Bahasa Sunda di Kabupaten Banyumas

Bahasa Sunda Banyumas
Badéolan
Pengucapanbadɛjɔlan
WilayahKabupaten Banyumas
Kepunahan1980-an
Lihat sumber templat}}
Beberapa pesan mungkin terpotong pada perangkat mobile, apabila hal tersebut terjadi, silakan kunjungi halaman ini
Klasifikasi bahasa ini dimunculkan secara otomatis dalam rangka penyeragaman padanan, beberapa parameter telah ditanggalkan dan digantikam oleh templat.
  • Austronesia Lihat butir Wikidata
    • Melayu-Polinesia Lihat butir Wikidata
      • Melayu-Sumbawa atau Kalimantan Utara Raya (diperdebatkan)
Kode bahasa
ISO 639-3
GlottologTidak ada
Informasi penggunaan templat
Status pemertahanan
Terancam

CRSingkatan dari Critically endangered (Terancam Kritis)
SESingkatan dari Severely endangered (Terancam berat)
DESingkatan dari Devinitely endangered (Terancam)
VUSingkatan dari Vulnerable (Rentan)
Aman

NESingkatan dari Not Endangered (Tidak terancam)
ICHEL Red Book: Extinct

Sunda Banyumas diklasifikasikan sebagai bahasa yang telah punah (EX) pada Atlas Bahasa-Bahasa di Dunia yang Terancam Kepunahan

Referensi: [1][2]

Lokasi penuturan
Situasi linguistik di wilayah Keresidenan Banyumas pada tahun 1882 dengan legenda sebagai berikut.
Area penutur bahasa Sunda
Area peralihan atau percampuran bahasa Sunda dengan bahasa lain
Area bahasa lain
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Bahasa Sunda di Kabupaten Banyumas adalah salah satu jenis bahasa Sunda yang telah punah dan pernah dituturkan oleh masyarakat setempat.[3] Bukti penggunaannya dapat dilacak dari toponimi yang terdapat pada nama-nama tempat yang merefleksikan bahasa Sunda dan hingga sekarang masih digunakan di wilayah Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah.[4] Bahasa Sunda di Kabupaten Banyumas memiliki beberapa keunikannya tersendiri, seperti penggunaan beberapa kata arkais yang sudah tidak lazim digunakan dalam bahasa Sunda standar, contohnya pineuh (tidur) dan téoh (bawah).[5]

Meskipun secara keseluruhan penggunaan bahasa Sunda di Kabupaten Banyumas dapat dikatakan sudah punah, tetapi menurut penelitian yang dilakukan oleh Sobarna, Gunardi, dan Wahya pada tahun 2018, di beberapa daerah seperti Desa Dermaji, Kecamatan Lumbir, beberapa warga di sana dikatakan masih menggunakan bahasa Sunda, meskipun penuturnya sudah sangat menyusut, yaitu sekitar 1-2 orang saja.[6]

Glosa nama tempat berbahasa Sunda di Banyumas

Nama-nama tempat berbahasa Sunda di Kabupaten Banyumas menjadi bukti sisa-sisa atau peninggalan budaya Sunda di Jawa Tengah.[7][8] Nama-nama tersebut memiliki aturan, kaidah, atau sistem tertentu yang tidak dibuat secara sembarangan.[9] Beberapa nama tempat tersebut menggunakan awalan "ci" yang merupakan nama umum toponim ciri khas Sunda yang berkaitan erat dengan air dan sungai.[10][11][12] Penelitian yang dilakukan oleh Sobarna, Gunardi & Wahya (2018) juga menyertakan etimologi bahasa Sunda untuk nama-nama tempat di Kabupaten Banyumas serta kisah tentang peristiwa sejarah/budaya dibalik penamaan tersebut.[9][13] Dalam penelitian tersebut juga dijelaskan beberapa tempat yang telah berubah namanya.[14]

Cilongok

Cilongok adalah sebuah kecamatan yang memiliki 20 desa, yaitu Batuanten, Cikidang, Cilongok, Cipete, Gununglurah, Jatisaba, Kalisari, Karanglo, Karangtengah, Kasegeran, Langgongsari, Pageraji, Panembangan, Panusupan, Pejogol, Pernasidi, Rancamaya, Sambirata, Sokawera, dan Sudimara.[15][16] Beberapa nama desa yang berbahasa Sunda tersebut di antaranya adalah:

Cikidang
ci 'air/sungai' dan kidang 'kijang'

Cilongok
ci 'air/sungai' dan longok 'menengok'

Cipete
ci 'air/sungai' dan peté 'Parkia speciosa'

Rancamaya
ranca 'rawa' dan maya 'bayangan'

Kebudayaan yang berkembang di kecamatan Cilongok memang sudah dari lama dipengaruhi oleh budaya Sunda dan beberapa budaya lainnya.[18][19][20][21] Sejarah kependudukan Kecamatan Cilongok sendiri tidak dapat dilepaskan dari sejarah kependudukan Banyumas yang dipercaya berasal dari migrasi penduduk pada abad ke-3 SM yang dilakukan oleh kelompok imigran dari Kerajaan Kutai Martapura.[22]

Cingebul

Cingebul adalah nama salah satu desa yang ada di Kecamatan Lumbir. Cingebul berasal dari dua kata dalam bahasa Sunda yaitu, ci 'air' dan ngebul 'berasap'. Konon, menurut penuturan masyarakat yang tinggal di sana, pada masa Perang Diponegoro, kira-kira pada tahun 1829, pasukan Diponegoro yang kala itu mulai terpukul mundur oleh pasukan Belanda, ada dua orang prajurit yang terpisah dari pasukan utama, kedua prajurit tersebut adalah Naya Pati dan Wirantaka, mereka terpisah dengan berjalan tanpa arah disebabkan oleh ketidaktahuan mereka akan wilayah Banyumas. Setelah beberapa waktu mereka terus melarikan diri, tibalah mereka di antara dua buah bukit di wilayah bagian selatan Karangpucung, Kabupaten Cilacap. Untuk beberapa saat mereka bersembunyi di tempat tersebut hingga keadaan dirasa aman kembali. Setelah dirasa aman, mereka akhirnya memutuskan untuk menetap di sana. Kedua prajurit tersebut bersama dengan salah satu keluarga prajurit Pajajaran yang bernama Suriadipota, mendirikan sebuah padepokan untuk menyebarkan agama Islam.[23]

Pada suatu waktu, tepatnya sebelum matahari terbit, yang biasanya merupakan waktu bagi para santri di padepokan melaksanakan salat subuh dan pengajian bersama, yang juga merupakan waktu untuk bercengkerama bersama sambil membakar ubi kayu di pinggir sungai, tiba-tiba dari atas air di hulu sungai, keluarlah asap yang kemudian dilihat oleh Suriadipota, karena merasa heran, ia menunjuk ke arah sungai tersebut sambil berteriak 'oe, cai ngebul..., cai ngebul..', teriakan Suriadipota tersebut didengar oleh seorang santri yang kemudian berlari ke padepokan untuk melaporkan kejadian tersebut ke Wirantaka agar ia turut melihat langsung kejadian tersebut. Santri tersebut melapor dengan berkata, "aya cai ngebul... cai ngebul... ." Setelah melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri, Wirantaka kemudian menyatakan bahwa daerah tersebut bernama Cingebul. Hingga kini, beberapa warga masih ada yang beberapa kali melihat asap yang muncul dari sungai, menurut pengakuan informan di sana.[23]

Dermaji

Dermaji adalah salah satu desa di Kecamatan Lumbir. Menurut cerita-cerita lisan masyarakat di sana, desa ini merupakan salah satu desa yang sudah berusia tua. Desa ini diperkirakan sudah berdiri sejak masa Kerajaan Galuh pada abad ke-6. Karena desa ini masuk ke dalam wilayah Kerajaan Galuh, membuat kehidupan penduduk Desa Dermaji tidak terlepas dari pengaruh budaya Sunda. Pengaruh yang terlihat sangat jelas adalah penggunaan bahasa yang dipakai oleh masyarakat di sana yang menggunakan sebuah varian bahasa Sunda yang secara lokal dikenal sebagai "Bahasa Sunda Dermaji" yang memiliki beberapa kosakata khas yang tidak digunakan dalam bahasa Sunda baku modern (Priangan), tetapi masih memiliki kesamaan dengan bahasa Sunda dialek Banten. Beberapa nama-nama tempat berbahasa Sunda di desa ini meliputi nama kampung dan nama sungai seperti:

Cibrewek
ci 'air/sungai' dan bréwék '(suara) bebek'

Cijurig
ci 'air/sungai' dan jurig 'hantu'

Cipancur
ci 'air/sungai' dan pancur 'sinar'

Cipeundeuy
ci 'air/sungai' dan peundeuy 'sejenis petai (Parkia timoriana)' atau peupeundeuyan 'sejenis insekta yang hidup di sungai (Dytiscidae)'

Cireang
ci 'air/sungai' dan réang 'terdengar suara banyak orang atau binatang'

Citunggul
ci 'air/sungai' dan tunggul 'tunggul'

