Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Pulau Natal

Pulau Natal

Territory of Christmas Island (Inggris)
{{{coat_alt}}}
Lambang
Semboyan
Lagu kebangsaan
Advance Australia Fair
(Indonesia: "Majulah Australia Jaya")
Lokasi Pulau Natal
Lokasi Pulau Natal
Ibu kota
Flying Fish Cove
Bahasa resmiInggrisMelayu
PemerintahanMonarki konstitusional
• Raja
Charles III
Peter Cosgrove
Natasha Griggs
• Presiden Shire
Gordon Thomson
LegislatifShire Council
Teritori eksternal Australia
• Dikuasai oleh Imperium Britania Raya
1888
• Diambil alih oleh Australia
1957
Luas
 - Total
135 km2 (224)
 - Perairan (%)
0
Populasi
 - Perkiraan 2011
2.072[1] (248)
 - Sensus Penduduk 2016
1.843[2]
10,39/km2
PDB (KKB)(n/a)
 - Total
-
-
PDB (nominal)2010
 - Total
US$52,177 juta[3]
Mata uangDolar Australia (A$)
(AUD)
Zona waktuWaktu Standar Natal
(UTC+7)
Lajur kemudikiri
Kode telepon+61-8-9164
Kode ISO 3166CX
Ranah Internet.cx
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Pulau Natal (Bahasa Inggris: Christmas island) adalah wilayah eksternal Australia di Samudra Hindia yang terdiri dari pulau dengan nama yang sama. Pulau ini terletak sekitar 350 kilometer (190 mil laut) di selatan Jawa dan Sumatra dan sekitar 1.550 km (840 mil laut) di barat laut dari titik terdekat di daratan Australia. Luasnya 135 kilometer persegi (52 sq mi).

Pulau ini memiliki populasi sebesar 1.402 warga yang tinggal di sejumlah "daerah pemukiman" di ujung utara pulau: Flying Fish Cove (juga dikenal sebagai Kampung), Kota Perak, Poon Saan, dan Drumsite.

Pulau ini terisolasi secara geografis dan jauh dari jangkauan manusia hingga abad ke-19. Tidak mengherankan jika berbagai flora dan fauna endemik di pulau ini relatif tidak terganggu. Kondisi ini merupakan hal yang penting untuk para ilmuwan dan naturalists.

Sejarah

Sensus Agama di Pulau Natal (2022)[4]
Kristen Anglikan
  
100,0%

Christmas Island Tourism Association dalam laman resminya, menulis artikel berjudul The History of Christmas Island. Artikelnya menjelaskan tentang sejarah munculnya Pulau Natal (Christmas Island) di Australia. Christmas Island atau Pulau Natal merupakan pulau kecil berbatu di Samudra Hindia yang berjarak 2.600 kilometer (1.616 mil) di barat laut Perth, Australia.

Adanya penemuan fosfat pada 1888 memandu nasib Pulau Natal ke abad-abad berikutnya. Namun, selain penemuan fosfat, Pulau Natal juga merupakan tempat yang cukup bersejarah. Lantas, mengapa dinamakan sebagai Pulau Natal atau secara internasional dikenal dengan nama Christmas Island?

Kisah itu dimulai saat Kapten William Mynors singgah dan menemukan sebuah pulau, kemudian menamai pulau itu dengan nama Natal. Alasannya, karena dia menemukannya pada 25 Desember 1643, tepat saat perayaan Natal. William Mynors adalah seorang kapten laut berkebangsaan Inggris. Dia merupakan master kapal milik East India Company (EIC) bernama Royal Mary. Kapal Royal Mary beroperasi untuk EIC sepanjang tahun 1626 hingga 1639.

Setelah penemuan pada perayaan Natal 1643, pulau itu dimasukkan dalam peta navigasi Inggris dan Belanda sejak awal abad ke-17, tetapi baru pada 1666 peta yang diterbitkan oleh kartografer Belanda Pieter Goos memasukkan pulau itu. Selang beberapa abad selanjutnya, pada 6 Juni 1888, Inggris Raya menganeksasi Pulau Natal atas desakan John Murray. Penyebabnya adalah kemunculan fosfat membuat Inggris tergiur akan klaim atas Pulau Natal.

