Kata "Banten" muncul jauh sebelum berdirinya Kesultanan Banten. Kata ini digunakan untuk menamai sebuah sungai dan daerah sekelilingnya, yaitu Cibanten atau sungai Banten. Rujukan tertulis pertama mengenai Banten dapat ditemukan pada naskah berbahasa Sunda KunoBujangga Manik yang menyebutkan nama-nama tempat di Banten dan sekitarnya sebagai berikut:
Tanggeran Labuhan Ratu. Ti kalér alas Panyawung, Tanggeran na alas Banten.
Itu ta na gunung (.. .)ler, Tanggeran alas Pamekser, Nu awas ka Tanjak Barat. Itu ta pulo Sanghiang, Heuleut-heuleut nusa Lampung,
Ti timur pulo Tampurung, Ti barat pulo Rakata, Gunung di tengah sagara. Itu ta gunung Jereding, Tanggeran na alas Mirah,
Ti barat na lengkong Gowong. Itu ta gunung Sudara, Na gunung Guha Bantayan, Tanggeran na Hujung Kulan, Ti barat bukit Cawiri.
Itu ta na gunung Raksa, Gunung Sri Mahapawitra, Tanggeran na Panahitan,
Dataran lebih tinggi yang dilalui sungai ini disebut Cibanten Girang atau disingkat Banten Girang ("Banten atas"). Berdasarkan riset yang dilakukan di Banten Girang pada tahun 1988 dalam program Franco-Indonesian excavations, di daerah ini telah ada pemukiman sajak abad ke 11 sampai 12 (saat kerajaan Sunda). Berdasarkan riset ini juga diketahui bahwa daerah ini berkembang pesat pada abad ke-16 saat Islam masuk pertama kali di wilayah ini.
Perkembangan pemukiman ini kemudian meluas atau bergeser ke arah Serang dan ke arah pantai. Pada daerah pantai inilah kemudian didirikan Kesultanan Banten oleh Sunan Gunung Jati.
Asal usul
Asal usul suku Banten erat kaitannya dengan sejarah berdirinya Kesultanan Banten, Suku Banten bersama Urang Kanekes (Badui) pada dasarnya adalah sub-etnik dari Suku Sunda yang mendiami bekas wilayah Kesultanan Banten (wilayah Karesidenan Banten setelah Kesultanan Banten dihapuskan dan dianeksasi oleh pemerintah Hindia Belanda). Hanya saja setelah dibentuknya Provinsi Banten, kemudian sebagian orang (terutama orang luar negeri) menerjemahkan Bantenese sebagai kesatuan etnik dengan budaya dan bahasa tersendiri, Budaya dan Bahasa Sunda Banten.[6]
Kebudayaan
Tanah Banten kaya akan adat dan budaya, salah satu yang dominan adalah adat dan budaya suku Banten yang menjadi mayoritas di Provinsi Banten.
Kekhasan budaya masyarakat Banten antara lain seni bela diri Pencak Silat, Debus, Rudad, Umbruk, Tari Saman (Dzikir Saman), Tari Topeng,[8] Dog-dog, Angklung Gubrag, Rampak Bedug, Tari Walijamaliha,[9] Tari Silat Pandeglang,[10][11] Palingtung, Lojor, Beluk, dan lainnya.[12][13]
Di samping itu juga terdapat peninggalan warisan leluhur, antara lain Masjid Agung Banten, Makam Keramat Panjang,[14] dan masih banyak peninggalan lainnya.
Kuliner khas Banten diantaranya adalah Sate Bandeng, Rabeg Banten, Pecak Bandeng, Pasung Beureum, Ketan Bintul, Nasi Belut, Kue Cucur, Angeun Lada, Balok Menes, Sate Bebek Cibeber, Emping Menes,[12][13] dan lainnya.[15][16][17]
Agama
Secara umum, mereka yang mengaku sebagai etnis Banten merupakan pemeluk agama Islam yang tidak bisa lepas dari budaya keislaman yang sangat kental, hal tersebut erat kaitannya dengan sejarah Banten sebagai salah satu Kerajaan Islam terbesar di pulau Jawa. Selain itu kesenian-kesenian di Wilayah Banten juga menggambarkan aktivitas keislaman masyarakatnya, seperti kesenian Rampak Bedug dari Pandeglang.[11] Meskipun begitu, provinsiBanten merupakan masyarakat multietnis yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan agama,[5] pemeluk agama lain dari suku-suku lainnya dapat hidup berdampingan secara damai di wilayah ini, seperti masyarakat Tionghoa Benteng di Tangerang, dan Masyarakat adat Badui (Sunda Wiwitan) di wilayah Kanekes, Leuwidamar, Lebak.
