5°05′13″S 119°36′51″E / 5.0868961°S 119.6142722°E / -5.0868961; 119.6142722
Toddopulia (Bugis: ᨈᨚᨉᨚᨄᨘᨒᨗᨕᨙ, translit. Toddoppulié, Makassar: ᨈᨚᨉᨚᨄᨘᨒᨗᨕ, translit. Toʼdoʼpulia) adalah nama sebuah desa yang berada di wilayah Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros, Provinsi Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Desa ini berstatus sebagai desa definitif dan tergolong pula sebagai desa swasembada. Hingga saat ini, desa ini masuk dalam klasifikasi desa berkembang di Kabupaten Maros. Desa ini memiliki luas wilayah 32,12 km² dan jumlah penduduk sebanyak 2.722 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebanyak 84,74 jiwa/km² pada tahun 2017. Pusat pemerintahan Desa Toddopulia berkedudukan di Dusun Kassi-Kassi. Di desa ini terdapat wisata Kampoeng Bambu yang terkenal dengan suasana alamnya yang serba bambu dan banyak terdapat rumpun bambu. Hanya berjarak sekitar 30 kilometer dari Kota Makassar dan dapat ditempuh kurang lebih 60 menit. Dulu desa ini pernah tidak aman ketika gerombolan DI/TII Kahar Muzakar masih mengganas.[1]
Secara etimologis, kata Toddopulia berasal dari bahasa Bugis, yang terdiri atas kata toddo (tertancap) dan kata puli (kuat). Penggabungan kedua kata tersebut melahirkan makna "tertancap dengan kuat". Tertancap dengan kuat disini dibahasakan sebagai teguh dalam keyakinan dan tidak mudah goyah.
Awal muasal nama Toddopulia tidak terlepas dari cerita rakyat mengenai kampung bernama Pa'nakukang. Setiap pendatang yang berkunjung ke kampung tersebut akan merasa rindu untuk datang lagi. Hadirnya pendatang tersebut, banyak diantara mereka yang menetap. Mereka yang menetap inilah yang memanggil kerabatnya untuk menetap di kampung tersebut. Perlahan kampung tersebut tidak lagi disebut Pa'nakukang melainkan dikenal sebagai kampung Sabantang yang artinya saling mengait. Cerita lain, suatu waktu seorang bangsawan yang sering berburu rusa di Kampung Sabantang ingin kembali ke Sabantang. Tujuan untuk mencari passapu (sejenis topi/penutup kepala khas Suku Makassar) yang terjatuh sewaktu berburu. Dia membangun sebuah rumah di mana passapu itu ditemukan. Sampai akhirnya dia menetap di Sabantang, dari sinilah muncul kata "Toddo" yang artinya menetap. Karena keindahan dan keunikan Kampung Sabantang akhirnya bangsawan tersebut berjanji untuk tinggal sampai mati yang disebut "Puli". Bangsawan tersebut itu pula yang memberikan nama "Toddopuli".
Pada pemerintahan Puang Muni yang dikenal sebagai koordinator. Wilayah yang diperintah Puang Muni adalah Allaere, Lekopancing, Hasanuddin, Masale, dan Toddopulia. Kemudian diperintah oleh seorang Kolonel Hindia Belanda mengubah dari koordinator menjadi distrik yang dikenal dengan Distrik Tanralili dan wilayah yang dibawahi adalah desa. Dalam perkembangannya kata Toddopuli sering diucapkan oleh masyarakat menjadi Toddopulia dan melekat hingga saat ini. Dalam arti harfiah kata Toddopulia terdiri dari dua morfem, yaitu "Toddo" artinya teguh dalam pendirian/istiqomah/tegas (simbol pendirian yang tegas) dan "Puli" artinya seimbang risiko kerugiannya sama dengan pihak lawan (dalam pertarungan satu lawan satu keduanya mati). Toddopulia berarti suatu simbol keteguhan dalam pendirian dan rela menanggung risiko apapun dari pada lari dari perkataan.
Desa Toddopulia awalnya masuk dalam wilayah pemerintahan Kecamatan Mandai, namun pada tanggal 23 Mei 1992 desa ini masuk dalam wilayah pemerintahan Kecamatan Tanralili yang dimekarkan menjadi kecamatan baru. Pemekaran wilayah tersebut berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 1992 Pasal 7 Ayat 1 & 2.
Keadaan topografi wilayah Desa Toddopulia adalah dataran rendah dengan elevasi 0-42 meter di atas permukaan laut.
Beberapa lokasi pada jarak orbitrasi atau pusat pemerintahan dari Desa Toddopulia adalah sebagai berikut:
Desa Toddopulia memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
Desa Toddopulia memiliki luas 32,12 km² dan penduduk berjumlah 3.200 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 99,63 jiwa/km² pada tahun 2021. Adapun rasio jenis kelamin penduduk Desa Toddopulia pada tahun tersebut adalah 97,04. Artinya, tiap 100 penduduk perempuan ada sebanyak 97 penduduk laki-laki. Berikut ini adalah data jumlah penduduk Desa Toddopulia dari tahun ke tahun:
Desa Toddopulia memiliki empat pembagian wilayah administrasi daerah tingkat V (lima) berupa dusun sebagai berikut:
Desa Toddopulia memiliki 4 wilayah pembagian administrasi berupa rukun warga (RW) sebagai berikut:
Desa Toddopulia memiliki 9 wilayah pembagian administrasi berupa rukun tetangga (RT) sebagai berikut:
Berikut ini adalah daftar kepala desa di Desa Toddopulia dari masa ke masa:
Desa Toddopulia memiliki potensi alam yang melimpah berupa tanaman bambu dan sebagai desa pemasok jamur. Selain digunakan untuk bangunan, bambu di desa ini telah dijadikan pelbagai kerajinan tangan yang lebih bernilai ekonomi. Tanaman jamur telah banyak dibudidayakan di desa ini untuk pemenuhan kebutuhan pasar di Kabupaten Maros dan Kota Makassar. Pengembangan jagung untuk pakan ternak juga dilakukan terutama di Dusun Bonto Panno.
Data informasi mengenai Indeks Desa Membangun (IDM) berperan membantu upaya pemerintah dalam memahami kondisi desa. Data yang diekspos sangat penting dalam perencanaan agar setiap tahun ada peningkatan status desa. Setiap tahun status desa diperbarui sesuai dengan capaian yang ada dalam indeks desa membangun. Tim ahli IDM yang menilai terdiri dari tenaga ahli bidang infrastruktur, pengembangan masyarakat desa, perencanaan partisipatif, dan pelayanan sosial dasar. IDM ini mengukur aspek indeks pembangunan desa, yakni ketahanan sosial, ketahanan lingkungan, dan ketahanan ekonomi. Indeks Desa Membangun meliputi kategori sangat tertinggal, tertinggal, berkembang, maju, dan mandiri. Kategori desa mandiri adalah kategori ideal yang ingin dicapai.
Pada tahun 2020, prestasi Indeks Desa Membangun (IDM) dari Desa Toddopulia mendapatkan raihan nilai 0,6400 dan diklasifikasikan dengan status desa berkembang di Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros.
[26][27]
|first1=
|last1=
|year= / |date= mismatch
Artikel bertopik kelurahan atau desa di Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.