Kabupaten Ende adalah sebuah kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Kabupaten ini tepat berada di bagian tengah Pulau Flores. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Ende.[3][7] Kabupaten ini memiliki banyak objek wisata, yaitu wisata alam seperti Kelimutu, wisata budaya, dan wisata sejarah.[8] Pada akhir tahun 2023, jumlah penduduk kabupaten Ende sebanyak 280.328 jiwa.[4][3]
Kabupaten ini juga dikenal sebagai lokasi pengasingan tokoh proklamator Soekarno pada masa kolonial Hindia Belanda di tahun 1934–1938.[9]
Sejarah
Cerita asal mula berdirinya Nua Ende meningkat menjadi Kota Ende hanya samar-samar saja. Dongeng-dongeng yang mengarah kesana tidak sama benar. Fragmen sejarah tidak memberi kejelasan. Karena itu tidak mudah memberikan jawaban atas pertanyaan oleh siapa dan kapan Nua Ende dimulakan. Mitos yang samar-samar perlu diteliti bersampingan dengan fragmen sejarah, agar dua sumber ini bantu membantu dalam usaha mencarikan jawaban yang baik.
Mitos didirikan Nua Ende adalah unsur pra sejarah yang dapat dijadikan sumber penelitian. Dongeng-dongeng yang diteliti ini adalah kutipan dari karangan S.Roos “Iets Over Ende“ dan karangan Van Suchtelen tentang onderafdeling Ende. S.Roos membicarakan antara lain masalah berdirinya Nua Ende dan Tanah Ende B.B.C.M.M. Van Suchtelen Kontroleur onderafdeling Endemengemukan mythos Dori Woi, Kuraro, Jari Jawa. Perbedaan antara S.Roos dan van Suchtelen ialah mythos Kontroleur S.Roos (Sumbi) dibawakan dengan umum saja, sedangkan mythos Van Suchtelen diceritakan dengan diperinci. S.ROOS Tentang Nua Ende,Tana Ende Walaupun tidak diperinci namun ceritera yang dikemukan Roos amat berharga.
Diceriterakan kepadanya tahun 1872 bahwa kira-kira sepuluh turunan lalu sudah turun dua orang dari langit, Ambu Roru lelaki dan Ambu Mo` do wanita. Mereka kawin dan mendapat lima anak, tiga wanita dua lelaki. Satu wanita menghilang tanpa kembali lagi. Empat anak yang lain melanjutkan turunan Ambu Roru dan Ambu Mo`do Pada suatu hari, Borokanda, Rako Madange, Keto Kuwa bersampan dari Pulau Ende ke Pulau Besar karena mereka memasang bubuk disana, untuk menangkap ikan.
Mereka mendapat banyak ikan yang separohnya mereka makan ditempat dan yang sisa mereka bawa ke rumah. Sementara makan itu datang tuan tanah Ambu Nggo`be yang diajak turut makan.Pertemuan mereka membawakan persahabatan.Ambu Nggo`be mengajak orang-orang itu meninggalkan Pulau Ende supaya berdiam dipulau besar. Anak isteri dan harta milik dapat diboyong kemudian. Ambu Nggo`be berikan tanah dengan syarat mereka harus bayar, satu gading dan se utas rantai mas. Bahan warisan itu masih disimpan Kai Kembe seorang turunan lurus Ambu Nggo`be.
Jadi semua syarat dipenuhi dan diselesaikan.Mereka menebang pohon dan semak memulaikan perkembangan yaitu Nua Roja yang kemudian diganti dengan nama Nua Ende. Terjadi kawin mawin antara penduduk asal pulau Ende dan penduduk asli. Maka putera Ambu Roru kawin dengan putera Ambu Nggo`be.Beberapa waktu kemudian datang seorang lelaki dari Modjopahit dengan mengendarai ngambu atau ikan paus. Ia berdiam di Ende dan kawin dengan wanita anak putera ambu Roru dan Ambu Nggo`be .Pun seorang Cina berdiam di Ende dan kawin dengan dari keluarga sama ini. Orang Cina itu bernama Maga Rinu ( Sic Bapak Kapitan Nggo`be ). Dari ceritera ini dapat disimpulkan bahwa Nua Ende dimulaikan oleh Ambu Nggo`be dan bantuan Ambu Roru dari Pulau Ende dan bantuan orang Majapahit serta orang Cina.
Geografi
Topografi
Sedangkan untuk letak astronomis, kabupaten Ende Lio terletak pada 8°26’24,71” LS – 8°54’25,46” LS dan 121°23’40,44” BT – 122°1’33,3” BT.
Wilayah Kabupaten Ende Lio Ini Termasuk Juga Dalam Deretan Jalur Gunung Berapi, Sebut Saja Gunung Berapi Iya Yang Memiliki Ketinggian 637 Mdpl, Di mana Letusan Terakhirnya Terjadi Pada Tahun 1969. Masih Ada Juga Gunung Berapi Mutubusa Yang Memiliki Ketinggian 1.690 Mdpl, Di mana Terakhir Kalinya Tercatat Memuntahkan Lahar Panas Pada Tahun 1938.
Iklim & Curah Hujan
Curah Hujan Di Kabupaten Ende Lio Tercatat Lebih Signifikan Pada Bulan Nopember Hingga Bulan April. Dengan Curah Hujan Rata-Rata Pertahun 1.129 Mm. Perbedaan Amplitudo Suhu Harian Rata-Rata Juga Tidaklah Terlampau Signifikan, Berada Dalam Ambang 6,0 °C. Di mana Suhu Terpanas Pada Siang Hari Adalah 33 °C Dan Suhu Udara Malam Hari Memiliki Suhu Terendah Pada Titik 23 °C. Kelembaban Nisbi Kabupaten Ende Lio Berada Dalam Kisaran Rata-Rata 85%.
Sumber Utama Pertanian Bagi Masyarakat Kabupaten Ende Lio Adalah Dari Beberapa Mata Air Yang Relatif Bertahan Debit Airnya, Selain Dari Sumber Mata Air Tadahan Lainnya. Beberapa Lokasi Mata Air Ini Antara Lain: Mata Air Wolowona Yaitu Mencapai 200 Lt/Dtk Yang Terdapat Di Kecamatan Ndona Tepatnya Berada Di Desa Onelako, Mata Air Aekemele Dengan Debit 40 Lt/Dtk, Mata Air Moni Dengan Debit 35 Lt/Dtk, Mata Air Aeuri Dan Aewenanda Di Kecamatan Ende Selatan. Jenis Tanah Di Kabupaten Ende Lio Adalah Tanah Mediteran, Latosol, Alluvial, Regosol, Grumosol, Dan Andosol.
Satu Mata Air Bersih lainnya, yang sangat sehat sebab bisa langsung diminum tanpa harus direbus adalah Mata Air "Ae Bhobho", terletak di desa Wolokota kecamatan Ndona. Mata Air ini berdebit mencapai 40Lt/Detik, dan memenuhi kebutuhan dua desa yakni Wolokota dan Reka. Mata Air ini sebenarnya sangat potensiil untuk dikelola sebagai air minum bersih, sebab tidak ada sat kapur sama sekali. Sayangnya, belum dipergunakan secara optimal sebagai salah satu usaha ekonomi. hal ini terutama karena masih sulitnya akses ke desa ini karena belum dihubungkan dengan jalan raya.
