Buddhisme mempunyai sejarah di Indonesia yang panjang, dan merupakan salah satu dari enam agama yang diakui di Indonesia, bersama dengan Islam, Kristen (Protestan dan Katolik), Hinduisme dan Konghucu. Menurut perkiraan tahun 2022, sekitar 0,7% dari total penduduk Indonesia beragama Buddha, dan berjumlah sekitar 2 juta. Kebanyakan Umat Buddha terkonsentrasi di Jakarta, Riau, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Sumatera Utara, dan Kalimantan Barat. Namun, jumlah total ini mungkin meningkat, karena para praktisi Taoisme dan agama rakyat Tiongkok, yang tidak dianggap sebagai agama resmi di Indonesia, kemungkinan besar menyatakan diri mereka beragama Buddha berdasarkan sensus terbaru. Saat ini, mayoritas umat Buddha di Indonesia adalah Tionghoa, namun komunitas kecil penganut Buddha Penduduk Asli Indonesia (seperti Jawa dan Sasak) juga ada.
Agama Buddha pertama kali masuk ke Nusantara (sekarang Indonesia) sekitar pada abad ke-5Masehi jika dilihat dari penginggalan prasasti-prasasti yang ada. Diduga pertama kali dibawa oleh pengelana dari China bernama Fa Hsien.[3] Kerajaan Buddha pertama kali yang berkembang di Nusantara adalah Kedatuan Sriwijaya yang berdiri pada abad ke-7 sampai ke tahun 1377. Kedatuan Sriwijaya pernah menjadi salah satu pusat pengembangan agama Buddha di Asia Tenggara. Hal ini terlihat pada catatan seorang sarjana dari China bernama I-Tsing yang melakukan perjalanan ke India dan Nusantara serta mencatat perkembangan agama Buddha disana. Biarawan Buddha lainnya yang mengunjungi Indonesia adalah Atisa, Dharmapala, seorang profesor dari Nalanda, dan Vajrabodhi, seorang penganut agama Buddha yang berasal dari India Selatan.
Di Jawa berdiri juga kerajaan Buddha yaitu Kerajaan Syailendra, tepatnya di Jawa Tengah sekarang, meskipun tidak sebesar Kedatuan Sriwijaya. Kerajaan ini berdiri pada tahun 775-850, dan meninggalkan peninggalan berupa beberapa candi-candi Buddha yang masih berdiri hingga sekarang antara lain Candi Borobudur, Candi Mendut dan Candi Pawon. Setelah itu pada tahun 1292 hingga 1478, berdiri Kerajaan Majapahit yang merupakan kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang ada di Indonesia. Kerajaan Majapahit mencapai masa kejayaannya ketika dipimpin oleh Hayam Wuruk dan Maha Patihnya, Gajah Mada. Namun karena terjadi perpecahan internal dan juga tidak adanya penguasa pengganti yang menyamai kejayaan Hayam Wuruk dan Gajah Mada, maka Kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran. Setelah keruntuhan kerajaan Majapahit, maka kerajaan Hindu-Buddha mulai tergeser oleh kerajaan-kerajaan Islam.
Dari mula masuknya agama Buddha di Nusantara terutama pada masa Kedatuan Sriwijaya, mayoritas penduduk pada daerah tersebut merupakan pemeluk agama Buddha, terutama pada daerah Nusantara bagian Jawa dan Sumatra. Namun, setelah berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia, jumlah pemeluk agama Buddha semakin berkurang karena tergantikan oleh agama Islam baru yang dibawa masuk ke Nusantara oleh pedagang-pedagang yang bermukim di daerah pesisir. Jumlah umat Buddha di Indonesia juga tidak berkembang pada masa penjajahan Belanda maupun penjajahan Jepang. Bahkan pada masa penjajahan Portugis, umat Buddha di Indonesia semakin berkurang karena bangsa Eropa juga membawa misionaris untuk menyebarkan agama Kristen di Nusantara.
Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan maritim yang berada di Sumatra, namun kekuasaannya mencapai Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja dan lainnya. Sriwijaya berasal dari bahasa Sanskerta, sri adalah "bercahaya" dan vijaya adalah "kemenangan". Kedatuan Sriwijaya mula-mula berdiri sekitar tahun 600 dan bertahan hingga tahun 1377.
Kedatuan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan yang sempat terlupakan, yang kemudian dikenalkan kembali oleh sarjana Prancis, bernama George Cœdès pada tahun 1920-an.[4][5] George Cœdès memperkenalkan kembali sriwijaya berdasarkan penemuannya dari prasasti dan berita dari Tiongkok. Penemuan George Coedes kemudian dimuat dalam koran berbahasa Belanda dan Indonesia.[5] Dan sejak saat itu Kedatuan Sriwijaya mulai dikenal kembali oleh masyarakat.
Hilangnya kabar mengenai keberadaan Sriwijaya diakibatkan oleh sedikitnya jumlah peninggalan yang ditinggalkan oleh Kedatuan Sriwijaya sebelum runtuh. Beberapa penyebab runtuhnya Kedatuan Sriwijaya, yaitu:
Serangan ini berhasil menawan raja Sriwijaya dan kemudian Dinasti Chola menjadi berkuasa atas Kedatuan Sriwijaya. Akibat dari serangan ini, kedudukan Kedatuan Sriwijaya di nusantara mulai melemah.
Setelah melemahnya kekuasaan Dinasti Chola, kemudian muncul kerajaan Dharmasraya yang mengambil alih Semenanjung Malaya dan juga menekan keberadaan Kedatuan Sriwijaya.
Alasan lain yang menyebabkan runtuhnya Sriwijaya yaitu perang dengan kerajaan lain seperti Singosari, Majapahit serta Dharmasraya. Selain sebagai penyebab runtuhnya Sriwijaya, perang ini juga menyebabkan banyak peninggalan sriwijya yang rusak atau hilang, sehingga keberadaan Kedatuan Sriwijaya terlupakan selama beberapa abad.
Perkembangan agama Buddha selama masa Sriwijaya dapat diketahui berdasarkan laporan I-Tsing. Sebelum melakukan studi ke Universitas Nalanda di India, I-Tsing melakukan kunjungan ke Kedatuan Sriwijaya. Berdasarkan catatan I-tsing, Sriwijaya merupakan rumah bagi sarjana Buddha, dan menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Hal ini membuktikan bahwa selama masa Kedatuan Sriwijaya, agama Buddhis berkembang sangat pesat. Selain itu I-tsing juga melaporkan bahwa di Sriwijaya terdapat aliran Buddha Theravada (kadang disebut Hinayana) dan Mahayana. Dan kemudian semakin lama buddhisme di Sriwijaya mendapat pengaruh dari aliran Vajrayana dari India.[6] Pesatnya perkembangan agama Buddhis di Sriwijaya juga didukung oleh seorang Mahaguru Buddhis di Sriwijaya, yaitu Sakyakirti, nama Sakyakirti ini berasal dari I-tsing yang berkenalan saat singgah di sriwijaya.[7] Selain Mahaguru Buddhis, I-tsing juga melaporkan ada perguruan buddhis yang memiliki hubungan baik dengan Universitas Nalanda, India, sehingga ada cukup banyak orang yang mempelajari Buddhisme di kerajaan ini.[7] Dalam catatannya, I-tsing juga menulis ada lebih dari 1000 pendeta yang belajar buddhis di Sriwijaya.
Majapahit adalah sebuah kerajaan kuno di Indonesia yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaan pada masa kekuasaan Hayam Wuruk yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Semenanjung Malaya dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia.
Majapahit banyak meninggalkan tempat-tempat suci, sisa-sisa sarana ritual keagamaan masa itu. Bangunan-bangunan suci ini dikenal dengan nama candi, pemandian suci (pertirtan) dan gua-gua pertapaan. Bangunan-bangunan survei ini kebanyakan bersifat agama Siwa, dan sedikit yang bersifat agama Buddha, antara lain Candi Jago, Bhayalangu, Sanggrahan, dan Jabung yang dapat diketahui dari ciri-ciri arsitektural, arca-arca yang ditinggalkan, relief candi, dan data tekstual, misalnya Kakawin Nagarakretagama, Arjunawijaya, Sutasoma, dan sedikit berita prasasti.
Berdasarkan sumber tertulis, raja-raja Majapahit pada umumnya beragama Siwa dari aliran Siwasiddhanta kecuali Tribuwanattungadewi (ibunda Hayam Wuruk) yang beragama Buddha Mahayana. Walau begitu agama Siwa dan agama Buddha tetap menjadi agama resmi kerajaan hingga akhir tahun 1447. Pejabat resmi keagamaan pada masa pemerintahan Raden Wijaya(Kertarajasa) ada dua pejabat tinggi Siwa dan Buddha, yaitu Dharmadyaksa ring Kasiwan dan Dharmadyaksa ring Kasogatan, kemudian lima pejabat Siwa di bawahnya yang disebut Dharmapapati atau Dharmadihikarana.
Pada zaman majapahit ada dua buku yang menguraikan ajaran Buddhisme Mahayana yaitu Sanghyang Kamahayanan Mantrayana yang berisi mengenai ajaran yang ditujukan kepada biksu yang sedang ditahbiskan, dan Sanghyang Kamahayanikan yang berisi mengenai kumpulan pengajaran bagaimana orang dapat mencapai pelepasan. Pokok ajaran dalam Sanghyang Kamahayanikan adalah menunjukan bahwa bentuk yang bermacam-macam dari bentuk pelepasan pada dasarnya adalah sama. Tampaknya, sikap sinkretisme dari penulis Sanghyang Kamahayanikan tercermin dari pengidentifikasian Siwa dengan Buddha dan menyebutnya sebagai "Siwa-Buddha", bukan lagi Siwa atau Buddha, tetapi Siwa-Buddha sebagai satu kesadaran tertinggi.
Pada zaman Majapahit (1292-1478), sinkretisme sudah mencapai puncaknya. Sepertinya aliran Hindu-Siwa, Hindu-Wisnu dan Agama Buddha dapat hidup bersamaan. Ketiganya dipandang sebagai bentuk yang bermacam-macam dari suatu kebenaran yang sama. Siwa dan Wisnu dipandang sama nilainya dan mereka digambarkan sebagai "Harihara" yaitu rupang (arca) setengah Siwa setengah Wisnu. Siwa dan Buddha dipandang sama. Di dalam kitab kakawin Arjunawijaya karya Mpu Tantular misalnya diceritakan bahwa ketika Arjunawijaya memasuki candi Buddha, para pandhita menerangkan bahwa para Jina dari penjuru alam yang digambarkan pada patung-patung itu adalah sama saja dengan penjelmaan Siwa. Vairocana sama dengan Sadasiwa yang menduduki posisi tengah. Aksobya sama dengan Rudra yang menduduki posisi timur. Ratnasambhava sama dengan Brahma yang menduduki posisi selatan, Amitabha sama dengan Mahadewa yang menduduki posisi barat dan Amogasiddhi sama dengan Wisnu yang menduduki posisi utara. Oleh karena itu, para bhikkhu tersebut mengatakan tidak ada perbedaan antara Agama Buddha dengan Siwa . Dalam kitab Kunjarakarna disebutkan bahwa tiada seorang pun, baik pengikut Siwa maupun Buddha yang bisa mendapat kelepasan jika ia memisahkan yang sebenarnya satu, yaitu Siwa-Buddha.
Pembaruan agama Siwa-Buddha pada zaman Majapahit, antara lain, terlihat pada cara mendharmakan raja dan keluarganya yang wafat pada dua candi yang berbeda sifat keagamaannya. Hal ini dapat dilihat pada raja pertama Majapahit, yaitu Kertarajasa, yang didharmakan di Candi Sumberjati (Simping) sebagai wujud Siwa (Siwawimbha) dan di Antahpura sebagai Buddha; atau raja kedua Majapahit, yaitu Raja Jayabaya yang didharmakan di Shila Ptak (red. Sila Petak) sebagai Wisnu dan di Sukhalila sebagai Buddha. Hal ini memperlihatkan bahwa kepercayaan di mana Kenyataan Tertinggi dalam agama Siwa maupun Buddha tidak berbeda.
Meskipun Buddhisme dan Hinduisme telah menyebar di Jawa Timur, tampaknya kepercayaan leluhur masih memerankan peranannya dalam kehidupan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan struktur candi yang di dalamnya terdapat tempat pemujaan nenek moyang, yang berwujud batu megalit, yang ditempatkan di teras tertinggi dari tempat suci itu.
Setelah Kerajaan Majapahit mengalami kemunduran pada masa akhir pemerintahan Raja Brawijaya V (1468-1478) dan runtuh pada tahun 1478, maka berangsur-angsur Agama Buddha dan Hindu digeser kedudukannya oleh agama Islam.
Masa Indonesia modern
Masa pra dan pasca kemerdekaan Indonesia
Setelah kemerdekaan Indonesia, muncul orang-orang yang peduli dan melestarikan agama Buddha di Indonesia, dimulai dengan seorang bhikkhu dari Ceylon (sekarang Sri Lanka) bernama Narada Maha Thera. Pada tahun 1934 ia mengunjungi Hindia Belanda (sekarang Indonesia) sebagai bhikkhu Theravada pertama yang datang untuk menyebarkan ajaran Buddha setelah lebih dari 450 tahun jatuhnya kerajaan Hindu-Buddha terakhir di kepulauan nusantara.[9] Kedatangannya mulai menumbuhkan kembali minat untuk mempelajari Buddhisme di Hindia Belanda. Animo ini kemudian diperkuat oleh seorang bhikku dari Indonesia yang ditahbiskan di Birma (sekarang Myanmar) yang bernama bhikkhu Ashin Jinarakkhita, dan dimulailah kembali perkembangan agama Buddha di Indonesia, di mana perlahan-lahan agama Buddha mulai dikenal kembali.
Pasca Gerakan 30 September
Setelah terjadinya usaha kudetaGerakan 30 September yang gagal pada tahun 1965, setiap adanya petunjuk penyimpangan dari ajaran monoteistikPancasila dianggap sebagai pengkhianatan. Untuk mempertahankan agama Buddha di Indonesia, pendiri Perbuddhi, BhikkhuAshin Jinarakkhita, mengusulkan adanya penyesuaian dalam dogma Buddhisme di Indonesia, mengenai ketuhanan dalam agama Buddha, maka digagaslah ketuhanan dalam agama Buddha di Indonesia dengan sebutan "Sang Hyang Adi Buddha". Ia mencari bukti dan konfirmasi untuk versi khas Buddhisme Indonesia ini dalam teks-teks Jawa kuno, dan bahkan dari bentuk kompleks candi Buddha di Borobudur di Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun-tahun yang mengikuti setelah percobaan kudeta 1965 yang gagal tersebut, ketika semua warga negara Indonesia diharuskan untuk mendaftar dengan denominasi agama tertentu atau dicurigai sebagai simpatisan komunis, jumlah umat yang terdaftar sebagai penggikut Buddhisme naik tajam, beberapa puluh Vihara Buddha baru dibangun. Pada tahun 1987 ada tujuh aliran agama Buddha yang berafiliasi dengan Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), yaitu: Theravada, Buddhayana, Mahayana, Tridharma, Kasogatan, Maitreya, dan Nichiren.
Menurut perkiraan tahun 1987, ada sekitar 2,5 juta orang pengikut Buddha, dengan 1 juta dari jumlah tersebut berafiliasi dengan Buddhisme Theravada dan sekitar 0,5 juta dengan aliran Buddhayana yang didirikan oleh Jinarakkhita. Perkiraan lainnya menempatkan umat Buddha hanya sekitar 1 persen dari populasi Indonesia, atau kurang dari 2 juta. Buddhisme saat itu mendapatkan jumlah tersebut karena status yang tidak pasti dari agama Konfusianisme atau Konghucu. Konfusianisme resmi ditoleransi oleh pemerintah sejak jatuhnya administrasi Orde Baru, namun karena agama Konghucu dianggap hanya sebagai suatu sistem hubungan etika, bukan agama, agama ini tidak diwakili dalam Departemen Agama.
Agama Buddha di Indonesia di awal 1990-an merupakan produk labil dari pengakomodasian yang kompleks antara ideologi-ideologi agama Timur, budaya adat etnis Tionghoa, dan kebijakan politik. Secara tradisional, Taoisme Cina, Konfusianisme ("Konghucu" dalam Bahasa Indonesia) dan Buddhisme, serta agama Buddha yang lebih kepribumian Perbuddhi, semua memiliki pengikut di komunitas etnis Tionghoa.
Masa dimulainya Sensus Penduduk
Sensus penduduk yang dimulai pada tahun 1961 menunjukkan pertumbuhan penduduk Indonesia berdasarkan data kuantitatif 1961-1971= 2.1%, 1971-1980=2.32%, 1980-1990=1.97%, 1990-2000=1,48%, 2000-2010=1.3%.[10] Berdasarkan data tersebut, kita dapat mengetahui rata-rata laju pertumbuhan penduduk tiap 10 tahun yaitu, 1.834%. Jadi, kita dapat memprediksi jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1100 yang merupakan mayoritas penganut agama Buddha, yaitu sekitar 24.1 juta penduduk.
Menurut sensus nasional tahun 1990, lebih dari 1% dari total penduduk Indonesia beragama Buddha, sekitar 1,8 juta orang. Kebanyakan penganut agama Buddha berada di Jakarta, walaupun ada juga di lain provinsi seperti Riau, Sumatera Utara dan Kalimantan Barat. Namun, jumlah tersebut bukanlah jumlah yang sebenarnya karena pada saat itu Agama Khonghucu dan Taoisme tidak dianggap sebagai agama resmi di Indonesia sehingga mereka disensuskan sebagai penganut agama Buddha.
Pada tahun 2008, jumlah penganut agama Buddha sekitar 1.3 juta penduduk dari 217,346,140 penduduk Indonesia atau sekitar 0.6%. Pada tahun 2010, jumlah penganut agama Buddha sekitar 1,7 juta penduduk dari 237,641,326 penduduk Indonesia atau sekitar 0.72%.[11] Pada sensus terakhir tahun 2018 , tercatat dari [[Badan Pusat Statistik]] bahwa ada 2 juta Umat Buddha dari total 266,534,836 penduduk Indonesia .[12]
Berdasarkan data tersebut, bisa ditarik kesimpulan bahwa jumlah penduduk Indonesia yang menganut agama Buddha bertolak belakang dengan pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia.