Cukangawi
cukang 'jembatan bambu/kayu' dan awi 'bambu'

Cerita lain menyebutkan, Desa Dermaji sebelum dihuni oleh manusia dulunya adalah sebuah hutan belantara di dalamnya diisi oleh siluman, jin, dan binatang buas. Dari cerita-cerita tersebut juga disebutkan beberapa nama tokoh yang dianggap sebagai leluhur atau orang yang berjasa bagi Desa Dermaji, tokoh-tokoh tersebut di antaranya yaitu, Mbah Damarwulan, Mbah Jayasengara, dan Mbah Panusupan. Mereka disebut-sebut sebagai orang-orang yang mampu mengusir para makhluk halus yang sebelumnya menghuni Desa Dermaji hingga akhirnya desa ini dapat dihuni oleh manusia. Selain ketiga tokoh tersebut, warga Desa Dermaji juga memiliki leluhur lain yang dikenal dengan nama Mbah Darmokusumo, seorang yang digambarkan memiliki totalitas kepasrahan kepada sang ilahi, dan memiliki tingkat kejujuran yang sangat tinggi. Sosok Darmokusumo tersebut sering menjadi kebanggaan masyarakat karena memiliki berbagai keutamaan dalam perilaku. Sosok Darmokusumo pula lah yang sering dikait-kaitkan dengan asal-usul nama Dermaji itu sendiri. Derma berarti memberi, aji berarti sesuatu yang berharga.[25]

Gumelar

Gumelar adalah nama untuk salah satu kecamatan. Gumelar berasal dari kata dalam bahasa Sunda yaitu, gelar 'terlihat dan bukti ada di dunia' yang dibubuhi dengan infiks -um- sebagai pemarkah progresif. Berdasarkan cerita rakyat yang tumbuh subur di wilayah ini, daerah Gumelar dulunya adalah sebuah tempat bagi berkumpulnya orang banyak dengan tujuan untuk mengungsi atau bersembunyi. Oleh karena itu, tempat ini dinamai Gumelar karena dari banyaknya orang yang berkumpul di sana, membuat tempat ini terlihat seperti nu gumelar atau ngampar 'terhampar'.[23]

Konon, di wilayah Gumelar juga dulunya adalah tempat bagi banyaknya binatang buas yang suka memangsa manusia. Di salah satu tempat di sana, acapkali ditemukan seorang penduduk yang terluka atau istilah lokalnya babak, yang disebabkan oleh serangan binatang buas tersebut. Penduduk yang terluka di sana, kemudian oleh penduduk yang lain selalu diboyong ke suatu kampung yang bernama Ciwaras untuk mendapatkan pertolongan. Waras dalam bahasa Sunda berarti sehat/sembuh secara adjektiva. Di Ciwaras, terdapat seseorang yang dianggap memiliki kemampuan lebih untuk menyembuhkan orang-orang yang terluka akibat serangan binatang buas. Jalur antara Ciwaras dan Babakan sekarang dikenal dengan nama kampung Gancang. Gancang dalam bahasa Sunda berarti cepat, atau buru-buru. Jika penduduk yang terluka tadi tidak dapat diselamatkan dan mati, maka mayat-mayat mereka akan disimpan di suatu tempat untuk memudahkan anggota keluarga dari mayat tersebut mencarinya. Biasanya mayat-mayat tersebut hanya ditutupi oleh beberapa helai daun jati atau daun pisang. Jika ada anggota keluarga yang hendak memeriksa mayat-mayat yang ditutupi oleh dedaunan tersebut, maka mereka akan nyingkabkeun atau membuka daun jati atau daun pisang yang menutupi mayat-mayat tersebut. Karena kebiasaan inilah, tempat disimpannya mayat-mayat korban serangan binatang buas tadi disebut sebagai Paningkaban, yang berarti tempat membuka.[26]

Di Gumelar juga ada sebuah desa yang bernama Cionje (berasal dari kata ci + honjé 'Etlingera elatior'). Faktanya, hingga kini di daerah Cionje tersebut memang banyak ditemukan tumbuhan yang dimaksud. Perubahan kata honjé menjadi onjé disebabkan oleh gejala fonologis setempat yang menghilangkan fonem h di awal kata. Di daerah Cionje juga ada sebuah tempat yang bernama Ciuyah (berasal dari kata ci + uyah 'garam'). Dinamai demikian karena di wilayah Ciuyah terdapat sumber air yang mengeluarkan air yang rasanya asin seperti garam. Wilayah Ciuyah sendiri terletak di pinggiran bukit pinus milik Perhutani. Hingga sekarang, ada tradisi Ngasini, yaitu sebuah tradisi memberikan air garam kepada hewan ternak.[27]

