Catatan:
madi1264
{{PW Bahasa|importance=|class=}}
Terjadi [[false positive]]? Silakan laporkan kesalahan ini.
Bahasa Jawa Madiun-Kediri atau Bahasa Jawa Mataraman (bahasa Jawa: ꦧꦱꦗꦮꦩꦠꦫꦩꦤ꧀, translit. Basa Jawa Mataraman) adalah dialek bahasa Jawa modern yang dituturkan di daerah Kebudayaan Mataraman Jawa Timur, meliputi bekas wilayah keresidenan Madiun dan keresidenan Kediri di Jawa Timur.[2][3] Istilah "Mataraman" merujuk pada suatu wilayah kebudayaan yang meliputi wilayah Jawa Timur bagian barat-selatan karena wilayah tersebut lebih awal dikuasai oleh Kesultanan Mataram.[4] Bahasa Jawa Mataraman juga merupakan turunan dari Bahasa Jawa Pertengahan dan memiliki banyak kemiripan dengan bahasa Jawa modern lainnya.
Dialek Mataraman juga dituturkan oleh sebagian besar keturunan Mataraman di bagian selatan Kabupaten Jember, seperti (Wuluhan, Ambulu, Tempurejo) dan seluruh kecamatan di bagian selatan Kabupaten Banyuwangi. Dialek Mataraman dituturkan sebagai dialek minoritas disebagian kecil barat Kabupaten Malang dan disebagian kecil barat Kabupaten Jombang.
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2020, jumlah persentase penutur bahasa Jawa dialek Mataraman mencapai 34,62% dari jumlah penduduk Jawa Timur secara keseluruhan.[5][6] Dengan demikian, dialek Mataraman menjadi dialek dengan jumlah penutur terbesar di Jawa Timur.[6]
Hal yang paling terlihat dari bahasa Jawa dialek ini adalah penggunaan bahasa yang masih terkesan halus.[7] Selain itu, bahasa Jawa dialek Mataraman terdapat perbedaan pada intonasi dengan bahasa Jawa standar karena sering memberi tekanan pada suku kata pertama, sebagai contoh "Byuh-byuh, uayuné cah iki" ("Waduh, cantiknya anak ini").[8]
Menurut budayawan dan dosen Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono, dalam penelitian mengenai Jawa Mataraman, wilayah kebudayaan Mataraman terbagi menjadi dua, yaitu Mataraman Kulon (meliputi wilayah Ngawi, Madiun, Magetan, Pacitan, dan Ponorogo), Mataraman Wétan (meliputi wilayah Kediri, Blitar, Nganjuk, Trenggalek, dan Tulungagung) di Jawa Timur.[9][10][11] Kepekatan kebudayaan sosial Mataraman lebih mudah dijumpai di Mataraman Kulon daripada Mataraman Wétan.[3][12][9][11]
Selain itu, bahasa Jawa dialek Mataraman juga dituturkan oleh sebagian kecil masyarakat di Kabupaten Jombang dan Kabupaten Malang walaupun dalam penggunaanya terdapat pengaruh dari dialek Arekan.[13][14]
Beberapa kecamatan di Jombang bagian barat dan selatan , seperti Bandarkedungmulyo, sebagian barat Perak, sebagian Gudo dan sebagian Ngoro, memiliki pengaruh kebudayaan Mataraman / Jawa Tengahan walaupun juga terdapat banyak pengaruh dari Dialek Arekan.[15][16] Sementara itu, penutur jati bahasa Jawa dialek Mataraman di Kabupaten Malang tersebar di wilayah bagian barat, barat-selatan antara lain wilayah Kasembon, sebagian Ngantang, Donomulyo, sebagian kecil Sumberpucung dan sebagian Kalipare.[17]
Bahasa Jawa dialek Mataraman dari segi kosakata dan pengucapan memiliki banyak kemiripan dengan bahasa Jawa dialek Surakarta/Yogyakarta daripada bahasa Jawa Surabaya/Malang yang berlogat Arekan.
Akan tetapi di beberapa wilayah terdapat sedikit perbedaan bunyi jika dibandingkan dengan dialek Mataraman umumnya, seperti perubahan fonem [u] dan [i] menjadi [o] dan [e], hal tersebut hanya berlaku pada sebagian kosakata dan tidak semuanya, misalnya kata "mulih" yang seharusnya diucapkan [mulíh] terkadang diucapkan [moleh], hal ini hanya berlaku di beberapa kecamatan maupun desa yang berdekatan secara geografis dengan perbatasan Kabupaten Malang maupun Jombang seperti di wilayah Kabupaten Blitar bagian Timur, Kabupaten Nganjuk bagian Timur, dan Kabupaten Kediri sebelah Utara bagian Timur.
Selain itu penggunaan kata "arek" juga lumrah digunakan di perbatasan wilayah tersebut dibandingkan kata "bocah".[18]
Pengaruh dialek Arekan hanya terkonsentrasi di perbatasan antar kabupaten penutur dialek Mataraman dan Arekan seperti perbatasan Kabupaten Kediri/Nganjuk dan Jombang, dan perbatasan kabupaten Blitar dan Malang. Sebagian besar kecamatan-kecamatan di Kabupaten Kediri, Nganjuk, dan Blitar menggunakan dialek Mataraman yang masih murni tanpa adanya pengaruh Arekan terutama kecamatan yang jauh dengan perbatasan Jombang maupun Malang.
cedhak, cerak (Mataram)
umpet (Mataram / Kedu)
ancèn (Arekan)
nyåtå(Surakarta)
rampung/bar (Mataram)
laré (Osing)
Ote - ote (Surabaya), wèci (Malang),
Oté-oté (Arekan)
tekå (Arekan)
Jengklong (Sragen)
meteges, kemenyek (Arekan)
pegel, legrek (Arekan)
Njagong (Sragen)
nyambangi (Arekan)
Jarké (Mataram)
níng, ing (Mataram)
ngåpå (Mataram)
pakdhé/pakpuh/budhé/bulik (Tulungagung - Kediri)
ritak (Ponorogo, Madiun)