Taman Bumi Global UNESCO Maros-Pangkep (Lontara Indonesia: ᨈᨆ ᨅᨘᨆᨗ ᨁᨛᨒᨚᨅ ᨕᨘᨊᨙᨔᨙᨌᨚ ᨆᨑᨚ-ᨄᨃᨛ, transliterasi: Taman Bumi Global UNESCO Maros-Pangkep; Inggris: Maros-Pangkep UNESCO Global Geological Park atau Maros-Pangkep UNESCO Global Geopark) yang biasa dikenal Taman Bumi Maros-Pangkep adalah sebuah taman bumi dengan konsep manajemen pengelolaan kawasan yang menyerasikan keragaman geologi, hayati, dan budaya, melalui prinsip konservasi, edukasi, dan pembangunan yang berkelanjutan di kawasan terintegrasi Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Secara de jure, Taman Bumi Maros-Pangkep ini telah dikukuhkan melalui Sidang UNESCO pada 24 Mei 2023 di Paris, Prancis. Dengan status Taman Bumi Global UNESCO, maka Taman Bumi Global UNESCO Maros-Pangkep menjadi anggota dari Jaringan Taman Bumi Global (Global Geoparks Network).
Taman bumi ini resmi didirikan pada tahun 2015, menyandang taman bumi nasional pada tahun 2017, dan pada 4 September secara de facto telah diterima menjadi UNESCO Global Geopark (UGGp) sekaligus menjadi Taman Bumi Global UNESCO yang pertama di Pulau Sulawesi dan yang ke-7 yang dimiliki oleh Indonesia dan terkhusus Jaringan Taman Bumi Asia-Pasifik (Asia-Pacific Geoparks Network) bentukan UNESCO.
Nama "Maros-Pangkep" berasal dari dua nama kabupaten atau daerah definitif tingkat II di Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep.
Terdapat tiga versi mengenai nama Maros. Versi pertama mengatakan bahwa Maros berasal dari kata "Marusu" yang diambil dari kata "Rusung" (Bahasa Makassar) dan atau "Marusung" (Bahasa Bugis). Makna dari kedua kata itu adalah sama, yaitu suatu keadaan yang menunjukkan sistem prikehidupan yang sederhana, baik individu maupun sebagai sebuah kelompok masyarakat. Jika kata tersebut bereduplikasi, "A'rusung-rusung" atau "Ma'rusung-rusung" maka akan bermakna hal yang menunjukkan pada seseorang atau kelompok masyarakat yang mempunyai keahlian atau kelebihan dalam membawakan diri dan pribadi, baik itu menyangkut kepentingan pribadi maupun kepentingan masyarakat guna memperjuangkan sesuatu tanpa mengenal pengorbanan serta pantang mundur atau menyerah sebelum maksud dan ide-idenya tercapai. Makna ini juga menggambarkan sebagai sikap kekeluargaan dan tepaselira yang snagat tinggi dalam mempertahankan harga diri dan kehormatan keluarga. Versi kedua, Marusu berasal dari kata A'maru, Appa'maru, atau MaruE yang artinya dimadu. Versi ketiga tentang penamaan Maros adalah berasal dari kata "Ma'roso", yaitu nama seorang pemilik kedai di tengah daerah Marusu. Konon kedai ini banyak disinggahi kafilah dari dan ke Bone–Gowa dan jika mereka membuat suatu perjanjian untuk bertemu, disebut di "Maroso" sehingga lama kelamaan nama Ma'roso populer dan menjadi nama suatu daerah yang selanjutnya berubah menjadi Maros.
Asal kata Pangkajene dipercaya berasal dari sungai besar yang membelah Kota Pangkajene, ibu kota dari Kabupaten Pangkep. Pangka berarti cabang, dan Je'ne berarti air/sungai. Ini mengacu pada sungai yang membelah kota Pangkep yang membentuk cabang air.
Taman Bumi Maros-Pangkep merupakan kombinasi dari sistem darat dan perairan pantai, dibangun oleh tiga bentang alam yang utama, yaitu tower karst, kompleks Bantimala Mélange, dan Kepulauan Spermonde. Bagian daratan menampilkan lanskap tower karst yang dikenal sebagai "The Spectacular Tower Karst", sebuah lanskap dengan sistem hidrologi yang sangat lengkap, terdapat ratusan gua horizontal dan vertikal dengan karakteristik speleotem yang lengkap dan salah satu saluran bawah tanah terpanjang di Indonesia. Kawasan karstik memiliki hubungan lintas sektoral dengan batuan vulkanik Neogen yang dapat diamati. Dikembangkan oleh karbonat sintektonik terutama terdiri dari alga koral dan foraminifera sebagai representasi dari sistem ekuatorial selama Kenozoikum di Asia Tenggara, dan itu dapat berkontribusi pada pengembangan metode prediktif global untuk memahami iklim masa lampau dan memprediksi masa depan. Kawasan karstik dipengaruhi oleh tektonik kompleks Bantimala Mélange yang tersusun dari batuan metamorf kelas rendah hingga tinggi, dalam batuan sedimen laut, dan blok tektonik kerak samudra, berusia 70-135 juta tahun yang lalu. Ini berkaitan dengan tektonik Asia Tenggara dan Australia menjadi bukti penting evolusi awal Pulau Sulawesi dan telah menjadi acuan bagi sintesis dan rekonstruksi tektonik global pra-tersier. Di wilayah pesisir, terdapat paparan luas terhadap lereng karbonat Kepulauan Spermonde dengan ratusan deretan karang, tertutup oleh sedimen laut berpasir yang menunjukkan morfologi yang dapat berubah sepanjang musim oleh proses geodinamika arus samudra Arus Lintas Indonesia. Pulau-pulau karang ini, yang merupakan bagian dari segitiga terumbu karang global mewakili khatulistiwa modern karbonat dan melengkapi evolusi paleogeografi Sulawesi.
Taman Bumi Maros-Pangkep merupakan laboratorium alam yang kaya keanekaragaman geologi, hayati, dan budaya. Banyak peneliti terkenal yang telah meyisihkan waktunya untuk meneliti di kawasan taman bumi ini. Maros menjadi salah satu kawasan penting dalam sebuah rentetan petualangan Alfred Russel Wallace, seorang Naturalis asal Inggris ketika mengeksplor Kepulauan Melayu selama 1854-1862. Taman bumi ini memiliki karst yang termasuk salah satu karst kelas dunia yang memiliki keindahan, keunikan, flora dan fauna. Naturalis asal Inggris, Alfred Russel Wallace dalam bukunya The Malay Archipelago menuliskan kisahnya saat mendatangi Bantimurung, Maros pada 19-22 September 1857. Saat itu Wallace menemukan spesies kupu-kupu langka Pappilio androcles. Saat ini lebih dari 247 jenis kuku-kupu di Bantimurung telah teridentifikasi termasuk endemik dan langka.
Konsep Taman Bumi Maros-Pangkep pertama kali diinisiasi dalam forum diskusi oleh para peneliti, akademisi, alumnus Kehutanan, Geologi, Arkeologi, pecinta alam dan gua, pegiat dan aktivis lingkungan pada tahun 2015. Pada 24 November 2017, resmi berstatus taman bumi nasional dengan pemberian sertifikat dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Setelah penetapan sebagai taman bumi nasional, kemudian dibentuk Badan Pengelola Geopark Maros-Pangkep melalui Surat Keputusan (SK) dari Gubernur Sulawesi Selatan. Pada 2 Agustus 2020, Komisi Nasional Indonesia untuk United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) atau KNIU melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KNIU Kemendikbud), secara resmi mengajukan surat permohonan agar Taman Bumi Maros-Pangkep untuk bisa bergabung dengan UNESCO Global Geoparks. Dan beberapa berkas yang telah dipersiapkan sudah memenuhi syarat dan dapat dikirimkan ke Sekretariat UNESCO. Sempat tertunda selama setahun yang direncanakan pada bulan Mei 2021 karena pandemi Covid-19 di Indonesia, akhirnya pada 15-18 Juni 2022 tim asesor dari UNESCO Global Geoparks melakukan penilaian secara langsung dengan meninjau beberapa geosite di Taman Bumi Maros-Pangkep. Pada siang 4 September 2022 melalui rapat dewan UNESCO Global Geoparks di Satun, Thailand, diumumkan hasil penilaian bahwa Taman Bumi Maros-Pangkep menjadi UNESCO Global Geopark atau Taman Bumi Global UNESCO sekaligus menjadi anggota baru Asia Pacific Geoparks Network dan UNESCO Global Geoparks Network.