Pangadegan

Pangadegan adalah nama sebuah desa yang terletak di Kecamatan Wangon. Pangadegan berasal dari kata dasar dalam bahasa Sunda yaitu, ngadeg 'berdiri' yang direkatkan dengan prefiks pa- dan sufiks -an. Proses morfologis ini menghasilkan sebuah kata baru yang berarti tempat berdiri. Ada sebuah cerita dibalik penamaan tempat ini yang berjudul Sasakala Pangadegan yang merupakan bagian dari rangkaian cerita Raden Kamandaka atau Lutung Kasarung. Menurut data-data yang ada, dalam kisah pengejaran Kamandaka, Raden Kamandaka ketika sedang berdiri (ngadeg) sempat terkejar oleh prajurit-prajurit Kandha Daha. Dari semenjak kisah ini menyebarlah, nama tempat tersebut menjadi dikenal dengan sebutan Pangadegan. Sementara itu, versi lain menyebutkan bahwa Pangadegan berasal dari kata pangudagan yang merupakan kata bahasa Sunda yang berarti untuk mengejar, berasal dari kata udag 'kejar'.[28]

Randegan

Randegan adalah nama salah satu desa yang letaknya tidak terlalu jauh dari Pangadegan, yang sama-sama terletak di Kecamatan Wangon. Randegan berasal dari kata dasar dalam bahasa Sunda yaitu randeg 'berhenti sebentar' yang dibubuhi sufiks -an. Sehingga, randegan bermakna sebagai tempat beristirahat atau tempat yang dijadikan tempat untuk berhenti sebentar. Berdasarkan penuturan lisan dari masyarakat setempat, tempat ini dulunya merupakan tempat beristirahatnya Raden Kamandaka. Masyarakat di sana percaya bahwa dahulu Raden Kamandaka pernah ngarandeg (berhenti sebentar untuk istirahat) dari kejaran para prajuritnya Adipati Kandha Daha yang berniat menangkap dan membunuh Raden Kamandaka. Dari situlah kemudian tempat ini dikenal sebagai Randegan.[7]

Tempat lainnya

Nama sungai

Di bawah ini adalah beberapa nama sungai yang berasal dari bahasa Sunda.[29]

Sungai Cikalong

Sungai Cikalong adalah sungai yang melintasi Desa Cikakak. Sungai ini dinamai demikian karena di sungai tersebut banyak kalong 'kelelawar', menurut informasi dari warga setempat.[29]

Sungai Ciaur

Selain Sungai Cikalong, Sungai Ciaur juga merupakan salah satu sungai yang penamaannya mengacu pada nama hewan. Sungai ini mengalir melintasi Desa Cingebul, Kecamatan Lumbir. Nama sungai ini berasal dari kata ci + aur atau haur 'nama sejenis burung', sarang dari burung tersebut banyak ditemukan di sepanjang lintasan sungai ini. Sementara itu, versi lain menyebutkan bahwa aur atau haur di sini memiliki arti bambu, yang memang di sepanjang sungai Ciaur ini banyak ditumbuhi oleh haur atau bambu.[29]

Sungai Cikadu

Sungai Cikadu melintasi Desa Cikakak, namanya diambil dari bahasa Sunda untuk durian yaitu kadu, karena di aliran Sungai Cikadu ini banyak ditemukan pohon durian.[29]

Sungai Cipakis

Sungai Cipakis juga melintasi Desa Cikakak, dinamai demikian karena di aliran sungai ini banyak ditemukan tumbuhan pakis atau tumbuhan paku.[29]

Sungai Ciawitali

Sungai Ciawitali terletak di Kecamatan Gumelar, namanya berasal dari ci 'air' + awi 'bambu' + tali 'tali'.[29]

Sungai Cipandan

Sungai Cipandan terletak di Kecamatan Lumbir, namanya berasal dari ci + pandan 'tumbuhan yang daunnya seperti daun kelapa, tetapi tidak berlidi dan biasa dijadikan pewangi alami makanan'.[29]

Selain nama-nama sungai berbahasa Sunda yang sudah disebutkan di atas, di Kecamatan Lumbir juga ditemukan nama sebuah sungai yang berasal dari gabungan bahasa Sanskerta dan bahasa Sunda, yaitu Sungai Lopasir. Lo atau juga dikenal sebagai loh merupakan kosakata bahasa Sanskerta yang berarti sungai. Sementara pasir merupakan kosakata bahasa Sunda yang berarti bukit. Sungai ini dinamai demikian karena menurut informasi dari warga setempat, hulu sungai tersebut terletak di salah satu bukit yang ada di Kecamatan Lumbir.[29]

Nama gunung

Gunung Batur adalah salah satu gunung yang terletak di Desa Cirahab, Kecamatan Lumbir. Batur dalam bahasa Sunda berarti teman atau orang lain. Dalam legenda Kamandaka, Gunung ini adalah tempat bagi Raden Kamandaka untuk melakukan pertapaan. Pertapaannya tersebut bermaksud untuk meminta petunjuk bagaimana caranya agar ia bisa mendapatkan wanita pujaannya, yang bernama Ciptarasa. Berdasarkan kisahnya, Raden Kamandaka di gunung ini bertemu dengan seorang kiai yang menemaninya (bahasa Sunda: ngabaturan) bertapa, kiai tersebut lalu menghilang setelah ia memberikan seluruh pakaiannya kepada Raden Kamandaka yang selanjutnya mengubah Raden Kamandaka menjadi seekor lutung setelah ia memakainya. Dari sinilah, kisah legenda Raden Kamandaka atau Lutung Kasarung dimulai.[29]

Nama air terjun

Di bawah ini adalah beberapa nama air terjun (curug) yang berasal dari bahasa Sunda.[30]

Curug Cipendok

Curug Cipendok adalah salah satu air terjun yang terletak lereng Gunung Slamet, tepatnya di Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok. Legenda yang menceritakan air terjun ini juga masih berkaitan dengan sejarah Perang Diponegoro.[30] Pendok sendiri bermakna sebagai cincin warangka keris yang bersinar keemasan.[31]

Curug Gumawang

Curug Gumawang adalah salah satu air terjun yang terletak di Desa Kemawi, Kecamatan Somagede, sekitar 15 kilometer ke arah tenggara dari pusat kota Purwokerto. Gumawang berasal dari bahasa Sunda yang berarti seperti gawang 'guratan tanah' yang berasal dari kata awang-awang 'angkasa' dan bercahaya. Air terjun ini memiliki ketinggian 60 meter, sebuah air terjun yang tergolong tinggi, oleh karena itulah warga setempat menamakannya Curug Gumawang, diibaratkan turun dari angkasa. Air terjun ini juga mempunyai tujuh tingkatan genangan air yang disebut kedung 'leuwi', bagian sungai yang dangkal seringnya ada di antara dua leuwi. Jika diperhatikan dari bawah, akan tampak tiga tingkatan, tingkatan paling besar yang nomor dua dari bawah. Tingkatan atas juga tampak bertingkat, hanya saja ketinggiannya tidak terlalu menjulang dan dapat dilihat dari jalan menuju Curug Gumawang. Tujuh tingkatan kedung yang ada di sini di antaranya, yaitu Kedung Dhandhang, Kedung Jojogan, Kedung Nyai Gendur, Kedung Pundak, Kedung Tumbu, Kedung Wuluh, dan Kedung Wungu. Kedung Pundak adalah salah satu kedung yang sangat dikeramatkan oleh warga, berdasarkan penuturan kuncen yang menjaga, kedung ini memiliki dua penunggu, yaitu Mbah Weno Werso dan Nyai Dewi Welasari. Selain itu, ada juga Mbah Bondowoso, penunggu yang berdiam di bawah pohon bambu Ampel Kuning.[31]

Menurut versi lainnya, nama air terjun ini berasal dari kata gemawang yang berasal dari kontraksi kata gema 'bergema' dan awang 'angkasa'. Sehingga, Curug Gumawang memiliki makna sebagai air terjun yang menghasilkan suara menggema akibat jatuhnya air dari ketinggian. Suara yang menggema tersebut dapat terdengar hingga desa lain. Ada sebuah kepercayaan yang berkembang pada masyarakat sekitar air terjun ini, bahwa barangsiapa yang hendak berkendara menuju lokasi melewati sebuah kuburan di kanan jalan, maka ia harus membunyikan klakson sebagai tanda izin untuk lewat. Air yang terdapat pada kedung tertinggi di air terjun ini sering digunakan untuk mandi dan mencuci muka karena diyakini memiliki beragam khasiat, di antaranya, yaitu dapat membuat awet muda, dan membuat rezeki menjadi lebih lancar.[32]

Akses jalan menuju air terjun ini memiliki kondisi yang cukup buruk, disebabkan oleh banyaknya aspal yang bergelombang dan sebagian sudah terkelupas. Namun, sekarang sudah ada pembangunan akses jalan menuju Curug Gumawang yang lebih baik, serta adanya pelebaran jalan dari Beji atau Tapak Bima (suatu area yang memiliki bentuk seperti telapak kaki yang sangat besar) hingga ke area air terjun.[33]