Setelah didirikannya pemukiman bernama Flying Fish Cove beserta perusahaan fosfat, 200 buruh Tiongkok, delapan manajer Eropa, dan lima polisi Sikh, tiba di pulau itu untuk menjadi tenaga kerja, ditambah dengan sejumlah kecil orang Melayu.

Nahas, selama Perang Dunia I yang terjadi sepanjang tahun 1914 hingga 1918, penambangan fosfat berkurang. Namun, di sisi lain, jalur kereta api dari Settlement ke South Point, mulai dibangun. Pada perayaan Natal selanjutnya tahun 1942, Jepang menyerang kapal fosfat dari Norwegia yang bernama The Eidsvold di Flying Fish Cove. Hal tersebut membuat 50 keluarga Asia dan Australia dievakuasi ke Perth, kisah perayaan Natal yang cukup kelam.

Tak berhenti di situ, 900 tentara Jepang menyerbu dan menduduki Pulau Natal, memenjarakan orang Eropa yang tersisa dan memburu 1.000 pekerja Melayu dan Tiongkok di hutan-hutan pulau itu.

“Sabotase penduduk pulau dan kapal selam Sekutu menyebabkan penangguhan penambangan fosfat yang ada di Pulau Natal,” ungkap Christmas Island Tourism Association dalam laman resminya.

“Tanda-tanda yang bisa kita saksikan hari ini (di pulau itu) adalah sejarah Perang Dunia II, pulau itu termasuk perkomplekan senjata yang dipulihkan,” tambahnya.

“Di sana juga dapat dilihat tentang invasi dan pendudukan Jepang, ketika penduduk pulau dan kapal selam Sekutu berhasil menyabotase usaha ranjau dan ratusan penduduk pulau kemudian dikirim ke kamp tawanan perang Jepang di Indonesia,” sambungnya.

Pada 1945, hari-hari buruk di Pulau Natal berakhir. Kekalahan Jepang di Perang Dunia II memukul mundur Jepang dari sana, meninggalkan Natal yang kemudian menjadi pulau bebas. Barulah pada 1949 Australia dan Selandia Baru membeli perusahaan bernama Christmas Island Phosphate dan Pulau Natal mulai dikelola oleh Koloni Singapura.

Inggris mengambil alih pulau itu dari Jepang atas nama Ratu Victoria, tetapi pada 1946, pulau itu ditempatkan di bawah yurisdiksi Koloni Mahkota Singapura. Pada 1958, Inggris (Kerajaan Britania Raya) mengalihkan kedaulatan ke Australia, sehingga pulau itu sampai saat ini menjadi bagian dari wilayah Australia.[5][6][6][7][8]

Flora dan Fauna

Flora

Hoya aldrichii, tanaman merambat yang endemik di Pulau Natal

Hutan hujan yang lebat tumbuh di tanah yang dalam di dataran tinggi dan di teras. Hutan ini didominasi oleh 25 spesies pohon. Pakis, anggrek, dan tanaman merambat tumbuh di cabang-cabang di atmosfer yang lembap di bawah kanopi. Ke-135 spesies tanaman tersebut mencakup sedikitnya 18 spesies endemik. Hutan hujan ini dalam kondisi yang sangat baik meskipun ada aktivitas penambangan selama 100 tahun terakhir. Daerah yang telah rusak akibat pertambangan kini menjadi bagian dari proyek rehabilitasi yang sedang berlangsung.[9]

Tumbuhan endemik Pulau Natal meliputi pohon Arenga listeri, Pandanus elatus dan Dendrocnide peltata var. murrayana; semak Abutilon listeri, Colubrina pedunculata, Grewia insularis dan Pandanus christmatensis; tanaman merambat Hoya aldrichii dan Zehneria alba; ramuanAsystasia alba, Dicliptera maclearii dan Peperomia rossii; rumput Ischaemum nativitatis; pakis Asplenium listeri; dan anggrek Brachypeza archytas, Flickingeria nativitatis, Phreatia listeri dan Zeuxine exilis.