Agama Buddha di Indonesia paling banyak dianut oleh masyarakat Tionghoa dan beberapa kelompok asli Indonesia, dengan persentase jumlah 1% (Buddhisme saja) sampai 2,3% (termasuk Taoisme dan Konfusianisme) penduduk Indonesia yang termasuk umat Buddha.[13][14]
Perkembangan aliran Buddha di Indonesia
Berkembangnya lagi agama Buddha setelah kerajaan Majapahit dimulai pada tahun 1954 oleh Bhikkhu Ashin Jinarakkhita. Dia adalah Bhikkhu pertama dari Indonesia yang ditahbiskan semenjak runtuhnya kerajaan Majapahit.
Bhante Ashin Jinarakkhita banyak memberikan sumbangsih kepada perkembangan agama Buddha di Indonesia. Pada tahun 1954, untuk membantu perkembangan agama Buddha secara nasional, maka didirikanlah Persaudaraan Upasaka Upasika Indonesia (PUUI), dirayakannya hari suci Waisak di Candi Borobudur pada tahun 1956, lalu pembentukan Perbuddhi (Perhimpunan Buddhis Indonesia) pada tahun 1958.
Pada tahun 1959, untuk pertama kali sejak berakhirnya era Kerajaan Hindu-Buddha Majapahit, diadakan acara penahbisan Bhikkhu di Indonesia, sebanyak 13 orang Bhikkhu senior dari berbagai negara datang ke Indonesia untuk menyaksikan penahbisan dua Bhikkhu yang bernama Bhikkhu Jinaputta dan Bhikkhu Jinapiya.
Aliran Buddha Mahayana diduga datang di antara abad 1 SM hingga 1 M, istilah Mahayana ditemukan di Sutra Saddharma Pundarika. Aliran Mahayana baru dikenal secara jelas pada kira – kira abad ke 2 M, ketika ajaran Mahayana dijelaskan dalam tulisan – tulisan.
Perkembangan ajaran Mahayana di Indonesia pada umumnya terbagi atas dua yaitu Buddha Mahayana dan Buddha Tridharma. Buddha Mahayana merupakan perpaduan sekte Zen dan sekte Sukhavati (unsur ke-Tiongkokannya masih kuat). Buddha Tridharma (Buddha Kelenteng)yang ada di Indonesia adalah perpaduan Buddha Mahayana dengan Taoisme dan Konghucu (Konfusianisme), yaitu budaya Tionghoa tradisi Dao Jiao, Run Jiao, dan budaya lokal. Di mana pengembangnya antara lain Kwee Tek Hoay, Khoe Soe Khiam, Ong Kie Tjay, dan Aggi Tje Tje.
Pada tahun 1978, Bhikkhu-bhikkhu dari aliran Mahayana membentuk Sangha Mahayana Indonesia yang diketuai oleh Bhikkhu Dharmasagaro. Sangha Mahayana Indonesia inilah yang mencetuskan ide pembangunan Pusdikiat Buddha Mahayana Indonesia. Cita-cita Sangha adalah menyebarluaskan ajaran Buddha Mahayana di Indonesia dengan menggunakan bahasa Indonesia serta menerjemahkan kitab-kitab suci agama Buddha ke dalam bahasa Indonesia.
Perkembangan Vajrayana
Aliran Buddha Vajrayana atau juga disebut Tantrayana di Indonesia pertama kali dipelopori oleh Romo Giriputre Soemarsono dan Romo Dharmesvara Oke Diputhera pada tahun 1953 – 1956 dengan membentuk kelompok Tantrayana yang disebut Kasogatan. Kasogatan dibentuk karena dorongan untuk mengembalikan agama Buddha agar dapat meluas kembali seperti ketika masa zaman kerajaan Majapahit.
Kasogatan memiliki arti dan sejarah penting dilihat dari segi kepribadian bangsa. Pada zaman Majapahit, kasogatan merupakan kata yang dipakai untuk menyebut ke-Buddha-an. Kasogatan berasal dari kata "sugata", salah satu gelar maha agung Sang Buddha yang berarti “yang berbahagia”. Ajaran agama Buddha yang berkembang pada masa itu didapat pada kitab suci Sanghyang Kamahayanikan yang dianut oleh umat-umat Buddha pada saat itu.
Kelompok aliran Tantrayana kedua ialah Yayasan Satya Dharma Surya Indonesia yang didirikan pada tahun 1987. Kelompok ini merupakan kelompok umat Tantrayana yang beraliran Zhanfo Zong, dipimpin oleh seorang umat Buddha bernama Harsono (kini bernama Vajracarya Harsono). Saat itu umat Tantrayana Zhenfo Zong berjumlah lebih kurang 200 umat, mereka melaksanakan puja bhakti dengan menumpang pada satu vihara ke vihara lainnya karena tidak tersedianya fasilitas yang tetap. Akhirnya dibentuklah Yayasan Satya Dharma Surya Indonesia dengan pembangunan sebuah vihara di daerah Muara Karang dengan nama Vihara Vajra Bumi Jayakarta sebagai tempat ibadah Zhenfo Zong pertama di Indonesia.
Pada bulan Oktober 1988, semua pemimpin Yayasan Satya Dharma Surya Indonesia dengan umat Majelis Dharma Duta Kasogatan Indonesia bertemu dan menggabung kedua yayasan ini. Penggabungan ini bermaksud untuk pembauran umat secara wajar melalui agama dan sosial budaya dan terwujudnya agama Buddha yang berorientasi kepada kepribadian dan budaya Indonesia.
Dengan bergabungnya mazhab agama Buddha menjadi sangha-sangha dan majelis-majelis Agama Buddha menjadi anggota Perwakilan Umat Buddha Indonesia, maka Majelis Dharma Duta Kasogatan Indonesia berubah nama menjadi Majelis Agama Buddha Tantrayana Kasogatan Indonesia, diresmikan pada Oktober 1994 lalu berubah menjadi Majelis Agama Buddha Tantrayana Zhenfo Zong Kasogatan Indonesia pada tahun 2001.
Perkembangan aliran Buddha Theravada dipelopori oleh Bante Vidhurdhammabhorn (Bhante Vin). Pada saat perkembangan agama Buddha yang sedang pesatnya, Bhikkhu-bhikkhu muda ditahbiskan di Wat Bovoranives, Thailand, atas bantuan Bhante Vin. Penahbisan ini diberi izin oleh Bhante Vin sendiri, tidak melalui Bhante Ashin. Bhikkhubhikkhu yang di tahbiskan di Wat Bovoranives memiliki garis keturunan Dhammayuttika, ini berarti apabila garis keturunan berbeda, maka tidak boleh mengikuti upacara Patimokkha dari garis keturunan yang lain.
Dengan adanya perbedaan pandangan, maka pada Januari 1972, Bhikkhu – Bhikkhu yang merupakan lulusan dari Wat Bovoranives akhirnya memisahkan diri dan membentuk Sangha Indonesia, namun pada tahun 1974, Sangha Indonesia akhirnya bergabung kembali ke Maha Sangha Indonesia di bawah pimpinan Bhante Ashin. Nama Maha Sangha Indonesia diubah menjadi Sangha Agung Indonesia (SAGIN).
Pada tahun 1976, Bhikkhubhikkhu lulusan Wat Bovoranives yang merupakan murid binaan Bhante Vin memutuskan keluar dari Sangha Agung Indonesia dan mendirikan Sangha Theravada Indonesia (STI).
Sutra Lalitavistara banyak dikenal oleh para tukang batu Mantranaya dari Borobudur, lihat: Kelahiran Buddha (Lalitavistara). Istilah Mantranaya bukan kesalahan ejaan dari Mantrayana meskipun sebagian besar adalah sama. Mantranaya adalah istilah untuk tradisi esoteris mantra, turunan tertentu dari Vajrayana dan Tantra di Indonesia. Istilah dalam bahasa Sanskerta Mantranaya dengan jelas telah terbukti dalam literatur tantra Basa Jawa Kuno, khususnya yang didokumentasikan dalam teks tantra Buddha esoterik tertua di Jawa Kuno, Sang Kyang Kamahayanan Mantranaya, lihat Kazuko Ishii (1992).[15]
^"Jumlah Penduduk Menurut Agama". Ministry of Religious Affairs. 31 August 2022. Diakses tanggal 29 October 2023. Muslim 241 Million (87), Christianity 29.1 Million (10.5), Hindu 4.69 million (1.7), Buddhist 2.02 million (0.7), Folk, Confucianism, and others 192.311 (0.1), Total 277.749.673 Million
^"Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut" [Population by Region and Religion]. Jakarta, Indonesia: Badan Pusat Statistik. 15 May 2010. Diakses tanggal 20 October 2011. Religion is belief in Almighty God that must be possessed by every human being. Religion can be divided into Muslim, Christian,, Hindu, Buddhist, Hu Khong Chu, and Other Religion. Muslim 207176162 (87.20%), Christian 16528513 (7), Catholic 6907873 (3), Hindu 4012116 (1.69), Buddhist 1703254 (0.74), Confucianism 71.999 (0.05), Other 112.792 (0.04), Total 237.641.326
^"Statistik Umat Menurut Agama di Indonesia". Kementerian Agama Republik Indonesia. 15 May 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 September 2020. Diakses tanggal 15 November 2020. Muslim 231.069.932 (86.7), Christian 20.246.267 (7.6), Catholic 8.325.339 (3.12), Hindu 4.646.357 (1.74), Buddhist 2.062.150 (0.77), Confucianism 117091 (0.03), Other 299617 (0.13), Not Stated 139582 (0.06), Not Asked 757118 (0.32), Total 266.534.836
^Ishii, Kazuko (1992). "The Correlation of Verses of the 'Sang Kyang Kamahayanan Mantranaya' with Vajrabodhi's 'Japa-sutra'". Area and Culture Studies Vol. 44. Source: [1] (accessed: Monday February 1, 2010)
Cari tahu mengenai Buddhisme di Indonesia pada proyek-proyek Wikimedia lainnya:
يفتقر محتوى هذه المقالة إلى الاستشهاد بمصادر. فضلاً، ساهم في تطوير هذه المقالة من خلال إضافة مصادر موثوق بها. أي معلومات غير موثقة يمكن التشكيك بها وإزالتها. (ديسمبر 2018) الدوري البلجيكي الدرجة الأولى الموسم 1906–07 البلد بلجيكا المنظم الاتحاد الملكي البلجيكي لكرة القدم
American politician from North Carolina RepresentativeLarry BrownMember of the North Carolina House of Representativesfrom the 73rd districtIn officeJanuary 1, 2005 – August 16, 2012Preceded byMichael Decker (Redistricting)Succeeded byJoyce Krawiec[1] Personal detailsBorn(1943-02-09)February 9, 1943[2]Winston-Salem, North CarolinaDiedAugust 16, 2012(2012-08-16) (aged 69)Pinehurst, North CarolinaPolitical partyRepublicanResidenceKernersville, North C...
Il giardino dei Finzi-Contini Dominique Sanda en un fotograma de la película.Título El jardín de los Finzi-ContiniFicha técnicaDirección Vittorio de SicaProducción Arthur Brauner Arthur Cohn Gianni Hecht LucariGuion Vittorio Bonicelli Ugo PirroBasada en Novela homónima de Giorgio BassaniMúsica Bill Conti Manuel de SicaFotografía Ennio GuarnieriMontaje Adriana NovelliVestuario Giancarlo Bartolini SalimbeniProtagonistas Lino Capolicchio[1] Dominique Sanda Helmut Berger Fabio Tes...
Austro-Hungarian Navy's U-5-class submarine U-12 entering Pola Harbor in 1914 History Austria-Hungary NameSM U-12 BuilderWhitehead & Co., Fiume[1] Laid down1909[2] Launched14 March 1911 as SS-3[1] AcquiredAugust 1914[2] Commissioned21 August 1914[2] FateSunk by mine, August 1915, raised and scrapped late 1916[2] Service record Commanders: Egon Lerch 21 August 1914 – 12 August 1915[3] Victories: 1 merchant ship sunk (1,065 GRT)...
بيتر دراكر (بالألمانية: Peter Ferdinand Drucker) معلومات شخصية الميلاد 19 نوفمبر 1909(1909-11-19)فيينا-الإمبراطورية النمساوية المجرية الوفاة 11 نوفمبر 2005 (95 سنة)Claremont، كاليفورنيا الإقامة النمساألمانياإنجلتراالولايات المتحدة مواطنة الولايات المتحدة النمسا عضو في الأكاديمية ال
Untuk negara bagian di Amerika Serikat, lihat Washington. Washington, D.C.Distrik federalDistrik ColumbiaSearah jarum jam dari kanan atas: Gedung Capitol, Monumen Washington, Gedung Putih, Gedung Institusi Smithsonian, Memorial Lincoln, dan Katedral Nasional Washington BenderaLambangMotto: Justitia Omnibus (Keadilan untuk Semua)Letak Washington, D.C. di Amerika Serikat di antara negara bagian Maryland dan Virginia.Washington, D.C.Lokasi di Amerika SerikatTampilkan peta Amerika...
Halaman ini berisi artikel tentang massa makhluk hidup di suatu area pada waktu tertentu. Untuk biomassa sebagai sumber energi, lihat biomassa. Total biomassa hidup dunia diperkirakan mencapai 560 miliar ton karbon,[1] (belum termasuk biomassa dari bakteri) di mana sebagian besar ditemukan di hutan[2] Lingkungan akuatik dangkap seperti estuari, rawa, dan terumbu karang dapat menjadi seproduktif hutan dalam menghasilkan biomassa setiap tahunnya.[3] Dalam ekologi, biomas...
Biografi ini memerlukan lebih banyak catatan kaki untuk pemastian. Bantulah untuk menambahkan referensi atau sumber tepercaya. Materi kontroversial atau trivial yang sumbernya tidak memadai atau tidak bisa dipercaya harus segera dihapus, khususnya jika berpotensi memfitnah.Cari sumber: Lance Stroll – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR (Maret 2014) (Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini) Lance StrollLance Strol...
لمعانٍ أخرى، طالع ديفيد باتلر (توضيح). هذه المقالة يتيمة إذ تصل إليها مقالات أخرى قليلة جدًا. فضلًا، ساعد بإضافة وصلة إليها في مقالات متعلقة بها. (سبتمبر 2018) ديفيد باتلر معلومات شخصية الميلاد 30 مارس 1953 (العمر 70 سنة)ويست بروميتش مركز اللعب مهاجم الجنسية المملكة المتح...
