Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Bahasa Jawa Mataraman

Bahasa Jawa Mataraman
ꦧꦱꦗꦮꦩꦠꦫꦩꦤ꧀
Basa Jawa Mataraman
Dituturkan diIndonesia
Wilayah
 Jawa Timur
Penutur
± 15 juta
Lihat sumber templat}}
Beberapa pesan mungkin terpotong pada perangkat mobile, apabila hal tersebut terjadi, silakan kunjungi halaman ini
Klasifikasi bahasa ini dimunculkan secara otomatis dalam rangka penyeragaman padanan, beberapa parameter telah ditanggalkan dan digantikam oleh templat.
Posisi bahasa Jawa Mataraman dalam dialek-dialek bahasa Jawa Sunting klasifikasi ini

Catatan:

Simbol "" menandai bahwa bahasa tersebut telah atau diperkirakan telah punah
Kode bahasa
ISO 639-3
Glottologmadi1264[1]
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Bahasa Jawa Madiun-Kediri atau Bahasa Jawa Mataraman (bahasa Jawa: ꦧꦱꦗꦮꦩꦠꦫꦩꦤ꧀, translit. Basa Jawa Mataraman) adalah dialek bahasa Jawa modern yang dituturkan di daerah Kebudayaan Mataraman Jawa Timur, meliputi bekas wilayah keresidenan Madiun dan keresidenan Kediri di Jawa Timur.[2][3] Istilah "Mataraman" merujuk pada suatu wilayah kebudayaan yang meliputi wilayah Jawa Timur bagian barat-selatan karena wilayah tersebut lebih awal dikuasai oleh Kesultanan Mataram.[4] Bahasa Jawa Mataraman juga merupakan turunan dari Bahasa Jawa Pertengahan dan memiliki banyak kemiripan dengan bahasa Jawa modern lainnya.


Dialek Mataraman juga dituturkan oleh sebagian besar keturunan Mataraman di bagian selatan Kabupaten Jember, seperti (Wuluhan, Ambulu, Tempurejo) dan seluruh kecamatan di bagian selatan Kabupaten Banyuwangi. Dialek Mataraman dituturkan sebagai dialek minoritas disebagian kecil barat Kabupaten Malang dan disebagian kecil barat Kabupaten Jombang.

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2020, jumlah persentase penutur bahasa Jawa dialek Mataraman mencapai 34,62% dari jumlah penduduk Jawa Timur secara keseluruhan.[5][6] Dengan demikian, dialek Mataraman menjadi dialek dengan jumlah penutur terbesar di Jawa Timur.[6]

Hal yang paling terlihat dari bahasa Jawa dialek ini adalah penggunaan bahasa yang masih terkesan halus.[7] Selain itu, bahasa Jawa dialek Mataraman terdapat perbedaan pada intonasi dengan bahasa Jawa standar karena sering memberi tekanan pada suku kata pertama, sebagai contoh "Byuh-byuh, uayuné cah iki" ("Waduh, cantiknya anak ini").[8]

Penyebaran wilayah kebudayaan

Menurut budayawan dan dosen Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono, dalam penelitian mengenai Jawa Mataraman, wilayah kebudayaan Mataraman terbagi menjadi dua, yaitu Mataraman Kulon (meliputi wilayah Ngawi, Madiun, Magetan, Pacitan, dan Ponorogo), Mataraman Wétan (meliputi wilayah Kediri, Blitar, Nganjuk, Trenggalek, dan Tulungagung) di Jawa Timur.[9][10][11] Kepekatan kebudayaan sosial Mataraman lebih mudah dijumpai di Mataraman Kulon daripada Mataraman Wétan.[3][12][9][11]

Selain itu, bahasa Jawa dialek Mataraman juga dituturkan oleh sebagian kecil masyarakat di Kabupaten Jombang dan Kabupaten Malang walaupun dalam penggunaanya terdapat pengaruh dari dialek Arekan.[13][14]