Kabupaten Ende terdiri dari 21 Kecamatan, 23 Kelurahan, dan 255 Desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 270.207 jiwa dengan luas wilayah 2.046,50 km² dan sebaran penduduk 132 jiwa/km².[16][17]
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Ende, adalah sebagai berikut:
Lambang Daerah Kabupaten Ende berbentuk perisai bersisi lima yang mengandung arti sebagai berikut:
Perisai melambangkan alat perlindungan rakyat
Sisi lima melambangkan Pancasila sebagai Dasar Negara
Warna dan Isi Lambang Daerah
Warna lambang terdiri dari warna merah, kuning, hitam dan biru yang diambil dari warna kain tenun rakyat Ende-Lio yang mencerminkan ciri khas kebudayaan rakyat Daerah Tingkat II Ende yang mempunyai arti sebagai berikut:
Merah melambangkan keberanian
Kuning melambangkan keagungan, kekayaan dan kemuliaan
Hitam melambangkan siap demi cita-cita yang luhur serta teguh dan abadi
Biru melambangkan kerukunan, kesetiaan di dalam kekeluargaan
Arti Lambang Daerah
Lambang Daerah Kabupaten Ende berisi:
Lukisan bintang yang berwarna kuning keemasan yang melambangkan keagungan dan kemuliaan Tuhan Yang Maha Esa, pencipta alam semesta yang memberi hidup dan menyinari kehidupan manusia pada umumnya, khususnya rakyat Daerah Tingkat II Ende.
Di bawah lukisan bintang tertulis dengan huruf latin "DAERAH TINGKAT II ENDE".
Rantai yang melingkari lukisan danau Kelimutu melambangkan ikatan kerukunan dan kekeluargaan yang hidup dikalangan rakyat Daerah Kabupaten Ende.
Danau Kelimutu adalah satu-satunya keindahan alam di dunia yang hanya terdapat di Daerah Kabupaten Ende, melambangkan keagungan, kemegahan dan ketenangan hidup rakyatnya dengan tabah dan penuh semangat membangun daerahnya sepanjang masa.
Lukisan padi dan kapas yang terdapat di bawah lukisan danau Kelimutu mengandung arti tujuan kesejahteraan material dan spiritual rakyat Daerah Kabupaten Ende. 14 butir padi dan 12 buah kapas melambangkan 14 Desember, tanggal dan bulan berdirinya Daerah Kabupaten Ende, sedangkan angka 1958 yang terletak di bawah lukisan pohon beringin melambangkan tahun berdirinya Daerah Kabupaten Ende.
Lukisan pohon beringin yang terletak di bawah lukisan padi dan kapas melambangkan persatuan dan kesatuan.
Empat corak garis yang melintang sebagai dari lukisan waran dasar lambang ini yang memberi perisai atau lima bagian, melambangkan rencana pembangunan lima tahun yang terus menerus untuk mencapai cita-cita bangsa seperti yang termaktub dalam sila ke lima dari Pancasila.
Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Ende pada pertengahan tahun 2023 sebanyak 278.817 jiwa, dengan kepadatan penduduk 140 jiwa/kilometer persegi. Kepadatan penduduk terpadat terdapat pada Kecamatan Ende Tengah sebesar 3.801 jiwa per km2 dan yang terendah pada Kecamatan Lempembusu Kelisoke dengan kepadatan penduduk-nya 46 jiwa per km2. Jumlah Kepala Keluarga hasil Registrasi Penduduk adalah sebesar 57.550 RT dengan rata-rata penduduk per RT tidak terlalu bervariasi yakni antara 3-6 jiwa per RT pada setiap kecamatan, sedangkan rata-rata penduduk per RT untuk Kabupaten Ende yaitu 4 jiwa per RT. Suku Asli yang mendiami kabupaten Ende Lio adalah : Suku Lio, Suku Ende, Suku Nage. Suku terbanyak di kabupaten ini adalah suku Lio yang mayoritas mendiami bagian pedalaman, bagian utara dan timur kabupaten ini.
Agama mayoritas di Ende adalah Kristen, dengan penganut agama Islam yang cukup siginifikan. Data Kementerian Dalam Negeri pada pertengahan tahun 2023, penduduk Ende yang menganut agama Kekristenan sebanyak 72,83%, dengan mayoritas Katolik sebanyak 70,76%, dan selebihnya Protestan sebanyak 2,07%. Penduduk yang menganut gama Islam sebanyak 27,10%, selebihnya menganut agama Hindu sebanyak 0,06%, dan Buddha sebanyak 0,01%%.[4][18]
Pendidikan
Kabupaten Ende Lio memiliki 3 Unit SMA/SMK/MA Negeri, 12 Unit SMA/SMK/MA Swasta, 54 Unit SMP/MTs Negeri, 32 Unit SMP/MTs Swasta, 176 Unit SD/MI Negeri, 156 Unit SD/MI Swasta, 107 Unit Taman Kanak-kanak. Total siswa di Kabupaten Ende Lio mencapai 67.758 Siswa dengan banyaknya tenaga pengajar yaitu 4.541 guru. Berikut beberapa nama sekolah di Kabupaten Ende Lio :
Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat (STPM) Santa Ursula
Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa (STIPAR) Ende
Akademi Bahasa Asing Santa Mary Ende
Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Mataram
Akademi Keperawatan (AKPER) Ende
Kesehatan
Kabupaten Ende Lio mempunyai 3 Rumah Sakit, 1 RS Bersalin, 24 Puskesmas, 52 Puskesmas Pembantu dan 6 Balai Pengobatan. Tiga rumah sakit masing-masing adaalah RSUD Ende Lio, Rumah Sakit Misi Ende Lio, dan RS St Antonius Jopu. Sedangkan RS Bersalin yakni RS Bersalin SSPS Ende. Rencananya akan dibangun rumah sakit baru bernama RSU Pratama di Kecamatan Wewaria. Terdapat 443 orang tenaga medis meliputi dokter umum, dokter gigi, bidan, Perawat / SPK, Perawat Gigi, Akademi Perawat maupun Sanitarian (SPPH).
Jl. Prof. Dr. W.Z Yohanes, Kelurahan Paupire, Kecamatan Ende Tengah, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur 86319
2
5311025
RS Kelas D Pratama Tanali
RSUD
D PRATAMA
Jl. Detusoko Maurole, Desa Tanali, Kecamatan Wewaria, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur 86353
3
5311024
RS St Antonius Jopu
RSU
D
Jl. Wolowaru-Nggela, Desa Jopu RT 018/RW 009, Kecamatan Wolowaru, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur 86373
Transportrasi
Untuk melayani mobilisasi angkutan darat di Kabupaten Ende terdapat 130.30 Km jalan nasional, 160.30 Km jalan provinsi, 824.60 Km jalan kabupaten dan 338.70 Km jalan pedesaan. Sementara itu, Kabupaten Ende memiliki 5 terminal tipe A dan tipe C, yaitu Terminal Ndao, Terminal Rewarangga, Terminal Detusoko, Terminal Maukaro dan Terminal Wolowaru. Sedangkan untuk angkutan udara, Kabupaten Ende mempunyai Bandar Udara H. Hasan Aroeboesman dengan maskapai Lion Air dioperasikan oleh Wings Air, Kalstar, Pelita Air Service dan TransNusa Air Services. Letak Kabupaten Ende yang strategis, yang batas wilayahnya berhubungan langsung dengan dua perairan laut utara dan selatan sehingga terdapat Pelabuhan Barang dan Penumpang, Pelabuhan Pertamina dan Pelabuhan Ikan.
Pariwisata
Berbagai tempat wisata yang cukup menarik untuk dikunjungi antara lain:
Danau Kelimutu, terletak di Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende Lio (hanya berjarak 55 km dari Ende atau 100 km dari Maumere)
Kerikil Hijau di Pantai Penggajawa
Museum Bung Karno, berupa sebuah rumah pengasingan Bung Karno oleh Belanda selama 4 tahun (1934-1938)
Monumen Pancasila, sebuah pohon sukun tempat Soekarno merenungkan dan merumuskan dasar-dasar negara Indonesia yang dikemudian hari dikenal dengan nama Pancasila
Pantai Berpasir Putih, tempat kura-kura & penyu bertelur di kecamatan Ndona Timur, 20 km dari Kota Ende
Taman Renungan Bung Karno, terletak di pusat kota Ende, tempat di mana Bung Karno mendapatkan ilham Pancasila. Terdapat patung Bung Karno dari perunggu yang sedang menatap ke arah laut.
Berbagai atraksi dan atau kegiatan yang memiliki nilai wisata: