Pandemi COVID-19 pertama kali dikonfirmasi di Amerika Selatan pada tanggal 26 Februari 2020 di São Paulo[2] dan setelah sebulan, telah menyebar ke seluruh wilayah dan negara di Amerika Selatan.[3] Pada tanggal 22 Mei, Michael J. Ryan, direktur eksekutif organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa episenter dari peningkatan penyakit COVID-19 berpindah dari Cina ke Amerika Selatan bila melihat peningkatan yang pesat kasus yang terjadi disana, terutama di Brasil.[4]
Jumlah kasus di wilayah ini mencapai 636.000 orang dengan lebih dari 31.000 kematian. Negara Brasil mencatat setengah dari kasus merupakan berasal dari negaranya yang berjumlah 363.000 kasus pada tanggal 25 Mei 2020. Para peneliti percaya jumlah ini lebih kecil daripada kasus sebenarnya yang juga disebabkan karena Presiden Brasil, Jair Bolsonaro tidak melakukan langkah agresif untuk menghentikan penyebaran.[5]
Pada 6 Maret 2021, Amerika Selatan telah mencatat 18.434.928 kasus dengan 477.985 kematian.[1]
Artikel ini mendokumentasikan suatu pandemi terkini. Informasi mengenai hal itu dapat berubah dengan cepat jika informasi lebih lanjut tersedia; laporan berita dan sumber-sumber primer lainnya mungkin tidak bisa diandalkan. Pembaruan terakhir untuk artikel ini mungkin tidak mencerminkan informasi terkini mengenai pandemi ini untuk semua bidang.
Pandemi COVID-19 di Argentina merupakan bagian dari pandemi yang disebabkan oleh virus Koronavirus sindrom pernapasan akut berat 2 (SARS-CoV-2). Pandemi COVID-19 dikonfirmasi menyebar ke Argentina pada 3 Maret 2020[20][21][22][23] Pada tanggal 15 Maret 2021, jumlah kasus telah mencapai 2.201.886 orang yang telak dikonfirmasi dengan korban jiwa sebanyak 53.836 orang.[24] Pada tanggal 7 Maret 2020, Kementerian Kesehatan mengonfirmasi kematian pertama yang merupakan seorang lansia berusia 64 tahun yang telah melakukan perjalanan ke Paris dan juga memiliki gejala penyakit lainnya, Dia baru dikonfirmasi positif setelah dia meninggal. Kasus tersebut juga menandai kematian terdokumentasi pertama dari virus tersebut di Amerika Latin.[25]
Pada 19 Maret, Argentina mengumumkan karantina wilayah nasional.[26][27] Pemerintah Argentina mengumumkan perpanjangan karantina wilayah yang awalnya direncanakan berakhir pada 31 Maret sampai pertengahan April,[28] lalu berlanjut hingga 26 April.[29] Akhirnya pada tanggal 25 April, Presiden Alberto Fernández mengumumkan karantina wilayah akan berlanjut di kota-kota besar hingga 10 Mei.[30] Karantina wilayah dihentikan di seluruh negeri, kecuali wilayah perkotaan di Buenos Aires Besar (31.9% penduduk tinggal)[31] pada tanggal 10 Mei. Buenos Aires Besar berhenti mengkarantina wilayahnya hingga 24 Mei[32] yang diperpanjang hingga 7 Juni,[33] lalu diperpanjang kembali sampai tanggal 28 Juni setelah lompatan tinggi jumlah kasus baru di wilayah ini.[34] Pada tanggal 26 Juni Fernández mengumumkan bahwa pembatasan pergerakan di wilayah ini yang sebelumnya dilonggarkan dikencangkan kembali hingga 17 Juli karena lonjakan kasus pada hari sebelumnya.[35] Akhirnya, pada 17 Juli, karantina wilayah berangsur dilonggarkan dalam beberapa tahap untuk kembali normal, meskipun pembatasan beberapa kali diperpanjang sampai 8 November 2020.[36]
Respons terhadap wabah ini meliputi pembatasan perdagangan dan pergerakan, penutupan batasan dan penutupan sekolah dan intitusi pendidikan.[37] Klaster infeksi dan kematian telah terjadi di rumah perawatan, penjara dan tempat tahanan lainnya dan area perkotaan.[38][39] Jumlah uji meningkat seiiring waktu, meskipun ada kekhawatiran bahwa jumlah ini kurang dari negara lain di wilayah Amerika Selatan, seperti Chili dan Peru.[40][41] Walaupun begitu, respons pemerintah terhadap pandemik menjadi salah satu negara yang dianggap terbaik oleh wilayah tersebut dalam penanganan awal pandemi.[42]
Pada 12 Maret, Bolivia menangguhkan seluruh kegiatan sekolah umum sampai 31 Maret, serta seluruh penerbangan komersial dari dan ke Eropa. Negara tersebut juga melarang pertemuan publik berskala besar berjumlah lebih dari 1.000 orang.[45]
Pandemi COVID-19 di Brasil merupakan bagian dari pandemi COVID-19 yang disebakan oleh penyakit koronavirus 2019 (COVID-19) dikonfirmasikan menyebar ke Brasil pada 25 Februari 2020, usai seorang pria berusia 61 tahun asal São Paulo yang pulang dari Lombardia, Italia dinyatakan positif terjangkit.[46] Penyakit ini menyebar di seluruh negeri di Brasil pada tanggal 21 Maret 2020. Pada tanggal 19 Juni 2020, negara ini melaporkan satu juta kasus dengan jumlah korban jiwa 48.954 orang.[47] Pada bulan Maret 2021 dengan 10.5 kasus konfirmasi dengan 257.361 kematian dan menjadi negara peringkat kedua dengan jumlah kasus dan kematian nomor dua di dunia setelah Amerika Serikat.[48]
Pandemi telah memicu beragam respons dari pemerintah federal, negara dan lokal yang berdampak pada politik, pendidikan dan lingkungan[49] serta ekonomi. Pada tanggal 27 Maret 2020, Brasil mengumumkan pelarangan perjalanan udara ke luar negeri sementara[50] dan mayoritas gubernur daerah menerapkan karantina untuk mencegah penyebaran virus.[51]
Pandemi Covid-19 terkonfirmasi mencapai Chili pada Maret 2020.[52] Kasus-kasus awal diimpor dari Asia Tenggara dan Eropa dan melampaui seribu kasus terkonfirmasi pada 25 Maret 2020.
^Gonzalez, Elizabeth; Chase, Harrison; Katie, Hopkins; Luisa, Horwitz; Nagovitch, Paola; Sonnel, Holly K.; Zissis, Carin (10 Februari 2021). "The Coronavirus in Latin America". AS/COA (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 6 Maret 2021.
^Polo, Noemi; Mullen, Lucia (9 April 2020). "COVID-19 in South America". Outbreak Observatory (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 6 Maret 2020.
^"Painel Coronavírus" (dalam bahasa Portugis). Kementerian Kesehatan (Brasil). Diakses tanggal 6 Maret 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Reporte Diario Vespertino"(PDF). Argentina.gob.ar (dalam bahasa Spanyol). Ministerio de Salud Argentina. 15 Maret 2021. Diakses tanggal 16 Maret 2021.