Batik Banten
Corak dan motif Batik Banten adalah iluminasi dari ragam hias yang telah dikaji Pemerintah provinsiBanten dalam rangka menemukan kembali ornamen motif pada bangunan rumah adat di Banten, Ragam hias ini hasil ekskavasi yang direkontruksi oleh Arkeologi Nasional dan Fakultas Sastra Universitas Indonesia sejak tahun 1976. Ragam hias tersebut telah menjadi keputusan Gubernur Banten Tahun 2003.
Sejak dipatenkan tahun 2003, Batik Banten telah mengalami proses panjang hingga akhirnya diakui di seluruh dunia. Batik Banten dipatenkan setelah ada kajian di Malaysia dan Singapura yang diikuti 62 negara dan mendapatkan predikat terbaik sedunia. Bahkan Batik Banten menjadi batik pertama yang punya hak paten di UNESCO.
BatikBanten memiliki identitas tell story (motifnya bercerita) dan kekhasan tersendiri ketimbang batik lain. Beberapa motifnya diadopsi dari benda-benda sejarah (artefak). Di setiap motif terdapat warna abu-abu yang konon menjadi cermin masyarakat Banten. Semua batiknya mengandung muatan filosofi.[18]
Nama-nama motif Batik Banten diambil dari nama toponim desa-desa kuno, nama gelar bangsawan/sultan dan nama tataruang istana kerajaan Banten. Pada corakpun identik dengan cerita sejarah yang mengandung filosofi (penuh arti) pada motifnya dengan bermakna intelektual bagi pemakai bahan dan busana Batik Banten.[19]
Lihat pula: Pribumi-Nusantara *Catatan: Kalimantan dan Papua di sini hanya yang termasuk dalam teritori Indonesia.
Baca informasi lainnya yang berhubungan dengan : Suku Banten
Suku Suku Bajau Suku Baloch Suku Dayak Meratus Suku Korowai Suku (Hanacaraka) Suku Musi Suku Lio Suku-suku Arab Suku Dayak Bakumpai Suku-suku Magyar Daftar suku Minangkabau Suku Malayu Suku Kutai Suku Damal Suku terpencil Suku Paser Suku Koto Suku Ayamaru Suku Dayak Kayan Suku Dan Suku Dayak Halong Suku Hui Suku Dani Suku Bukat Persaudaraan Suku Banjar dengan Suku Dayak Suku Moile Suku Dayak Penihing Suku Yali Suku Ma'ya Suku Bare'e Suku Bauzi Suku Maybrat Suku Kamoro Suku Dayak Kenyah Suku Isakhar Suku Naftali Suku Awyu Suku Singkil Suku Sekak Suku Kutianyie Suku Jambak Suku Mbaham-Matta Suku…
-suku Nuba Suku Burusu Suku Biak Suku Batavi Suku Dohoi Suku Souk Suku Panai Suku Akik Suku Dayak Suku Lani Suku Pontianak Suku Bunak Suku Agabag Suku Keluwat Suku Singkuang Suku Tetun Suku Dayak Bidayuh Suku Sipisang Suku Kurzeme Suku Dayak Seberuang Suku Krio Suku Balik Suku Alemanni Suku Bali Suku Jarai Suku Kais Suku Manasye Suku bangsa di Sumatera Utara Suku Ruben Suku Caniago Suku Gorontalo Suku Chakma Suku Kaur Suku Mandailiang Suku Jair Suku Simeon Suku Aifat Suku Efraim Suku Zebulon Suku Dayak Bahau Suku Simeulue Suku Banggai Suku Dayak Ngaju Suku Asmat Suku Hatam Suku Bendang Suku Dayak Kadazan Suku Saluan Suku Baburua Suku Asyer Suku Osing Suku Suluk Suku Mek Suku Mugut Daftar suku bangsa di Papua Daftar suku bangsa di Malaysia Suku Gad Suku Rugier Suku Tomini Suku Gun Suku Kerambai Suku Bungku Suku Amungme Suku Sisakng Suku Lembak Suku Alan Suku Basemah Suku Rote Suku Dayak Bawo Suku Panyalai Suku Tumi Suku Moor Suku Jambi Suku Lapith Suku Yusuf Suku Dayak Tunjung Suku Benyamin Suku-suku Tai Suku Kombai Suku Quraisy Suku Motu Suku Kedayan Suku Karelia Suku Lewi Suku Duri Suku Atayal Suku Kemak Suku bangsa di Bengkulu Suku Miao Suku Limbai Suku Komering Suku Manchu Suku