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011. 
  2. ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022. 
  3. ^ Ridlo 2020, Tragedi Punahnya Penutur Bahasa Sunda di Banyumas.
  4. ^ Sobarna, Gunardi & Wahya 2018, hlm. 148-149.
  5. ^ Sobarna, Gunardi & Wahya 2018, hlm. 147.
  6. ^ Susanto 2019, Kepunahan Bahasa itu Bencana Kemanusiaan.
  7. ^ a b Sobarna, Gunardi & Wahya 2018, hlm. 151.
  8. ^ Sobarna, Gunardi & Wahya 2018, hlm. 148.
  9. ^ a b Sobarna, Gunardi & Wahya 2018, hlm. 158.
  10. ^ Abimanyu 2018, hlm. 11.
  11. ^ Abimanyu 2018, hlm. 22-23.
  12. ^ Sobarna, Gunardi & Wahya 2018, hlm. 149.
  13. ^ Sobarna, Gunardi & Wahya 2018, hlm. 159.
  14. ^ Sobarna, Gunardi & Wahya 2018, hlm. 157.
  15. ^ Abimanyu 2018, hlm. 12.
  16. ^ Abimanyu 2018, hlm. 13.
  17. ^ Abimanyu 2018, hlm. 16-17.
  18. ^ Abimanyu 2018, hlm. 14-15.
  19. ^ Abimanyu 2018, hlm. 19.
  20. ^ Abimanyu 2018, hlm. 20.
  21. ^ Abimanyu 2018, hlm. 21.
  22. ^ Abimanyu 2018, hlm. 20-21.
  23. ^ a b c Sobarna, Gunardi & Wahya 2018, hlm. 152.
  24. ^ Sobarna, Gunardi & Wahya 2018, hlm. 153, 158.
  25. ^ Sobarna, Gunardi & Wahya 2018, hlm. 153-154.
  26. ^ Sobarna, Gunardi & Wahya 2018, hlm. 152-153.
  27. ^ Sobarna, Gunardi & Wahya 2018, hlm. 153.
  28. ^ Sobarna, Gunardi & Wahya 2018, hlm. 151-152.
  29. ^ a b c d e f g h i Sobarna, Gunardi & Wahya 2018, hlm. 154.
  30. ^ a b Sobarna, Gunardi & Wahya 2018, hlm. 154-155.
  31. ^ a b Sobarna, Gunardi & Wahya 2018, hlm. 155.
  32. ^ Sobarna, Gunardi & Wahya 2018, hlm. 155-156.
  33. ^ Sobarna, Gunardi & Wahya 2018, hlm. 156.

Daftar pustaka

Jurnal

Situs web

Bacaan lanjutan

Buku

  • Sobarna, C.; Afsari, A.S. (2021). Ampera, T., ed. Bahasa Sunda Dermaji-Banyumas dalam Pusaran Kematian: Sebuah Upaya Pendokumentasian. Bandung: Unpad Press. ISBN 9786233520850. 

Laporan penelitian

  • Sobarna, C. (2010). Bahasa Sunda di Desa Dermaji, Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah (Laporan Penelitian). Bandung: Fakultas Sastra, Universitas Padjadjaran. 

Makalah seminar

  • Sobarna, C. (2013). "Ancaman Kepunahan Bahasa di Daerah Enklave: Kasus Bahasa Sunda di Desa Dermaji, Jawa Tengah". Makalah Seminar Nasional bahasa Ibu VI yang diselenggarakan oleh Universitas Udayana: 22–13. 

Pranala luar

Bahasa Sunda di Kabupaten Banyumas

Bahasa Sunda Umum

Read other articles:

Medical school of Stanford University This article relies excessively on references to primary sources. Please improve this article by adding secondary or tertiary sources. Find sources: Stanford University School of Medicine – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (March 2021) (Learn how and when to remove this template message) Stanford University School of MedicineTypePrivate medical schoolEstablished1908; 115 years ago (1908...

 

Keluaran 29Penahbisan para imam (Keluaran 29:20), Biblical illustration of Book of Leviticus Chapter 8, 1984KitabKitab KeluaranKategoriTauratBagian Alkitab KristenPerjanjian LamaUrutan dalamKitab Kristen2← pasal 28 pasal 30 → Keluaran 29 (disingkat Kel 29) adalah bagian dari Kitab Keluaran dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Termasuk dalam kumpulan kitab Taurat yang disusun oleh Musa.[1][2] Teks Naskah sumber utama: Masoretik, Taurat Samari...

 

Hugo Page Persoonlijke informatie Geboortedatum 24 juli 2001 Geboorteplaats Chartres, Frankrijk Nationaliteit  Frankrijk Lengte 185 cm Gewicht 71 kg Sportieve informatie Huidige ploeg Intermarché-Wanty-Gobert Matériaux Ploegen 2020-20212022- Equipe continentale Groupama-FDJIntermarché-Wanty-Gobert Matériaux Portaal    Wielersport Hugo Page (Chartres, 24 juli 2001) is een Frans wielrenner die anno 2023 rijdt voor de Belgische ploeg Intermarché-Wanty-Gobert Matériaux. Carri...

Dieser Artikel behandelt Kraftfahrzeuge. Zum Transportmittel für Kleinkinder siehe Kinderwagen#Sportwagen. Porsche 911, ein seit 1964 in verschiedenen Ausführungen gebauter Sportwagen Bugatti Type 35 B von 1925 beim DAMC 05 Oldtimer Festival Nürburgring Ferrari 512 beim 1000-km-Rennen 1970 auf dem Nürburgring – Das S auf der Seite des Wagens zeigt an, dass er in der Sportwagenklasse fährt. Porsche 914-6 in der GT-Klasse 1970 auf dem Nürburgring Sportwagen ist ein Begriff des Automobil...

 

Articles principaux : Gallus gallus domesticus et Liste des races de poules. Poule de La Flèche Coq de La Flèche noir avec sa crête caractéristique. Région d’origine Région Sarthe, France Caractéristiques Plumage noir, blanc, coucou, bleu andalou, gris perle Statut FAO (conservation) Non menacé Autre Utilisation chair et ponte Ponte Poids des œufs min. 70g modifier  La poule de La Flèche est une race de poule domestique originaire du village de Mézeray, situé dans la S...

 

1966–1982 FIA motor racing classification Group 5 was an FIA motor racing classification which was applied to four distinct categories during the years 1966 to 1982. Initially Group 5 regulations defined a Special Touring Car category and from 1970 to 1971 the classification was applied to limited production Sports Cars restricted to 5 litre engine capacity. The Group 5 Sports Car category was redefined in 1972 to exclude the minimum production requirement and limit engine capacity to 3 lit...

تحتاج هذه المقالة إلى الاستشهاد بمصادر إضافية لتحسين وثوقيتها. فضلاً ساهم في تطوير هذه المقالة بإضافة استشهادات من مصادر موثوقة. من الممكن التشكيك بالمعلومات غير المنسوبة إلى مصدر وإزالتها. (يناير 2018) بي إم بي-2 بي إم بي-2 للجيش الروسي النوع مركبة قتال مدرعة بلد الأصل  الا...

 

Italian painter (1791–1882) Francesco HayezSelf-Portrait at the age of 88 in 1879Born(1791-02-10)10 February 1791Venice, Republic of VeniceDied12 February 1882(1882-02-12) (aged 91)Milan, Kingdom of ItalyNationalityItalianKnown forPaintingMovementRomanticism Francesco Hayez (Italian: [franˈtʃesko ˈaːjets]; 10 February 1791 – 12 February 1882) was an Italian painter. He is considered one of the leading artists of Romanticism in mid-19th-century Milan, and is renowned ...

 

British Conservative politician This biography of a living person needs additional citations for verification. Please help by adding reliable sources. Contentious material about living persons that is unsourced or poorly sourced must be removed immediately from the article and its talk page, especially if potentially libelous.Find sources: Caroline Dinenage – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (September 2023) (Learn how and when to remove thi...

American middle-distance runner Ajeé WilsonWilson at the 2018 USA Outdoor ChampionshipsPersonal informationNationalityAmericanBorn (1994-05-08) May 8, 1994 (age 29)Philadelphia, Pennsylvania U.S.Home townPhiladelphia, Pennsylvania, U.S.EducationTemple UniversityHeight5 ft 8 in (173 cm)Weight135 lb (61 kg)SportSportTrack and fieldEvent800 metresClubJuventus Track ClubAchievements and titlesWorld finals2013800 m, 5th2017800 m,  Bronze2019800...

 

2018 film directed by Michael J. Gallagher The Thinning: New World OrderPromotional posterDirected byMichael J. GallagherWritten by Michael Gallagher Steve Greene Produced by Michael J. Gallagher Jana Winternitz Michael Wormser Jo Henriquez Greg Siegel Steven Gelberg Starring Logan Paul Peyton List Lia Marie Johnson Calum Worthy Matthew Glave Michael Traynor CinematographyGreg CottenEdited byArndt-Wulf PeemollerMusic byBrandon CampbellProductioncompaniesCinemandThe Mark Gordon CompanyEntertai...

 

Клайпеда Повна назва FK Klaipėda Засновано 2005 Населений пункт Клайпеда, Литва Стадіон Центральний стадіон Вміщує 5 000 Президент Арунас Порутіс Головний тренер Луїс Антоніо Феррейра Ліга А ліга Домашня Виїзна «Клайпе́да» (лит. FK Klaipėda) — колишній литовський футбольний клуб ...

This article's tone or style may not reflect the encyclopedic tone used on Wikipedia. See Wikipedia's guide to writing better articles for suggestions. (December 2009) (Learn how and when to remove this template message) Tron TheatreAddress63 TrongateGlasgowScotlandOwnerTron Theatre Ltd.TypeEnd onCapacity230 (Main Auditorium) 50 (Changing House Studio Theatre)ConstructionOpened1981Rebuilt1999ArchitectJames AdamRMJM The Tron Theatre is located in Glasgow, Scotland. The theatre was formerly kno...

 

Sân vận động Robert DiochonVị tríLe Petit-Quevilly, PhápTọa độ49°24′40″B 1°04′15″Đ / 49,411078°B 1,070738°Đ / 49.411078; 1.070738Sức chứa12.018Mặt sânCỏCông trình xây dựngKhánh thành1917Sửa chữa lại1964, 1980, 2003Bên thuê sânFC RouenUS Quevilly-Rouen Sân vận động Robert-Diochon (tiếng Pháp: Stade Robert-Diochon) là một sân vận động ở Le Petit-Quevilly, Pháp. Sân hiện đang được sử dụ...

 

Series of mutinies in the Brazilian Navy This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: Revolta da Armada – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (March 2022) (Learn how and when to remove this template message) Brazilian Naval RevoltDate1893–1894LocationRio de Janeiro, BrazilResult Government victo...

Action film by Jonathan Hensleigh The PunisherTheatrical release posterDirected byJonathan HensleighWritten by Michael France Jonathan Hensleigh Based onPunisherby Gerry ConwayRoss AndruJohn Romita Sr.Produced by Avi Arad Gale Anne Hurd Starring Thomas Jane John Travolta Will Patton Roy Scheider Laura Harring Ben Foster Rebecca Romijn-Stamos CinematographyConrad W. HallEdited by Steven Kemper Jeff Gullo Music byCarlo SiliottoProductioncompanies Lions Gate Films[1] Marvel Entertainment...

 

Antigua matrícula de Osetia del Sur. El gobierno de Osetia del Sur, independiente de facto de Georgia, emite su propia matrícula para los vehículos matriculados en el territorio que controla. El diseño de las placas se basa en el modelo estándar soviético de 4 dígitos seguidos de letras cirílicas, teniendo un máximo de 9.999 combinaciones posibles. Las placas son de fondo blanco con caracteres negros. Desde el año 2004, el gobierno de Georgia prohíbe circular a los vehículos con m...

 

Knight's Cross recipientsAllgradesGrand CrossGolden Oak Leaves, Swordsand DiamondsOak Leaves, Swords and DiamondsOak Leaves and SwordsOakLeaves 1940–41 1942 1943 1944 1945 Foreign Knight'sCross A Ba–Bm Bn–Bz C D E F G Ha–Hm Hn–Hz I J Ka–Km Kn–Kz L M N O P Q R Sa–Schr Schu–Sz T U V W X–Z Foreign  Knight's Cross The Knight's Cross of the Iron Cross (German: Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes) and its variants were the highest awards in the military and paramilitary forces...

Lake in Tibet Siling Lake / SelincuoSiling Lake / SelincuoLocationNagqu Prefecture, Tibet, ChinaCoordinates31°50′N 89°00′E / 31.833°N 89.000°E / 31.833; 89.000Basin countriesChinaSurface area1,865 km2 (720 sq mi)Surface elevation4,530 metres (14,860 ft) Ramsar WetlandOfficial nameTibet Selincuo WetlandsDesignated8 January 2018Reference no.2352[1] Siling Lake Siling Lake (Tibetan: སེར་གླིང་མཚོ, Wylie:...

 

Johnny Reid discographyStudio albums10Music videos23Singles25 Johnny Reid is a Canadian country music artist. His discography comprises ten studio albums and twenty-five singles. Reid has sold over 11 million albums worldwide. Studio albums 1990s–2000s Title Details Peak positions Certifications(sales threshold) CAN[1] Another Day, Another Dime Release date: September 15, 1997 Label: JCD Formats: CD, cassette — Johnny Reid Release date: January 17, 2000 Label: JCD Formats: CD, cas...

 

Strategi Solo vs Squad di Free Fire: Cara Menang Mudah!