Terletak di semenanjung selatan Pulau Sulawesi, Taman Bumi Maros-Pangkep berada di seberang Garis Wallace pada koordinat 118°54'25.0" BT - 119°58'22,6" BT dan 4°25'21.0" LS - 5°12'41,3" LS. Terletak 30 km dari Kota Makassar (1-2,5 jam), wilayah taman bumi ini seluas 5.077,25 km² yang membentang dari daratan ke perairan laut. Dengan ketinggian 0–1300 mdpl, kawasan ini didominasi oleh gugusan karst menara. Pegunungan terletak di timur laut, dengan puncak tertingginya Gunung Bulusaraung (1.353 mdpl). Sebelah barat dan selatan didominasi oleh daerah dataran rendah dan kepulauan dengan pulau terjauh di Pulau Kapoposang (± 40 mil). Sisanya di bagian tengah hingga timur di berupa daerah perbukitan. Iklimnya dibagi menjadi 2, yaitu Tipe C2 yang relatif kering di bagian barat, dan Tipe B2 yang relatif lebih basah di timur. Di kawasan ini juga terdapat Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung di daratan dan Taman Wisata Perairan Kepulauan Kapoposang di bagian perairan laut, secara keseluruhan terdapat 1.437 jenis flora dan fauna dengan 153 spesies endemik Sulawesi dan 52 spesies langka yang dilindungi. Secara administratif, Taman Bumi Maros-Pangkep berada di Kabupaten Maros dan Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan, meliputi: 24 kecamatan dan 183 desa/kelurahan. Wilayah yang dihuni 655.236 jiwa (2019) didominasi oleh etnis Bugis dan Makassar yang mayoritas bekerja di sektor pertanian, peternakan, pariwisata, dan pertambangan. Untuk mendukung aktivitas kawasan, terdapat beberapa infrastruktur seperti Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar, Pelabuhan Maccini Baji, serta beberapa terminal bus dengan moda dan kondisi jaringan jalan yang memadai. Untuk mengunjungi pulau-pulau di kepulauan, ada perahu masyarakat non reguler yang bisa digunakan setiap saat. Adapun untuk mendukung kawasan taman bumi, tersedia beberapa fasilitas, seperti: pusat informasi, panel interpretasi, museum tematik, peralatan khusus, penerjemah/juru bahasa, dan informasi media baik media cetak maupun media digital.
Taman Bumi Nasional Maros-Pangkep mencakup keseluruhan wilayah administratif dari Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) dengan luas masing-masing:
Kawasan Karst Maros-Pangkep, terkhusus di wilayah administratif Kabupaten Maros bagian utara (Bontoa, Bantimurung, Simbang, Cenrana, dan Mallawa) dan Kabupaten Pangkep bagian selatan (Balocci, Tondong Tallasa, Pangkajene, dan Minasatene) dikenal memiliki morfologi dengan bukit-bukit menyerupai bentuk menara (tower karst), lekuk-lekuk lembah (dolina, uvala), serta gua-gua yang di bawahnya mengalir sungai bawah tanah. Memiliki pelbagai fungsi sebagai daerah tangkapan hujan, akuifer, dan sebagai daerah resapan air ke bawah permukaan. Gua-gua di kawasan ini berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi objek wisata massal, ada gua yang hanya berpotensi untuk pemanfaatan akademik, ada gua yang berpotensi untuk wisata minat khusus, bahkan ada gua yang berpotensi untuk wisata religi.
Berikut ini adalah daftar gua yang terdapat di Taman Bumi Maros-Pangkep:
Kawasan Taman Bumi Maros-Pangkep memiliki wilayah topografi yang begitu berbeda-beda, daerah bergunung-gunung tersebar luas. Masyarakat lokal di Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep menyebut gunung dengan sebutan bulu' . Berikut adalah daftar gunung yang ada di Kawasan Taman Bumi Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan secara urutan alfabetis:
Daftar pulau ini berada di gugusan pulau-pulau di Kepulauan Spermonde. Sebagian besar pulau di Kepulauan Spermonde masuk di wilayah Taman Bumi Maros-Pangkep, yaitu sebanyak 115 pulau kecil, dan yang sudah berpenghuni 72 pulau, dan 43 pulau yang belum berpenghuni. Sebagian kecilnya berada di wilayah administratif Kota Makassar (12 pulau kecil) dan Kabupaten Takalar. Berikut ini adalah daftar pulau yang berada wilayah Taman Bumi Maros-Pangkep.
Daftar pulau:
Keadaan hidrologi Taman Bumi Maros-Pangkep dibedakan air permukaan (sungai, rawa dan sebagainya) dan air yang bersumber dibawah permukaan (air tanah). Air di bawah permukaan yang merupakan air tanah merupakan sumber air bersih untuk kehidupan sehari-hari masyarakat. Sumber air permukaan di wilayah Taman Bumi Maros-Pangkep bersumber dari beberapa sungai yang tersebar di beberapa kecamatan, yang pemanfaatannya untuk kebutuhan rumah tangga dan kegiatan pertanian. Berikut ini adalah daftar sungai yang ada di wilayah Taman Bumi Maros-Pangkep:
^1 Data Versi Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014 ^2 Data Versi Dinas Kehutanan, Dinas PU/SDA Kabupaten Maros, Dinas PSDA Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013 ^3 Data Versi Penelitian Nasiah Badwi, dkk Tahun 2020 ^4 Data Versi Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001 ^5 Data Versi Penelitian Ririn Ambarwati, dkk Tahun 2018
[18][19][20][21][10]
Geopark Maros-Pangkep salah satu yang diusulkan oleh Pemerintah RI untuk menjadi UNESCO Global Geopark (UGGp). Sebelumnya, terdapat 15 taman bumi berstatus nasional yang dinilai untuk diajukan menjadi UNESCO Global Geopark, dan hanya dua yang lolos sesuai kuota, yaitu Geopark Maros-Pangkep dan Geopark Ijen. Gubernur Sulawesi Selatan melalui Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) memberikan dukungan penuh dengan rencana pengajuan Geopark Maros-Pangkep menjadi UNESCO Global Geopark tahun 2021, melalui revisi RPJMD dengan memasukan poin-poin kebijakan yang mendukung tercapainya hal tersebut. Selain itu dengan mendorong program kolaborasi yang akan dipimpin oleh Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan. Isu yang akan diangkat dan diusulkan kepada UNESCO adalah Indonesian Island Geopark, dengan menetapkan 30 geosite prioritas. Delineasi kawasan Taman Bumi Nasional Maros-Pangkep meliputi 2 kabupaten (Maros dan Pangkep), dengan wilayah darat seluas 2.243 km² dan kawasan laut dengan luas 2.815 km². Tercakup dalam 7 jalur Geotrail dan 30 Geosite.[17]
Tahapan pengajuan ke UNESCO meliputi Apiring Geopark, Verifikasi & Evaluasi, Sidang Council dan Sidang Eksekutif. Pada Delineasi Geopark Maros-Pangkep akan ditekankan untuk menampakkan peta Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung dan Taman Wisata Perairan Kepulauan Kapoposang. Badan Pengelola Geopark Maros-Pangkep mengharapkan kebutuhan data dari BKKPN Kupang diantaranya Daftar dan Peta sebaran kawasan konservasi perairan di Sulawesi Selatan, Daftar keanekaragaman hayati di Provinsi Sulawesi Selatan, Laporan Kegiatan terkait konservasi, pendidikan/penelitian dan pemberdayaan masyarakat di kawasan konservasi TWP Kepulauan Kapoposang, Data kunjungan dan profil pengunjung di kawasan konservasi TWP Kepulauan Kapoposang.[17]
Pada 4 September 2022, pengajuan usulan Taman Bumi Nasional Maros-Pangkep telah diterima menjadi Taman Bumi Global UNESCO dalam rapat dewan UNESCO Global Geoparks di Satun, Provinsi Satun, Thailand. Meskipun sudah dinyatakan diterima, namun untuk penetapan resmi akan dilaksanakan melalui Sidang UNESCO pada Maret 2023 di Paris, Perancis. Sementara pihak pengelola Taman Bumi Nasional Maros-Pangkep akan duduk bersama untuk menetapkan langkah-langkah selanjutnya. Pasalnya masih ada 9 rekomendasi dari tim asesor yang harus ditindaklanjuti, seperti banyaknya penggunaan bahan-bahan dari plastik dan keterlibatan masyarakat sekitar dalam menjaga ekologi. Apabila itu tidak terpenuhi atau tidak dijaga dan tidak memenuhi standar kualifikasi maka pengakuan ini bisa saja dicabut oleh UNESCO. Dengan status masuknya Taman Bumi Nasional Maros-Pangkep dalam UNESCO Global Geopark maka kawasan Taman Bumi Nasional Maros-Pangkep telah menjadi tujuan wisata dunia dan akan mendapatkan perhatian yang lebih besar, baik sektor pariwisatanya maupun upaya pemberdayaan masyarakatnya.[22] Sebelumnya tim asesor dari UNESCO Global Geoparks yang terdiri atas 2 orang, yakni Martina Pásková dari Ceko dan Jakob Walløe Hansen dari Denmark mengunjungi Indonesia untuk meninjau dan menilai langsung 2 geopark yang telah diusulkan sebelumnya, yakni Geopark Kawah Ijen pada 9-12 Juni 2022 dan Geopark Maros-Pangkep pada 15-18 Juni 2022. Di Taman Bumi Nasional Maros-Pangkep, mereka telah mengunjungi dan meninjau beberapa geosite. Kunjungan asesor tersebut untuk mendapatkan penilaian rekomendasi UNESCO Global Geoparks.[23]
Pusat Informasi Geologi (PIG) Geopark Maros-Pangkep diprakarsai dan dibangun oleh Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Hal itu sejalan dengan permintaan Badan Pengelola Geopark Maros-Pangkep, Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulsel, Pemkab Maros dan Pemkab Pangkep. Bangunan PIG Geopark Maros-Pangkep ini dibangun pada tahun 2020 menggunakan anggaran APBN hampir sebesar Rp 3,5 miliar dan sebelumnya merupakan Museum Karst dan Budaya. Pusat Informasi Geologi (PIG) Geopark Maros-Pangkep merupakan destinasi wisata edukasi yang terletak di Jl. Andi Mappe Km. 54 Kawasan Rujab Bupati Pangkep, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Jam operasional mulai pukul 08.00 WITA–15.00 WITA. Pusat Informasi Geologi (PIG) Geopark Maros-Pangkep terbagi atas 4 zona, yaitu zona 1 sejarah geologi Pulau Sulawesi, zona 2 mitigasi bencana, sumber daya alam terbarukan dan terbatas, zona 3 sejarah kehidupan, zona 4 geopark. Di PIG ini terdapat ruang audio visual dan dokumenter. PIG ini dapat memberikan edukasi kegeologian baik bagi masyarakat umum maupun wisatawan akan kekayaan geologi di Kawasan Maros-Pangkep. Dengan adanya 31 geosite yang ada di kawasan Geopark Maros-Pangkep. Setelah tahu, diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk melestarikan kekayaan keragaman geologi yang yang ada. PIG Geopark Maros-Pangkep berisi proses pembentukan bumi khususnya kawasan Geopark Maros-Pangkep, lalu potensi Sumberdaya Alam, Geologi yang bernilai internasional. Kemudian nilai kekayaan Arkeologi, tinggalan budaya dan masa prasejarah, kekayaan flora dan fauna. Semua informasi tersaji secara sistematis dalam media panel informasi dan digital yang ada di Pusat Informasi Geologi, Geopark Maros-Pangkep. PIG ini ditujukan untuk tempat bagi wisatawan dan masyarakat umum untuk memperoleh informasi mengenai keberagaman geologi, dinamika bumi, sejarah kehidupan, potensi bencana serta potensi sumber daya geologi dan pemanfaatannya. Keberadaannya di Indonesia, PIG Geopark Maros Pangkep menjadi yang kelima dibangun Badan Geologi Indonesia. Sebelumnya telah membangun PIG Geopark Kaldera Toba di Sumatera Utara, PIG Geopark Pegunungan Sewu di Daerah Istimewa Yogyakarta, PIG Geopark Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat, PIG Geopark Belitong di Kepulauan Bangka Belitung.[24]
Artikel bertopik wisata ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.
Artikel bertopik geografi ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.