Lalitawistara adalah kitab Buddha dalam bahasa Sansekerta.[1] Berisi kisah hidup dan ajaran Sang Buddha Gautama (pendiri agama Buddha) sejak turunnya Sang Buddha dari surga Tusita sampai ia memberikan khotbah pertamanya di Taman Rusa dekat Benares.[1][2] Kata sutra (dalam Lalitawistara sutra) merujuk pada gagasan bahwa inkarnasi Sang Buddha adalah hal yang sengaja diberikan untuk mencerahkan umat manusia.[2] Cerita ini dimuat kembali dalam tradisi Mahayana sebagai sebuah karya dari sekolah Sarvastivada.[3] Kisah tersebut juga terukir pada dinding Candi Borobudur.[1] Dalam cerita Mahayana, bagian pendahuluan dari Lalitawistara digambarkan dengan sebuah meditasi mendalam yang dikelilingi oleh cahaya ilahi.[3] Narasi berikutnya terutama berkaitan dengan konsepsi Buddha dan kelahiran.[3]
Menjelang kelahiran Buddha
Sang Buddha hidup di istana Indra di puncak Gunung Sumeru.[2] Sang Buddha memberitahu para dewa bahwa ia telah memutuskan untuk terlahir kembali ke bumi.[2] Untuk menghormati kelahiran tersebut, beberapa dewa pergi ke bumi untuk menginformasikan brahmana.[2] Sang Buddha mengajarkan pengantar hukum kepada para dewa dan memberikan mahkotanya kepada Bodhisattva Maitreya (pengganti Sang Buddha).[2] Kemudian, Sang Buddha meminta pendapat para dewa tentang bentuk apa yang harus ia ambil untuk turun ke bumi.[2] Beberapa merekomendasikan sosok manusia, tetapi yang lain mengatakan kepadanya bahwa dalam buku-buku para brahmana Sang Buddha digambarkan sebagai gajah dengan enam gading dan bersinar terang.[2]
Referensi
^ abcIchtiar Baru Van Hoeve; Hassan Shadily. Ensiklopedia Indonesia, Jilid 7 (edisi khusus). Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve.