Gusti Mat Sěman bergelar Pangeran Muhammad Seman atau Sultan Muhammad Seman (bin almarhum Pangeran Antasari) adalah Sultan Banjar (Raja Kerajaan Kastapura) dalam pemerintahan antara tahun 1862—1905.[3] Dalam surat nasihat tanggal 11 Oktober1903 dari Snouck Hurgronje kepada Gubernur Jenderal Willem Rooseboom menyebut Sultan Muhammad Seman sebagai Calon Raja.[4][5][6][7][8][9]
Pada 3 Maret 1862 Pangeran Hidayatullah II diasingkan ke pulau Jawa, maka sebelas hari setelah itu pada tanggal 14 Maret 1862, Pangeran Antasari yang sudah hijrah menuju perhuluan Sungai Barito, dinobatkan sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar, dengan menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin, di hadapan para kepala suku Dayak dan adipati (gubernur) penguasa wilayah Dusun Atas, Kapuas, dan Kahayan yaitu Tumenggung Surapati atau Tumenggung Yang Pati Jaya Raja.[10]Tujuh bulan setelah penobatannya, Pangeran Antasari wafat pada tanggal 11 Oktober1862, karena sakit cacar air.
Kurang lebih sebulan setelah wafatnya Pangeran Antasari, maka pada tanggal 8 November 1862, Sultan Muhammad Seman membentuk kerajaan dengan ibu kota Muara Teweh. Belanda juga pernah menjadikan Muara Teweh sebagai benteng pertahanan. Bekas bangunannya masih bisa terlihat hingga sekarang ini, yakni di markas Polres Batara, eks Kantor Satpol PP, dan Lapas Muara Teweh.[11](versi lain 1875-1905). Nama lahirnya Gusti Matseman.dilahirkan 1836 [12]
Ia adalah putra dari Pangeran Antasari yang disebut Pagustian (Kesultanan Banjar yang Baru) sebagai penerus Kesultanan Banjar yang telah dihapuskan Belanda. Di zaman Sultan Muhammad Seman, pemerintahan Banjar berada di Muara Teweh, di hulu sungai Barito. Sultan Muhammad Seman merupakan anak dari Pangeran Antasari dengan Nyai Fatimah. Nyai Fatimah adalah saudara perempuan dari Tumenggung Surapati, panglima Dayak (Siang) dalam Perang Barito. Sultan Muhammad Seman merupakan Sultan Banjar yang berdarah Dayak dari pihak ibunya.
Gusti Matseman pada bagian akhir bulan Agustus 1883 beroperasi di daerah Dusun Hulu. Ia dengan pasukannya kemudian bergerak ke Telok Mayang dan berkali-kali mengadakan serangan terhadap pos Belanda di Muara Teweh. Sementara itu, Pangeran Perbatasari, keponakan dan menantu Gusti Matseman, mengadakan perlawanan terhadap Belanda di Pahu, daerah Kutai. Kekalahan yang di deritanya menyebabkan ia tertangkap pada tahun 1885.[13]
Pada tahun 1888, Sultan Muhammad Seman mendirikan sebuah masjid di Baras Kuning yang sedianya akan menjadi tempat gerakan Beratib Beramal.[14] Sultan Muhammad Seman meneruskan perjuangan mengusir penjajah Belanda dari tanah Banjar. Sultan beserta pejuang lainnya seperti Tumenggung Surapati, Panglima Batur, Panglima Bukhari, dan beberapa pejuang lainnya terus menggempur pertahanan Belanda di daerah Muara Teweh, Buntok, Tanjung, Balangan, Amuntai, Kandangan, dan di sepanjang sungai Barito. Pada pertempuran di Benteng Baras Kuning, Sultan Muhammad Seman gugur sebagai syuhada, setelah mempertahankan benteng dari serbuan Belanda. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 24 Januari 1905.[butuh rujukan] Demikian pula perlawanan Tumenggung Gamar di Lok Tunggul tidak berhasil sehingga ia dengan pasukannya terpaksa mengundurkan diri ke Tanah Bambu. Di tempat ini pertempuran terjadi lagi.[butuh rujukan]
Tumenggung Gamar gugur dalam salah satu pertempuran tahun 1886. Gusti Matseman masih terus mengadakan perlawanan di daerah Khayalan Hulu.
Gusti Matseman berusaha untuk mendirikan benteng di daerah hilir Sungai Taweh. Usaha ini membuat Belanda kemudian memperkuat posnya di Khayalan dengan menambah pasukan baru, dan mendirikan lagi pos darurat di Tuyun. Dalam bulan Desmber 1886, pasukan Gusti Matseman berusaha memutuskan hubungan antara kedua pos Belanda tersebaut. Sementara itu, benteng pejuang di Taweh makin diperkuat dengan datangnya pasukan bantuan dan tbahan makanan yang di angkut melalui hutan. Namun, di lain pihak pos Matseman ini terancam bahaya. Di sebelah utara dan selatan benteng muncul kubu-kubu baru Belanda yang berusaha menghalang-halangi masuknya bahan makanan ke dalam benteng. Keadaan di sekitar benteng Matseman semakin kritis. Pada suatu ketika bneteng di serang pasukan Belanda. Dalam pertempuran itu pasukan Gusti Matseman terdesak sehingga terpaksa meloloskan diri dan benteng jatuh ke tangan Belanda yang kemudian di bakar. Gusti Matseman masih terus melakukan perlawanan walaupun teman-teman seperjuangannya, yaitu Gusti Acil, Gusti Arsat, dan Antung Durrakhman menyerah pada pemerintah Belanda. Perlawanannya baru berhenti setelah ia gugur tahun 1905.[15][16]
Sultan Muhammad Seman sangat dekat kekerabatan dengan Suku Dayak Murung. Ini karena ibu dia, Nyai Fatimah, berasal dari suku Dayak Murung, yang tidak lain adalah saudara dari Tumenggung Surapati. Muhammad Seman juga mengawini dua puteri Dayak dari Suku Dayak Ot Danum. Puteranya, Gusti Berakit, ketika tahun 1906 juga mengawini putri kepala suku Dayak yang tinggal di tepi sungai Tabalong. Sebagai wujud toleransi yang tinggi, ketika mertuanya meninggal, Sultan Muhammad Seman memprakarsai diselenggarakannya upacara Tiwah, yaitu upacara kematian secara agama Kaharingan, agama asli Suku Dayak.
Kematian
Dengan gugurnya Sultan Muhammad Seman, maka pejuang-pejuan dalam Perang Banjar semakin berkurang dab melemah. Sehingga sejarah mencatat bahwa Perang Banjar berakhir ketika gugurnya Sultan Muhammad Seman. Sepeninggal Sultan Muhammad Seman, perjuangan dilanjutkan oleh putri dan menantu dia, yaitu Ratu Zaleha dan Gusti Muhammad Arsyad, beserta sisa-sisa pasukan yang masih setia dengan perjuangan rakyat Banjar.[butuh rujukan]
Pangeran Muhammad Seman merupakan anak Pangeran Antasari. Pangeran Antasari dan anak-anaknya termasuk dalam kelompok orang-orang yang tidak mendapat pengampunan dari pemerintah Kolonial Hindia Belanda:[17]
PUTRI SULTAN BANJAR ♀ Gusti Khadijah, Ratu Mas'ud binti Sultan Sulaiman
♂ Pangeran Mas'ud bin Pangeran Amir, Sultan Amir)
Nyai Fatimah binti Ngabehi Lada
SULTAN BANJAR Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin Gusti Inu Kartapati ♂ Pangeran Antasari
♀ Ratoe Sultan Abdul Rahman (Ratoe Salmiyah) Ratoe Salmah
