Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Manajemen gaya Tionghoa

Manajemen gaya Tiongkok adalah pola manajemen yang diterapkan di negara-negara Asia bagian Asia Timur dan Asia Tenggara.[1] Jumlah imigran Tiongkok dan keturunannya diperkirakan kurang lebih 40 juta orang dan mereka disebut "Tionghoa perantauan" (overseas Chinese). Lebih dari 50% Tiongkok Perantauan ini tinggal di negara-negara yang mayoritas penduduknya Tiongkok, seperti Taiwan, Hongkong, dan Singapura. Sisanya tersebar di negara-negara Asia lain seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, dan Indonesia. Tiongkok perantauan umumnya berasal dari Tiongkok Selatan. Mereka atau nenek moyang mereka berimigrasi secara bergelombang sejak abad ke-17 dan gelombang perantauan dari Tiongkok makin bertambah jumlahnya dalam abad ke-19 dan 20. Kegiatan bisnis para Tiongkok perantauan pada umumnya pada umumnya terkonsentrasi pada perdagangan, keuangan, dan jasa, yang sebagian besar modalnya berupa harta lancar dan mudah dipindahkan.

Dalam praktik bisnis, Tiongkok perantauan atau pengusaha keturunan Tiongkok berpegang pada falsafah Kong Hu Cu. Karena besarnya pengaruh ajaran Kong Hu Cu (Kong Hu Cu) dalam praktik bisnis yang diterapkan golongan tersebut, gaya manajemen ini sering disebut manajemen gaya Kong Hu Cu.

Dasar falsafah Kong Hu Cu mengutamakan hubungan antar-manusia yang terdiri atas lima pola hubungan (Wu lun), yaitu (1) hubungan antara ayah dan anak harus ada kasih sayang; (2) hubungan antarpenguasa dan rakyat harus didasarkan pada kebenaran dan keadilan; (3) hubungan antara suami dan istri harus saling memperhatikan peran masing-masing. Tanggung jawab suami adalah di luar rumah, sedangkan istri bertanggung jawab mengatur rumah tangga; (4) hubungan antara kakak dan adik harus ada ketertiban dan kedamaian; (5) Hubungan antara kerabat dan teman-teman harus didasarkan pada kesetiaan.

Dari kelima hubungan tersebut, hubungan antara ayah dan anak adalah hubungan yang utama. Hormat dan menurut pada orang tua adalah akar dari segala moral kehidupan, karena orang tua yang memberi kehidupan pada anak-anak, mendidik dan membesarkan mereka; karena hubungan inilah yang paling alami dan utama; dan yang terpenting karena tidak mungkin orang bisa berbuat baik terhadap orang lain kalau ia tidak baik terhadap orang tuanya sendiri.

Sebab itu penekanan ajaran Kong Hu Cu adalah pada wewenang ayah sebagai kepala keluarga, dan ketertiban serta keharmonisan dalam keluarga. Berbakti terhadap orang tua dan setia kepada keluarga adalah suatu keharusan. Sejak kecil orang Tiongkok diajarkan kepatuhan moral, perlunya berkompromi, menegndalikan diri, memiliki rasa tanggung jawab, berterima kasih pada orang tua, serata menghormati mereka yang lebih senior.

Di samping falsafah Kong Hu Cu, pengusaha Tiongkok juga mendasarkan praktik bisnisnya pada 16 prinsip yang dikenal dengan "Prinsip-Prinsip praktik bisnis yang baik". Ke-16 prinsip tersebut disusun Fan LI (yang menggunakan nama samaran T'ao Chu Kung), seorang pengusaha kaya dan politikus ulung yang hidup dalam abad ke-5. Fan Li adalah seorang menteri dalam pemerintahan Pangeran Goujian. Konon pada puncak kariernya sebagai pejabat tinggi ia mengundurkan diri, dan menjadi seorang usahawan yang amat sukses. Ia dipercayai sebagai jutawan Tiongkok pertama, dan kemudian bahkan menjadi pelindung/orang suci bagi pengusaha-pengusaha Tiongkok.

Setiap prinsip Fan Li dirumuskan dalam dua frasa yang berlawanan: positif dan negatif. Penyajian gaya positif negatif ini melambangkan dasar falsafah yang yang (positif/terang) dan yin (negatif/gelap). Prinsip-prinsip tersebut dicantumkan pada kalender-kalender, hiasan-hiasan rumah, dan bahkan dalam buku-buku agenda bisnis. Secara bebas ke-16 prinsip tersebut diterjemahkan sebagai berikut:

  1. Rajin dan tekun berusaha. Kemalasan berakibat petaka.
  2. Hemat dalam pengeluaran. Ketidaksabaran menggerogoti modal.
  3. Ramah kepada setiap orang. Ketidaksabaran mendatangkan kerugian.
  4. Jangan menyia-nyiakan kesempatan. Penundaan menghilangkan peluang.
  5. Lugas dalam transaksi. Keraguan membawa pertikaian.
  6. Berhati-hati dalam memberi kredit. Kemurahan hati yang berlebihan memboroskan modal.
  7. Periksa semua account dengan cermat. Kelalaian menghambat rezeki
  8. Bedakan yang baik dari yang jahat. Ketidakpedulian melumpuhkan usaha.
  9. Kendalikan sediaan dengan sistematis. Kecerobohan menciptakan kekacauan.

Referensi

  1. ^ Lumbantoruan, Magdalena (1982). Ensiklopedia Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen. Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka. hlm. 376. ISBN - Periksa nilai: length |isbn= (bantuan). 

Baca informasi lainnya yang berhubungan dengan : Manajemen gaya Tionghoa

Manajemen Manajemen rekayasa Manajemen keuangan Manajemen strategis Proses manajemen Konsultan manajemen Akuntansi manajemen Manajemen Hutang Pendidikan manajemen Manajemen kurikulum Sistem informasi manajemen Manajemen teknologi informasi Akuntansi manajemen publik Manajemen keahlian Magister Manajemen Manajemen rantai pasok Manajemen risiko Sistem pengendalian manajemen Manajemen proyek Institut Manajemen Telkom Manajemen modal kerja Manajemen investasi Manajemen merek Manajemen hutan Manajemen sumber daya manusia Manajemen gaya Tionghoa Manajemen sesuai objektif Manajemen sekolah Manajemen …

stres Badan Sertifikasi Manajemen Risiko Manajemen kasus Sistem manajemen farmasi Akademi Manajemen Belitung Manajemen pembelian Manajemen data Manajemen konflik Manajemen sumber daya air Manajemen pengetahuan Manajemen gaya Jepang Sarjana Manajemen Manajemen pusat data Neraca (manajemen) Manajemen mutu Akademi Sekretari dan Manajemen Indonesia Jayapura Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Indonesia Samarinda Manajemen humas Akademi Sekretari dan Manajemen Indonesia Daftar istilah manajemen teknologi informasi Manajemen konstruksi Institut Manajemen India Ahmedabad Manajemen telekomunikasi Program Manajemen Perhotelan Universitas Kristen Petra Manajemen administrasi perkantoran Program Manajemen Kepariwisataan Universitas Kristen Petra Perbandingan akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan Manajemen perpustakaan Program Manajemen Bisnis Universitas Kristen Petra Manajemen kas Manajemen pendidikan Manajemen perubahan Manajemen operasi Manajemen waktu Manajemen energi Manajemen produksi Manajemen kualitas total Universitas Manajemen Singapura Manajemen organisasi Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Garut Perangkat manajemen kampanye Manajemen informasi Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen

Kembali kehalaman sebelumnya