Beberapa kecamatan di Jombang bagian barat dan selatan , seperti Bandarkedungmulyo, sebagian barat Perak, sebagian Gudo dan sebagian Ngoro, memiliki pengaruh kebudayaan Mataraman / Jawa Tengahan walaupun juga terdapat banyak pengaruh dari Dialek Arekan.[15][16] Sementara itu, penutur jati bahasa Jawa dialek Mataraman di Kabupaten Malang tersebar di wilayah bagian barat, barat-selatan antara lain wilayah Kasembon, sebagian Ngantang, Donomulyo, sebagian kecil Sumberpucung dan sebagian Kalipare.[17]

Fonologi dan Pengaruh Dialek Lain

Bahasa Jawa dialek Mataraman dari segi kosakata dan pengucapan memiliki banyak kemiripan dengan bahasa Jawa dialek Surakarta/Yogyakarta daripada bahasa Jawa Surabaya/Malang yang berlogat Arekan.

Akan tetapi di beberapa wilayah terdapat sedikit perbedaan bunyi jika dibandingkan dengan dialek Mataraman umumnya, seperti perubahan fonem [u] dan [i] menjadi [o] dan [e], hal tersebut hanya berlaku pada sebagian kosakata dan tidak semuanya, misalnya kata "mulih" yang seharusnya diucapkan [mulíh] terkadang diucapkan [moleh], hal ini hanya berlaku di beberapa kecamatan maupun desa yang berdekatan secara geografis dengan perbatasan Kabupaten Malang maupun Jombang seperti di wilayah Kabupaten Blitar bagian Timur, Kabupaten Nganjuk bagian Timur, dan Kabupaten Kediri sebelah Utara bagian Timur.

Selain itu penggunaan kata "arek" juga lumrah digunakan di perbatasan wilayah tersebut dibandingkan kata "bocah".[18]

Pengaruh dialek Arekan hanya terkonsentrasi di perbatasan antar kabupaten penutur dialek Mataraman dan Arekan seperti perbatasan Kabupaten Kediri/Nganjuk dan Jombang, dan perbatasan kabupaten Blitar dan Malang. Sebagian besar kecamatan-kecamatan di Kabupaten Kediri, Nganjuk, dan Blitar menggunakan dialek Mataraman yang masih murni tanpa adanya pengaruh Arekan terutama kecamatan yang jauh dengan perbatasan Jombang maupun Malang.

Kosakata

Dialek Mataraman Dialek lain / Bahasa baku Bahasa Indonesia
cêdhêg cedhek, cidhek, carek, parek (Arekan),

cedhak, cerak (Mataram)

dekat
urung, udhung, ugung dúrúng, gúrúng (Arekan), belum
ratan, dalan embong(Arekan) gili(banyumasan), jalan
isah-isah korah-korah(Arekan) asah-asah(surakarta) cuci piring
batùr, kåncå kåncå teman
jogan lantai
manjìng Masuk kerja
dhelik singid (Arekan),

umpet (Mataram / Kedu)

sembunyi
atrah, pancèn, tarahan, tanyat (Ngawi), tanah (Magetan), jatah (Pacitan), terahe (Ponorogo), nyatu (Trenggalek/Tulungagung), patrah/atrah (Kediri) , nyatrah (Blitar) pancèn (Mataram),

ancèn (Arekan)

nyåtå(Surakarta)

memang
bar mari (Arekan),

rampung/bar (Mataram)

selesai
tekan, tekå tútúg, anjog (Arekan) tiba
bener, pener tepak (Arekan) betul
kebêg kebê'(Arekan) penuh
kerep gêlêk (Arekan) sering
enek, eneng onok (Arekan) ada
nyelot, nyelet, sangsaya tambah (Arekan) semakin
lekas molai (Arekan) mulai
barngono, barkuwi maringono (Arekan) setelah itu
sesuk mené (Arekan) besok
karo, mbek, ambi barèk, ambèk (Arekan) dengan
keri kari (Arekan) tertinggal
resik rijig (Arekan) bersih
nyilih nyelang (Arekan) pinjam
dhuwur dhukur (Arekan) atas
ngisor ningsor, ndisor (Arekan) bawah
aluwung, angur aluk, athuk, mendhing (Arekan) lebih baik
kadhemen, katisen kathuken, kadhemen (Arekan) kedinginan
ben cíkné, cík-é, cíkbèn (Arekan) supaya
amargå, mergane, mergakna mergå, polahé (Arekan) karena
mas, mbak, kang, yu cak/mas, mbak/yuk/ning (Arekan) kakak laki-laki/perempuan
arep, ape katé (Arekan) akan
ceblok, tibå logor, rutuh (Arekan) jatuh
kae (berasal dari Ika+e), kuwi (berasal dari iku+i) ikå, iku (Arekan) itu
gumun, mêng hèran, èran, kèran (Arekan) heran
mbegot, mutung, mecucu nggondhok, mutung, purik (Arekan) merajuk
bedhèk, jedhèk badhèk (Arekan) tebak
bocah, cah arèk (Arekan),

laré (Osing)

anak
bodho, pekok, cengoh, mendho, koplak, lolok, ndhos (kediri) goblog, longor, bodho, bénto (selain Arekan juga digunakan oleh dialek Bojonegoro), koplak, congok, koplèr (Arekan) bodoh
hèci (Madiun, Ponorogo) piå-piå (Ngawi),

Ote - ote (Surabaya), wèci (Malang),

Oté-oté (Arekan)

sejenis bakwan
sångkå, kå såkå (Mataram),

tekå (Arekan)

dari
kepung, uber, oyak, odag, buru buru, uber kejar
tognå, losne/jarne (Kediri, Nganjuk, Tulungagung), umbaren (Blitar) babahnå (Arekan) biarkan
suwi suwé, lawas lama
barakan, jajaran pantaran (Arekan) sebaya, sepantaran, sekelas dalam suatu jenjang (sama-sama kelas II/V/VIII/XI)
ider mider (Arekan) menawarkan barang, berjualan dengan cara berkeliling
jingklong, lêmud lamuk (Arekan)

Jengklong (Sragen)

nyamuk
keblondrok menyesal setelah membeli suatu barang karena harga yang ditawarkan terlalu mahal
kemlinthi, kemlelet, kementhus kemaki (Mataram)

meteges, kemenyek (Arekan)

sombong
lémpoh, kesel (Mataram),

pegel, legrek (Arekan)

lelah
mbècèk, buwuh búwúh (Arekan)

Njagong (Sragen)

kondangan
mbesuk, ngéndhangi, niliki mêthuk (Mataram),

nyambangi (Arekan)

menjenguk
mblituki, ngapusi nggorohi, mbujuki, ngapusi (Arekan) berbohong
tognå, losne/jarne, umbar jarnå, bahnå (Arekan)

Jarké (Mataram)

biarkan
men, eram temen (Arekan) sangat ... sekali
murus murus, mèncrèt, kecirit (Arekan) sakit perut, diare, mencret
boyak, porah, sekarep opo jare terserah
níng, nêng, ndik, nyang enggek, ndhek, nong, nok, nang (Arekan),

níng, ing (Mataram)

di
nggajak sangar, mbois (Arekan) keren, necis
ngengkag berjalan cepat dengan gerakan goyang
nyapå, giniya lapå, åpå-å, kenèk åpå (Arekan),

ngåpå (Mataram)

kenapa, mengapa
nylènthèt nglimput (Arekan) membolos
pakpuh/bupuh (Ngawi, Madiun)

pakdhé/pakpuh/budhé/bulik (Tulungagung - Kediri)

pakdhé, budhé/mbokdhé (Arekan) paman/bibi
panggah panced (Arekan) tetap
papag, susul papag (Arekan) jemput
ritèk (Kediri, Pacitan, Trenggalek, Tulungagung)

ritak (Ponorogo, Madiun)

kathik (Arekan, mis : gak kathik) berarti "saja"; bisa diartikan sebagai ungkapan penekanan.
Ora ritèk/ritak: "tidak usah"
ora, ra, nḍak, gak gak, igak (Arekan) tidak

