Dalam kimiaresidu atau latak adalah segala sesuatu yang tertinggal, tersisa atau berperan sebagai kontaminan dalam suatu proses kimia tertentu. Residu terkadang dapat disamakan dengan ampas atau pengotor.[1]
Residu mungkin dapat berupa materi yang tersisa setelah proses penyiapan, pemisahan, atau pemurnian, seperti distilasi, penguapan, atau filtrasi. Istilah ini juga dapat merujuk pada produk sampingan yang tidak diinginkan dari suatu reaksi kimia. Bergantung pada nilai kegunaannya, residu tersebut mungkin dapat digunakan kembali dalam proses lainnya agar menghasilkan produk yang lebih menguntungkan atau hanya sebagai limbah pengotor yang tidak berguna.
Misalnya, ketika menyaring dari campuran air dan pasir, pasir yang tetap tertinggal pada kertas saring merupakan residu, dan air yang melewati penyaring tersebut disebut sebagai filtrat. Juga, setelah distilasi minyak mentah, akan menghasilkan residu. Residu ini dapat digunakan kembali, seperti misalnya, pada produksi bahan bakar minyak.
Kimia lingkungan dan pangan
Dalam kimia lingkungan dan ekologi, residu utamanya merujuk pada suatu zat berbahaya (seperti residu pestisida), yang dapat terkandung dalam udara, tanah, pangan, tumbuhan, hewan atau pakan hewan. Melalui pangan, residu berbahaya tersebut dapat pula mengkontaminasi manusia melalui jaringan rantai makanan. Paparan residu ini pada makhluk hidup secara umum lebih sering terjadi melalui konsumsi bahan pangan yang ditanam dengan perlakuan bahan kimia berbahaya seperti pestisida, yang ditanam atau diproses di tempat yang dekat dengan area berpestisida.[2]
Residu kimia beracun, limbah atau kontaminasi dari proses lain, menjadi perhatian dalam keamanan pangan. Sebagai contoh, Food and Drug Administration (FDA) memiliki pedoman untuk mendeteksi residu kimia yang mungkin berbahaya untuk dikonsumsi.[4][5] Setiap negara memiliki kebijakan pertanian masing-masing mengenai batas residu maksimum dan asupan harian yang dapat diterima. Kadar bahan kimia pangan yang diizinkan bervariasi di setiap negara karena bentuk pertanian berbeda-beda tergantung pada wilayah dan kondisi iklim dan geografi.
Konsep yang menyarankan istilah ini kemungkinan berasal dari reaksi kondensasi di mana kelas seperti blok pembangun monomerik, seperti asam amino atau monosakarida, dirangkai untuk membentuk rantai polimer, seperti polisakarida atau peptida; beberapa atom, biasanya dalam bentuk molekul air, yang dikeluarkan dari masing-masing blok pembangun, hanya menyisakan "residu" dari blok pembangun tersebut, yang menghasilkan produk jadi. Sebuah residu mungkin merupakan salah satu asam amino dalam polipeptida atau salah satu monosakarida dalam molekul pati.[7]
Sebuah protein atau polipeptida yang tersusun dari asam amino dihubungkan oleh ikatan peptida, asam amino sebagai satuan monomer dari polipeptida. Urutan asam amino dalam protein yang dikenal sebagai struktur utama protein tersebut. Urutan spesifik asam amino dalam protein menentukan struktur tiga dimensi dan akhirnya fungsinya. Asam amino diberi nomor berurutan, dimulai dari gugus ujung amino polipeptida. Misalnya, asam amino 45 dalam urutan tersebut akan diidentifikasi sebagai residu 45. Seringkali, para ilmuwan menyebut residu individu menggunakan kedua nama asam amino dan posisinya. Oleh karena itu, jika residu nomor 45 dalam urutan polipeptida tertentu adalah asparagin, residu tersebut akan disebut sebagai asparagin-45.
^"Pesticide Residue". Environmental Protection Agency. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-06-04. Diakses tanggal 2017-02-27.
^Stephen W.C. Chung, Benedict L.S. Chen. (2011). "Determination of organochlorine pesticide residues in fatty foods: A critical review on the analytical methods and their testing capabilities". Journal of Chromatography A. 1218 (33): 5555–5567. doi:10.1016/j.chroma.2011.06.066. PMID21742333.