SULTAN BANJAR ♂ Sultan Muhammad Seman 1862-1875
♀ Putri Selamah
Bagan Silsilah Sultan Muhammad Seman
Sultan Muhammad Seman merupakan generasi ke-14 jika dihitung dari Sultan Suriansyah sebagai generasi pertama. Di bawah ini adalah silsilah Sultan Muhammad Seman (Gusti Mat Sěman).[21][22]
SULTAN BANJAR VIII.a. ♂ Sultan Tahmidulah
MANGKUBUMI BANJAR ♂ Pangéran Dipatty Soeria di Laga Pangeran Mangkubumi Souria Delaga (Pangeran Sepuh)
SULTAN BANJAR IX.a. ♂ Sultan Hamidillah
♂ Datu Arya
SULTAN BANJAR IX.b. (m. 1734-1759) ♂ Sultan Tamjidillah I (wafat 1767)
^(Inggris) Merle Calvin Ricklefs, Islam in the Indonesian social context, Centre of Southeast Asian Studies, Monash University, 1991, ISBN 0-7326-0252-1, 9780732602529
^(Indonesia) Basuni, Ahmad (1986). Pangeran Antasari: pahlawan kemerdekaan nasional dari Kalimantan. Bina Ilmu.
Baca informasi lainnya yang berhubungan dengan : Muhammad Seman
Muhammad Muhammad di Makkah Abdullah bin Muhammad Suksesi Muhammad Muhammad (disambiguasi) Kematian Muhammad Muhammad setelah Pembebasan Mekkah Elijah Muhammad Muhammad dan Alkitab Muhammad Taib Penggambaran Muhammad Khotbah Perpisahan Muhammad Muhammad Seman Mukjizat Muhammad Tynetta Muhammad Istri-istri Muhammad Muhammad Yusuf Maulana Muhammad Shafiuddin dari Banten Aji Muhammad Idris Muhammad Adnan Muhammad Amrullah Muhammad Ilyas (ulama) Qasim bin Muhammad Ishmael Muhammad Muhammad Abduh Muhammad Ali dari Mesir Ibrahim bin Muhammad Kesejarahan Muhammad Maulana Muhammad dari Banten Muhammad…
dalam Al-Qur'an Muhammad dari Banjar Muhammad Khadafi Abu Abdullah Muhammad Muhammad Rizky Perjalanan Muhammad ke Ta'if Muhammad Azhari Muhammad Dalil bin Muhammad Fatawi Muhammad Kabungsuwan Muhammad bin Muhammad Dhiya'i Muhammad Kudarat Muhammad III dari Granada Muhammad Ridhuan Muhammad Saleh Al-Minankabawi Surat Jaminan Muhammad Karier diplomatik Muhammad Muhammad Kaharuddin IV Muhammad XII dari Granada Muhammad Baghowi Muhammad Zakariya al-Kandhlawi Muhammad Shahib Mirbath Muhammad II dari Granada Surah Muhammad Muhammad Djamil Djambek Muhammad bin Abdul Wahhab Alauddin Muhammad II Muhammad Iqbal (sepak bola) Muhammad VI dari Maroko Ali Nashir Muhammad Muhammad di Madinah Muhammad dari Negeri Sembilan Muhammad Nazif Aji Muhammad Alimuddin Muhammad Bachtiar Muhammad Nabiku Muhammad bin Ali al-Abbasi Andi Muhammad (herbalis) Arief Muhammad Aji Muhammad Sulaiman Muhammad bin Saud Muhammad Dwiky Riza Muhammad Afif al-Banjari Muhammad Adhiyat Muhammad bin Abu Bakar Komik Muhammad Muhammad: The Final Legacy Muhammad Mawardi Muhammad Syafi'i Aji Muhammad Salehuddin II Muhammad V dari Kelantan Panembahan Muda Muhammad Said Muhammad Mangundiprojo Muhammad Ridwan (disambiguasi) Muhamma