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Jawa Mataraman". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. ; ;
  2. ^ E.M., Uhlenbeck (1964). A Critical Survey of Studies on the Languages of Java Madura. The Hague: Martinus Nijhoff. OCLC 469418172. Pemeliharaan CS1: Lokasi penerbit (link)
  3. ^ a b Ignatius Kristanto; Yohan Wahyu, ed. (21 Juli 2008). "Kuali Peleburan di Tlatah Jawa Timur". Kompas.com. Diakses tanggal 11 Maret 2021.
  4. ^ Basuki, Ribut. (2010). "Negosiasi Identitas dan Kekuasaan dalam Wayang Kulit Jawa Timuran". Disertasi. Depok: Universitas Indonesia
  5. ^ Kota Madiun Dalam Angka. Madiun: Badan Pusat Statistik Kota Madiun. 2021. hlm. 241–242. ISSN 0215-5966. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  6. ^ a b "Kelompok Mataraman Mendominasi Jumlah Penduduk di Jawa Timur". Times Indonesia. 25 Januari 2021
  7. ^ Budi, Arifina (27 Desember 2016). "Ini Keunikan yang Hanya Dimiliki Masyarakat Jawa Timur". Good News From Indonesia. Diakses tanggal 28 Januari 2020.
  8. ^ Paryono, Yani (2014). Sistem Kata Ulang Bahasa Jawa Subdialek Madiun. doi:10.31503/madah.v5i2.515.
  9. ^ a b Satrya, I Dewa Gde (16 Agustus 2016). "Belajar Nilai dari Keluarga Jawa Mataraman". Universitas Ciputra. Diakses tanggal 28 Januari 2020.
  10. ^ "Kuasai Dua Wilayah Ini, Paslon Menangi Pilgub Jatim". PublikSatu. 19 Maret 2018
    "Peta demografi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Timur 2018 dibagi menjadi 5 sub-kultural wilayah, meliputi Arek, Mataraman, Mataraman Pesisir, Madura dan Tapal Kuda."
  11. ^ a b Fuad, A. Jauhar. (2019). Tlatah dan Tradisi Keagamaan Islam Mataraman. Kediri: Institut Agama Islam Tribakti
  12. ^ "Ditentukan di Mataraman". Kompas.com. 24 Juli 2008. Diakses tanggal 11 Maret 2021.
  13. ^ "Bahasa di Jombang Beragam, Ada Matraman dan Arek". Kabar Jombang. 2020-08-11. Diakses tanggal 2020-10-05.
  14. ^ "Kisah Kota Malang, Calon Ibu Kota Negara". Terakota. 2018-01-02. Diakses tanggal 2020-02-27.
  15. ^ "Kebudayaan Masyarakat Jombang". Pusaka Jawatimuran. Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur. 28 Juli 2012
  16. ^ Cahyono, Heru. 2008. Wayang Jombangan: Penelusuran Awal Wayang Kulit Gaya Jombangan. Jombang: Pemerintah Kabupaten Jombang, Hal: 1-3
  17. ^ Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Malang 2011-2015: Gambaran Umum dan Kondisi Wilayah Kabupaten Malang (PDF). Malang: Pemerintah Kabupaten Malang. hlm. 2–28. Diarsipkan (PDF) dari versi aslinya tanggal 2020-01-11. Diakses tanggal 2020-10-05.
  18. ^ Ningsih, Faridha Sadik Purwita (2013). "Pemetaan Bahasa Jawa Dialek Mataraman di Kecamatan Puncu (ex Kawedanan Pare), Kabupaten Kediri, Jawa Timur". Universitas Muhammadiyah Malang: hlm. 3.

Pranala luar

Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Portal di Ensiklopedia Dunia

Kembali kehalaman sebelumnya