Morgan State University 1951–1955 track relay team This article has multiple issues. Please help improve it or discuss these issues on the talk page. (Learn how and when to remove these template messages) This article may be in need of reorganization to comply with Wikipedia's layout guidelines. Please help by editing the article to make improvements to the overall structure. (December 2013) (Learn how and when to remove this template message) This article needs additional citations for ver...
Season of television series Private PracticeSeason 2DVD cover artStarring Kate Walsh Tim Daly Audra McDonald Paul Adelstein KaDee Strickland Chris Lowell Taye Diggs Amy Brenneman Country of originUnited StatesNo. of episodes22ReleaseOriginal networkABCOriginal releaseOctober 1, 2008 (2008-10-01) –April 30, 2009 (2009-04-30)Season chronology← PreviousSeason 1 Next →Season 3 List of episodes The second season of Private Practice, the spin-off series to Grey's Anat...
First edition The Timothy Files is a 1987 best selling work of fiction by Lawrence Sanders.[1] It consists of linked stories featuring Timothy Cone, who works as a hard-boiled type investigator. He is a scruffy character, rough of mouth and demeanor but pure of heart. Cone has trouble with relationships, surviving on a rough-edged on-going affair with his supervisor, and an only slightly softer relationship with his cat Cleo. The stories in the book deal with his successful attempts t...
1990 studio album by Ian GillanNaked ThunderStudio album by Ian GillanReleased16 July 1990RecordedDecember 1989 – January 1990StudioAmazon Studios, LiverpoolCrescent Woodcray Studio, Duncans, JamaicaOlympic Studios, LondonGenreHard rockLength48:53LabelEastWest[1]TeldecProducerLeif MasesIan Gillan chronology Accidentally on Purpose(with Roger Glover)(1988) Naked Thunder(1990) Toolbox(1991) Professional ratingsReview scoresSourceRatingAllMusic[2]Collector's Guide to He...
Este artículo o sección tiene referencias, pero necesita más para complementar su verificabilidad.Este aviso fue puesto el 27 de julio de 2011. Para otros usos de este término, véase Challenger. Challenger Challenger en órbita en 1983 durante la STS-7 Tipo Orbitador del transbordador espacialDesignación OV OV-099País Estados UnidosContrato 1 de enero de 1979Estado Destruido (28 de enero de 1986)Primer vuelo STS-64 al 9 de abril de 1983Último vuelo STS-51-L (destruido)28 de enero de 1...
2012 studio album by Alicia KeysGirl on FireStudio album by Alicia KeysReleasedNovember 22, 2012 (2012-11-22)Recorded2011–2012Studio Jungle City Oven (New York City) Geejam (Port Antonio) Chalice Record Plant (Los Angeles) Metropolis (London) GenreR&BLength53:08LabelRCAProducer Alicia Keys Babyface Jeff Bhasker Antonio Dixon Dr. Dre Rodney Jerkins Malay Pop & Oak Salaam Remi Jamie Smith Swizz Beatz Alicia Keys chronology The Element of Freedom(2009) Girl on Fi...
Motif in English folklore The Dun Cow is a common motif in English folklore. Dun is a dull shade of brownish grey. Dunsmore Heath The Dun Cow was said to be a savage beast roaming Dunsmore Heath, an area west of Dunchurch, near Rugby in Warwickshire, which was reputedly slain by Guy of Warwick. A large narwhal tusk is still exhibited at Warwick Castle as one of the ribs of the Dun Cow.[1] The fable held that the cow belonged to a giant, and was kept on Mitchell's Fold (middle fold), S...
Autobiography of Ulysses S. Grant The Personal Memoirs of U. S. Grant First editionAuthorUlysses S. GrantCountryUnited StatesLanguageEnglishGenreMemoirPublisherCharles L. Webster & CompanyPublication date1885 and 1886Pages584 (Vol. I) 648 (Vol. II)Dewey Decimal973.8LC Class10032706TextThe Personal Memoirs of U. S. Grant at Wikisource The Personal Memoirs of U. S. Grant are two volumes of autobiography by Ulysses S. Grant, the 18th President of the United States. The work fo...
This article is part of a series on thePolitics of KwaZulu-Natal Executive Council Premier: Nomusa Dube-Ncube Members of the Executive Council Provincial Legislature Speaker: Ntobeko Boyce Deputy Speaker: Themba Mthembu Members of the Provincial Legislature Sessions 1st 2nd 3rd 4th 5th 6th Elections 1994 1999 2004 2009 2014 2019 Political parties African Christian Democratic PartyAfrican National CongressAfrican Transformation MovementDemocratic AllianceEconomic Freedom FightersInkatha Freedo...