah mulai melemah. Seperti wilayah, kekuatan militer dan kekayaan yang menurun, bahkan banyak Kaum Islam Balkan yang bermigrasi ke jantung Kekaisaran di Anatolia,[40][41] bersama dengan bangsa Sirkassia yang melarikan diri dari penaklukan Rusia di Kaukasus. Melemahnya Kesultanan Utsmaniyah menyebabkan meningkatnya sentimen nasionalis di antara masyarakat yang menyebabkan peningkatan ketegangan etnis yang kadang-kadang berubah menjadi kekerasan, seperti pembantaian etnis Hamid.
Kesultanan Utsmaniyah memasuki Perang Dunia I di sisi Blok Sentral dan akhirnya kalah. Selama perang, diperkirakan 1.500.000[42][43][44][45] warga Armenia dideportasi dan dibunuh saat Genosida Armenia berlangsung.[46][47] Pemerintah Turki menyangkal bahwa terdapat Genosida Armenia dan mengklaim bahwa Armenia hanya dipindahkan dari zona perang timur.[48] Pembantaian besar-besaran juga dilakukan terhadap kelompok minoritas lainnya seperti bangsa Yunani dan bangsa Assyria.[49][50][51]
Pada 18 September 1922, tentara pendudukan dikalahkan, dan rezim Turki yang berbasis di Ankara, yang menyatakan diri sebagai pemerintah yang sah pada bulan April 1920, mulai meresmikan transisi hukum dari Kesultanan Utsmaniyah yang lama ke sistem politik Republik Turki yang baru. Pada tanggal 1 November, parlemen baru didirikan dan secara resmi menghapuskan sistem Kesultanan, sehingga mengakhiri 623 tahun pemerintahan Kesultanan Utsmaniyah. Perjanjian Lausanne tanggal 24 Juli 1923 mendapat pengakuan internasional terhadap kedaulatan negara "Republik Turki" yang baru dibentuk sebagai negara penerus dari Kesultanan Utsmaniyah, dan secara resmi dinyatakan pada tanggal 29 Oktober 1923 di Ankara, ibu kota Turki yang baru.[52]Perjanjian Lausanne menetetapkan adanya pertukaran populasi antara Yunani dan Turki, di mana 1,1 juta orang Yunani meninggalkan Turki menuju Yunani dan 380.000 umat Islam dipindahkan dari Yunani ke Turki.[54]
Mustafa Kemal Atatürk menjadi Presiden pertama dan kemudian melakukan banyak reformasi dengan tujuan mengubah negara Kesultanan Utsmaniyah-Republik Turki menjadi republiksekularisme baru.[55] Dengan adanya UU Pemberian Julukan tahun 1934, Parlemen Turki memberikan gelar Atatürk (Bapak Bangsa Turki) kepada Mustafa Kemal Atatürk.[53]
Turki tetap netral selama Perang Dunia II, namun masuk pada saat akhir perang di Pihak Sekutu pada tanggal 23 Februari 1945. Pada tanggal 26 Juni 1945, Turki menjadi anggota piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.[56] Setelah perang, Yunani menghadapi kesulitan dalam mengatasi pemberontakan komunis, bersamaan dengan tuntutan Uni Soviet untuk membangun pangkalan militer di Selat Turki. Hal itu mendorong Amerika Serikat untuk menyatakan Doktrin Truman pada tahun 1947, untuk menjamin keamanan Turki dan Yunani.[57] Yunani dan Turki tergabung dalam Rencana Marshall dan OEEC untuk membangun kembali ekonomi Eropa pada tahun 1948, dan kemudian menjadi anggota pendiri OECD pada tahun 1961.
Setelah ikut serta dengan pasukan PBB dalam Perang Korea, Turki bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara pada tahun 1952, dan menjadi benteng untuk melawan ekspansi Uni Soviet ke Laut Tengah. Setelah satu dekade kekerasan antarkomunitas Siprus dan kudeta di Siprus pada 15 Juli 1974 yang dilakukan organisasi paramiliter EOKA B, untuk menggulingkan Presiden Makarios III dan menerapkan pro-Enosis (persatuan dengan Yunani) dengan Nikos Sampson sebagai diktator, Turki menginvasi Siprus pada tanggal 20 Juli 1974.[58] Sembilan tahun kemudian, Republik Turki Siprus Utara, yang hanya diakui oleh Turki, didirikan.[59]
Periode sistem satu partai berakhir pada tahun 1945. Hal ini diikuti oleh transisi menjadi demokrasi multipartai selama beberapa dekade mendatang, yang terganggu oleh kudeta militer pada tahun 1960, 1971, 1980 dan 1997.[60] Pada tahun 1984, kelompok separatis Kurdi (PKK) memulai kampanye perlawanan terhadap pemerintah Turki, yang sampai saat ini telah merenggut lebih dari 40.000 jiwa.[61] Namun, proses perdamaian sedang berlangsung.[62][63] Sejak liberalisasi ekonomi Turki selama tahun 1980, negara ini telah mengalami pertumbuhan ekonomi dan stabilitas politik yang kuat.[64] Pada tahun 2013, sejumlah protes terjadi di banyak provinsi di Turki, yang dipicu oleh rencana untuk menghancurkan Taman Taksim Gezi.[65]
Geografi
Turki adalah negara transbenua. Wilayah Turki yang termasuk Asia mencakup 97 persen dari negara, wilayah ini terpisah dari Eropa Turki oleh Selat Bosporus, Laut Marmara, dan Selat Dardanella. Wilayah Eropa Turki terdiri 3 persen negara. Wilayah Turki memiliki panjang lebih dari 1.600 kilometer (990 mil) dan 800 kilometer (500 mil) luas, dengan bentuk persegi panjang kasar. Negara ini terletak antara garis lintang 35 ° dan 43 ° U, dan bujur 25 ° dan 45 lahan ° T. Turki, termasuk danau, Turki menempati lahan seluas 783.562 kilometer persegi (302.535 mil persegi), areal seluas 755.688 kilometer persegi (291.773 mil persegi) berada di Asia Barat Daya dan 23.764 kilometer persegi (9.175 mil persegi) di Eropa. [154] Turki adalah negara 37 terbesar di dunia dalam hal luas. Negara ini dikelilingi oleh lautan di tiga sisi: Laut Aegea di sebelah barat, Laut Hitam di utara dan Laut Tengah di selatan. Terdapat juga Laut Marmara di barat laut.
Bagian Eropa dari Turki, Thrace Timur (wilayah paling timur semenanjung Balkan), membentuk perbatasan Turki dengan Yunani dan Bulgaria. Bagian Asia dari negara ini sebagian besar terdiri oleh semenanjung Anatolia, yang terdiri dari dataran tinggi dengan dataran pantai sempit, antara Koroglu dan pegunungan Pontic di utara dan Pegunungan Taurus di selatan. Turki timur, terletak di wilayah dataran tinggi barat Armenia, memiliki lanskap berupa pegunungan dan merupakan hulu berbagai sungai seperti sungai Efrat, Tigris dan Aras, terdapat pula Gunung Ararat, titik tertinggi di Turki dengan ketinggian 5137 meter (16.854 kaki), dan Danau Van, danau terbesar di negara ini.
Ada dua jenis utama dari pola vegetasi alami: padang rumput-padang rumput, yang terjadi terutama di Anatolia tengah dan tenggara tetapi juga ditemukan di dataran rendah Thrace dan lembah Anatolia Timur; dan hutan belantara dan hutan kayu, yang menutupi sebagian negara. Akan tetapi, di sebagian besar Turki, jenis vegetasi alami ini telah banyak dimodifikasi oleh tindakan manusia, baik secara langsung (melalui penebangan dan pembukaan lahan untuk pertanian) dan secara tidak langsung (melalui kegiatan hewan yang digembalakan).
Turki adalah republikpresidensial sejak 9 Juli 2018. Sejak didirikan sebagai sebuah republik pada tahun 1923, Turki telah mengembangkan tradisi kuatsekularisme.[66]Konstitusi Turki mengatur kerangka hukum negara. Ini menetapkan prinsip-prinsip utama pemerintah dan menetapkan Turki sebagai negara terpusat kesatuan. Presiden dari Republik adalah kepala negara dan memiliki peran seremonial. Presiden dipilih untuk masa jabatan lima tahun oleh pemilihan langsung dan Recep Tayyip Erdoğan adalah presiden pertama yang terpilih melalui pemungutan suara langsung.
Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh Perdana Menteri dan Dewan Menteri yang membentuk pemerintah, sedangkan kekuasaan legislatif dipegang oleh parlemen unikameral, Majelis Agung Nasional Turki. Peradilan independen dari eksekutif dan legislatif, dan Mahkamah Konstitusi dibebankan dengan memerintah pada kesesuaian hukum dan keputusan dengan konstitusi. Dewan Negara adalah pengadilan dari terakhir untuk kasus administrasi, dan Pengadilan Tinggi Banding untuk kasus yang lain.[67]
Perdana menteri dipilih oleh parlemen melalui mosi percaya dalam pemerintahan dan yang paling sering kepala dari partai yang memiliki kursi terbanyak di parlemen. Perdana menteri sekarang adalah Binali Yıldırım, yang menggantikan Ahmet Davutoğlu pada tanggal 24 Mei 2016.
Hak pilih universal untuk kedua jenis kelamin telah diterapkan di seluruh Turki sejak tahun 1933, dan setiap warga negara Turki yang telah berusia 18 tahun memiliki hak untuk memilih. Ada 550 anggota parlemen yang dipilih untuk masa jabatan empat tahun oleh sistem daftar-partai proporsional dari 85 daerah pemilihan. Mahkamah Konstitusi dapat menghentikan pembiayaan publik partai politik yang dianggap anti-sekuler atau separatis, atau melarang keberadaan mereka sama sekali.[68][69]Ambang batas parlemen adalah 10 persen suara.[70]
Pendukung reformasi Atatürk disebut Kemalisme, yang dibedakan dari Islamisme, mewakili dua ekstrem pada kontinum keyakinan tentang peran yang tepat dari agama dalam kehidupan publik.[71] Posisi Kemalis umumnya menggabungkan semacam demokrasi dengan konstitusilaic dan gaya hidup sekuler kebarat-baratan, sementara mendukung intervensi negara dalam ekonomi, pendidikan, dan pelayanan publik lainnya.[71] Sejak tahun 1980, kenaikan ketimpangan pendapatan dan perbedaan kelas telah melahirkan populisme Islam, sebuah gerakan yang dalam teori mendukung kewajiban untuk otoritas, solidaritas komunal dan keadilan sosial, meskipun apa yang mengikuti dalam praktiknya sering diperdebatkan.[71]
Menurut Sistem Pencatatan Populasi Berbasis Alamat Turki, populasi negara tersebut 74.7 juta penduduk pada tahun 2011.[73]
Pasal 66 Konstitusi Turki mendefinisikan "Orang Turki" sebagai "siapapun yang terikat ke negara Turki melalui ikatan kewarganegaraan", oleh karena itu, penggunaan hukum istilah "Turki" sebagai warga negara Turki berbeda dengan definisi etnik.[75] Namun, mayoritas penduduk Turki adalah Etnis Turk. Mereka diperkirakan mencapai 70-75 persen.
Bahasa
Bahasa resmi dari negara ini adalah Bahasa Turki, yang diucapkan oleh 85.4 persen populasi sebagai Bahasa ibu.[77] 11.9 persen populasi berbicara dalam dialek Bahasa Kurdi yakni Kurmanji.
Menurut sumber terkini oleh Ipsos, pada 2016 Islam adalah agama utama di Turki yang hanya terdiri dari 82% dari keseluruhan populasi, diikuti oleh orang-orang yang tidak terafiliasi (tidak mengikuti cabang manapun), yang terdiri dari 18% populasi, dan Kekristenan dengan 2%.
^Sekretariat Turki untuk Urusan Uni Eropa. "Kronologi hubungan Turki-Uni Eropa". Sekretariat Turki untuk Urusan Uni Eropa. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-05-15. Diakses tanggal 30 Oktober 2006.
^Hooker, Richard (6 June 1999). "Ancient Greece: The Persian Wars". Washington State University, Washington, United States. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-11-20. Diakses tanggal 22 December 2006.
^Daniel C. Waugh (2004). "Constantinople/Istanbul". University of Washington, Seattle, Washington. Diakses tanggal 26 December 2006.
^Wink, Andre (1990). Al Hind: The Making of the Indo Islamic World, Vol. 1, Early Medieval India and the Expansion of Islam, 7th–11th Centuries. Brill Academic Publishers. ISBN90-04-09249-8.
^Viscount Bryce (1916). "The Treatment of Armenians in the Ottoman Empire 1915–16: Documents presented to Viscount Grey of Falloden, Secretary of State for Foreign Affairs". New York and London: GP Putnam's Sons, for His Majesty's Stationary Office.
^Justin McCarthy, The End of Ottoman Anatolia, in Muslims and Minorities: The Population of Ottoman Anatolia and the End of the Empire, New York Univ. Press, 1983.
^Gerhard Bowering; Patricia Crone; Wadad Kadi (28 November 2012). The Princeton Encyclopedia of Islamic Political Thought. Princeton University Press. hlm. 49–. ISBN978-1-4008-3855-4. Diakses tanggal 14 August 2013. Following the revolution, Mustafa Kemal became an important figure in the military ranks of the Ottoman Committee of Union and Progress (CUP) as a protégé ... Although the sultanate had already been abolished in November 1922, the republic was founded in October 1923. ... ambitious reform programme aimed at the creation of a modern, secular state and the construction of a new identity for its citizens.Parameter |coauthors= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan)
^Turkish Directorate General of Press and Information (17 October 2001). "Turkish Constitution". Turkish Prime Minister's Office. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 February 2007. Diakses tanggal 16 December 2006.
^Turkish Directorate General of Press and Information (24 August 2004). "Political Structure of Turkey". Turkish Prime Minister's Office. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 February 2007. Diakses tanggal 14 December 2006.
^Edgecomb, Diane; Ahmed, Mohammed M. A.; Özel, Çeto (2007). A fire in my heart: Kurdish tales. Westport CT: Libraries Unlimited. hlm. xv. ISBN159158437X. The outlines of the map of Kurdistan were taken from two sources: first, a map produced by the CIA in 1992 depicting areas with a Kurdish majority [...]
Reed, Fred A. (1999). Anatolia Junction: a Journey into Hidden Turkey. Burnaby, B.C.: Talonbooks [sic]. 320 p., ill. with b&w photos. ISBN 0-88922-426-9