Fauna

Ketam kenari
Camar-angguk coklat
Angsa batu coklat
Migrasi kepiting merah di Pulau Natal.

Pulau ini merupakan tempat bermigrasi kepiting merah terbesar di dunia. Diperkirakan ada 4–50 juta lebih kepiting darat berwarna merah yang akan bermigrasi di pulau ini pada akhir bulan November hingga bulan Desember. Migrasi besar-besaran ini akan membuat jalanan serta berbagai wilayah di pulau ini akan dipenuhi dengan kepiting merah yang berlalu-lalang.

Setiap tahunnya jutaan kepiting di Pulau Natal bermigrasi ke laut untuk kawin dan bertelur. Setelah kawin, kepiting jantan terlebih dahulu melakukan perjalanan kembali ke darat, atau tepatnya ke kawasan pedalaman, sementara kepting betina tinggal di liang-liang di pantai selama sekitar dua pekan untuk bertelur. Setiap kepiting betina dapat menghasilkan hingga 100.000 telur, yang kemudian akan ditumpahkannya di laut.

Dua spesies tikus asli, yaitu tikus Maclear dan tikus bulldog, telah punah sejak pulau tersebut dihuni, sementara rusa Jawa telah diperkenalkan. Tikus tanah endemik Christmas Island tidak terlihat lagi sejak pertengahan 1980-an dan mungkin telah punah, sementara Christmas Island pipistrelle (kelelawar kecil) diperkirakan telah punah.[10]

Spesies kelelawar buah (flying fox) Pteropus natalis hanya ditemukan di Pulau Christmas; julukannya natalis merujuk pada nama tersebut. Spesies ini barangkali merupakan mamalia asli terakhir, serta penyerbuk penting dan penyebar biji hutan hujan; populasinya juga menurun dan semakin tertekan akibat pembukaan lahan dan masuknya spesies hama. Rendahnya tingkat reproduksi kelelawar terbang (satu ekor setiap tahun) dan tingginya tingkat kematian bayi membuat hewan ini sangat rentan, dan status konservasinya adalah sangat terancam punah.[11] Kelelawar terbang adalah spesies 'payung' yang membantu hutan beregenerasi dan spesies lain bertahan hidup di lingkungan yang tertekan.

Kepiting darat dan burung laut adalah fauna yang paling terlihat di pulau tersebut. Pulau Christmas telah diidentifikasi oleh BirdLife International sebagai Kawasan Burung Endemik dan Kawasan Burung Penting karena mendukung lima spesies endemik dan lima subspesies serta lebih dari 1% populasi dunia dari lima burung laut lainnya.[12]

Dua puluh spesies kepiting darat dan pasang surut telah dideskripsikan di sini, tiga belas di antaranya dianggap sebagai daratan sejati kepiting, yang hanya bergantung pada laut untuk perkembangan larva. Kepiting perampok, yang dikenal di tempat lain sebagai kepiting kelapa, juga hidup dalam jumlah besar di pulau tersebut. Migrasi massal kepiting merah tahunan ke laut untuk bertelur disebut sebagai salah satu keajaiban alam.[13] Ini terjadi setiap tahun sekitar bulan November – setelah dimulainya musim hujan dan selaras dengan siklus bulan. Begitu sampai di laut, induknya melepaskan embrio di mana mereka dapat bertahan hidup dan tumbuh hingga mereka mampu hidup di daratan. Pulau ini merupakan titik fokus bagi berbagai spesies burung laut. Delapan spesies atau subspesies burung laut bersarang di pulau ini. Yang paling banyak jumlahnya adalah burung booby berkaki merah, yang bersarang secara berkoloni, menggunakan pepohonan di banyak bagian teras pantai.

Objek wisata

Lapangan golf sembilan lubang yang berada di sisi timur laut Pulau Natal,

Beberapa objek wisata di Pulau Natal yang dapat dikunjungi oleh para wisatawan antara lain:

  • Christmas Island National Park.
  • Christmas Island Visitor Centre.
  • The Dales Hiking Trail.
  • The Grotto.
  • Lily Beach.
  • Dolly Beach.
  • Gun Emplacement.
  • Margaret Knoll Lookout.
  • Greta Beach.
  • Ethel Beach.
  • Ma Chor Nui Nui Temple.
  • The Blowholes.
  • Tai Jin House.
  • Territory Day Park.
  • National Park Bird Feeding.
  • Golf Course Lookout.
  • Soon Tien Kong Temple.
  • West White Beach.
  • SIEV-X Memorial.
  • SIEV-221 Memorial.
  • South Point Railway Station.
  • Anderson Dale Walk.
  • Christmas Island Golf Course.

Demografi

Piramida populasi Pulau Christmas, dari sensus tahun 2011, menunjukkan proporsi pria yang lebih besar daripada wanita.

leluhur Pulau Natal' (2021)[14]

  Keturunan Tionghoa (22.2%)
  Keturunan Melayu (16.1%)
  Keturunan Inggris (12.5%)
  Lainnya (43%)

Pada Sensus Australia 2021, jumlah penduduk Pulau Christmas adalah 1.692 jiwa.[14] 22,2% penduduknya merupakan keturunan Tionghoa (naik dari 18,3% di tahun 2001), 17,0% keturunan Australia (11,7% di tahun 2001), 16,1% keturunan Melayu (9,3% di tahun 2001), 12,5% keturunan Inggris (8,9% di tahun 2001), dan 3,8% penduduknya merupakan keturunan Indonesia. Pada tahun 2021, sebagian besar penduduknya merupakan orang yang lahir di Pulau Christmas dan banyak yang berasal dari Tionghoa dan Melayu.[14] 40,8% orang lahir di Australia. Negara tempat lahir paling umum berikutnya adalah Malaysia dengan 18,6%. 29,3% penduduk berbicara bahasa Inggris sebagai bahasa keluarga, sementara 18,4% berbicara bahasa Melayu, 13,9% berbicara bahasa Tionghoa Mandarin, 3,7% bahasa Kanton, dan 2,1% Min Selatan (Minnan).[14] Selain itu, terdapat penduduk setempat kecil dari India Malaysia dan orang Indonesia.[15][16]

Sensus Australia 2016 mencatat bahwa populasi Pulau Christmas terdiri dari 40,5% perempuan dan 59,5% laki-laki, sementara pada tahun 2011 angkanya adalah 29,3% perempuan dan 70,7% laki-laki.[14] Sebaliknya, angka tahun 2021 untuk seluruh Australia adalah 50,7% perempuan, 49,3% laki-laki.[17] Sejak tahun 1998, tidak ada layanan persalinan di pulau ini; para ibu hamil melakukan perjalanan ke daratan Australia sekitar satu bulan sebelum tanggal jatuh tempo untuk melahirkan.[18]

Etnis

Secara historis, mayoritas penduduk Christmas Island adalah mereka yang berasal dari Cina, Melayu, dan India, yang merupakan pemukim permanen awal.[19] Saat ini, sebagian besar penduduknya adalah Tionghoa-Malaysia, dengan sejumlah besar orang Australia Eropa dan Melayu Malaysia serta komunitas India Malaysia yang lebih kecil, di samping pendatang dari Filipina yang lebih baru. Sejak pergantian abad ke-21 dan hingga saat ini, orang Eropa sebagian besar membatasi diri mereka di The Settlement, di mana terdapat sebuah supermarket kecil dan beberapa restoran, orang Melayu tinggal di Melayu Kampung di pesisir, dan orang Tionghoa tinggal di Poon Saan (Kanton berarti "di tengah-tengah bukit")[20]

Bahasa

Bahasa utama yang digunakan di rumah di Pulau Christmas, menurut responden, adalah bahasa Inggris (28%), Mandarin (17%), Melayu (17%), dengan jumlah penutur yang lebih kecil dari bahasa Kanton (4%) dan Hokkien (2%). 27% tidak menyebutkan bahasa.[21]

Agama

Agama di Pulau Natal (2021)[22] Harap diperhatikan bahwa beberapa gangguan statistik ditambahkan ke data sensus yang dirilis untuk umum, untuk melindungi privasi penduduk.

  Islam (22%)
  Buddha (15%)
  Katolik (7%)
  Protestan (5%)
  Kristen lainnya (2%)
  Agama lain (1%)
  Kepercayaan Sekuler dan Kepercayaan Spiritual Lainnya dan Tidak Memiliki Afiliasi Agama (20%)
  Afiliasi agama tidak disebutkan (27%)

Praktik keagamaan berbeda berdasarkan geografi di seluruh pulau dan secara efektif sesuai dengan tiga pemukiman utama di pulau ini: ibu kota (hanya dikenal sebagai Pemukiman), daerah Kanton Poon Saan, dan desa air Melayu yang sering disebut sebagai Kampung.

The Capital

Karena banyaknya orang Inggris dan Australia yang menjadi mayoritas di ibu kota pulau ini, terdapat pengaruh Anglo-Celtic yang kuat di The Settlement yang berkontribusi pada kuatnya kehadiran agama Katolik. Hal ini semakin diperkuat oleh kedatangan orang Filipina baru-baru ini.[20]

Poon Saan

Sebuah kuil Tao

Di daerah Poon Saan, yang berfungsi sebagai Chinatown di pulau ini, agama Buddha merupakan hal yang lumrah. Praktik-praktik tradisional Kanton juga terwakili di daerah ini.[20] Kuil dan tempat suci Tionghoa termasuk tujuh kuil Buddha (seperti Biara Guan Yin (观音寺) di Gaze Road), sepuluh kuil Tao (seperti Soon Tian Kong (顺天宫) di South Point dan Kuil Sumur Hibah Guan Di) dan kuil-kuil yang didedikasikan untuk Na Du Gong atau Datuk Keramat di pulau ini.[23]

Kampung

Orang Melayu yang telah menetap di tepi pulau di kampung pesisir cenderung mengikuti Islam Sunni.[20] Kampung ini memiliki sebuah masjid, namun kondisinya sudah lapuk dan rusak dengan kayu-kayu yang sudah lapuk dan retak-retak.[24]

Kelompok lain

Kelompok-kelompok lain yang lebih kecil dan kurang terkonsentrasi secara geografis termasuk Anglikan yang berjumlah 3,6%, penganut Gereja Uniting yang berjumlah 1,2%, Protestan lainnya yang berjumlah 1,7%, dan kelompok-kelompok Kristen lainnya dengan 3,3%. Komunitas agama lain secara kolektif merupakan 0,6% dari populasi pulau ini.

Referensi

  1. ^ Biro Statistik Australia (31 Oktober 2012). "Christmas Island". 2011 Census QuickStats. Diakses tanggal 30 July 2013.
  2. ^ "2016 Census: Christmas Island" (PDF). Department of Infrastructure and Regional Development. Australian Government. Diarsipkan (PDF) dari versi aslinya tanggal 11 January 2018. Diakses tanggal 3 May 2020.
  3. ^ Lundy, Kate (2010). "Chapter 3: The economic environment of the Indian Ocean Territories". Inquiry into the changing economic environment in the Indian Ocean Territories (PDF). Parliament House, Canberra: Joint Standing Committee on the National Capital and External Territories. hlm. 22. ISBN 978-0-642-79276-1.
  4. ^ "Christmas Island Religions - Demographics". www.indexmundi.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-05-31.
  5. ^ "Department of the Environment, Water, Heritage and the Arts – Christmas Island History". Australian Government. 8 Juli 2008. Diarsipkan dari asli tanggal 4 Maret 2012. Diakses tanggal 26 April 2009.
  6. ^ a b  Chisholm, Hugh, ed. (1911). "Christmas Island" . Encyclopædia Britannica. Vol. 6 (Edisi 11). Cambridge University Press. hlm. 294–295.
  7. ^ "Digital Collections – Maps – Goos, Pieter, ca. 1616–1675. Paskaerte Zynde t'Oosterdeel Van Oost Indien (cartographic material) : met alle de Eylanden deer ontrendt geleegen van C. Comorin tot aen Iapan". National Library of Australia. Diarsipkan dari asli tanggal 2012-08-05. Diakses tanggal 26 April 2009.
  8. ^ Carney, Gerard (2006). The constitutional systems of the Australian states and territories. Cambridge University Press. hlm. 477. ISBN 0-521-86305-8. The uninhabited island was named on Christmas Day, 1643, by Captain William Mynors as he sailed past, leaving to William Dampier the honour of first landing ashore in 1688.
  9. ^ Tierney, Beth (2007). Panduan Wisata Pulau Natal yang Penting. Christmas Island Tourism Association.
  10. ^ "Parks Australia". Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 12 September 2009. Diakses tanggal 3 September 2009.
  11. ^ "Pteropus natalis – Kelelawar Terbang Pulau Christmas, Kelelawar Buah Pulau Christmas". Basis Data Profil Spesies dan Ancaman (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 7 Juli 2017. Diakses tanggal 24 Desember 2018.
  12. ^ "Lembar fakta Kawasan Burung Penting: Pulau Christmas". www.birdlife.org. BirdLife International. 2011. Diarsipkan dari asli tanggal 28 November 2001. Diakses tanggal 23 Desember 2011.
  13. ^ "Geoscience Australia on Christmas Island". Diarsipkan dari asli tanggal 5 February 2007.
  14. ^ a b c d e "2021 Census: Christmas Island". Department of Infrastructure and Regional Development. Australian Government. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 16 November 2022. Diakses tanggal 27 November 2022.
  15. ^ "Island induction". Christmas Island District High School. Diarsipkan dari asli tanggal 3 August 2017. Diakses tanggal 28 October 2015.
  16. ^ Dennis, Simone (2008). Christmas Island: An Anthropological Study. Cambria Press. hlm. 91ff. ISBN 9781604975109. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 31 December 2015. Diakses tanggal 6 November 2015 – via Google Books.
  17. ^ "2021 Census QuickStats: Australia". Australian Bureau of Statistics (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 25 October 2022. Diakses tanggal 27 November 2022.
  18. ^ Joyner, Tom (22 January 2019). "Why there have been no childbirths on Christmas Island in 21 years". ABC News (dalam bahasa Australian English). Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 10 June 2020. Diakses tanggal 7 April 2020.
  19. ^ Neville-Hadley, Peter (14 December 2017). "Christmas Island – the next big thing in travel? Home to Chinese, Indians, and Malays, it's a fascinating mix of cultures". www.scmp.com. South China Morning Post. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 15 December 2017. Diakses tanggal 17 January 2017.
  20. ^ a b c d Lee, Regina (2 February 2013). "Christmas Island's ethnic groups". The Star. Malaysia. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 28 July 2020. Diakses tanggal 3 May 2020.
  21. ^ Christmas Island, CIA Factbook, 2016 estimate.
  22. ^ Australian Bureau of Statistics (2022), 2021 Census of Population and Housing – General Community Profile: Christmas Island (LGA51710), Commonwealth of Australia, ("General Community Profile" XLS file download: Table G14 – Religious Affiliation by Sex) Direct file download (1 MB).
  23. ^ "Christmas Island Heritage – Temples and Shrines". 19 September 2016. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 6 June 2020. Diakses tanggal 7 June 2020.
  24. ^ Templat:Cite AHD

Pranala luar

(Inggris) http://www.aerospace-technology.com/projects/christmas/christmas3.html


Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Portal di Ensiklopedia Dunia

Kembali kehalaman sebelumnya