Pertempuran Surabaya

Pertempuran Surabaya
Bagian dari Revolusi Nasional Indonesia

Tentara India Britania menembaki penembak runduk Indonesia di balik tank Indonesia dalam pertempuran di Surabaya, November 1945.
Tanggal27 Oktober – 20 November 1945
(3 minggu dan 3 hari)
LokasiSurabaya, Indonesia
Hasil
  • kemenangan Britania
  • Britania perlahan berhenti membantu Belanda mendirikan kembali koloninya di Indonesia dan menjadi netral.
  • Britania kemudian mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Perubahan
wilayah
Pasukan Britania berhasil menduduki Surabaya; Seluruh pasukan ditarik dari Surabaya pada November 1946.
Pihak terlibat
Republik Indonesia
 Kekaisaran Britania
Tokoh dan pemimpin
Pasukan
  • 5th Indian Infantry Division
  • 23rd Indian Infantry Division
  • Kekuatan
    • 20.000 tentara infanteri (mayoritas mantan prajurit PETA)
    • 150.000 lebih personel milisi[1]
    30.000 tentara Kekaisaran Britania dan Angkatan Darat India Britania[1] dengan bantuan tank, pesawat, dan kapal perang
    Korban
    6.300[2]–15.000 tewas[3]; lebih dari 20.000 luka-luka 500–1,500 tewas[4]; paling sedikit 210 prajurit terluka

    Pertempuran Surabaya merupakan pertempuran antara pasukan pejuang Indonesia yang diorganisasi oleh pasukan anggota eks. Pembela Tanah Air yang dibentuk oleh Pasukan Jepang dan Polisi Istimewa di waktu masa Pendudukan Jepang di Indonesia (yang dulunya Hindia Belanda) pada saat itu, yang bertujuan untuk mencegah pasukan sekutu pasca Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu di Perang Pasifik yang mendarat di kota Surabaya yang terdiri dari pasukan Kekaisaran Britania dengan sukarelawan Persemakmuran Britania yakni Angkatan Darat India Britania dengan mendapatkan dukungan khusus oleh tentara Kekaisaran Belanda. Puncaknya terjadi pada tanggal 10 November 1945. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan Sekutu setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme dan Imperialisme.[2] Usai pertempuran ini, dukungan rakyat Indonesia dan dunia internasional terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia makin kuat. 10 November diperingati setiap tahun sebagai Hari Pahlawan di Indonesia.

    Ketika pasukan Britania mendarat pada akhir Oktober 1945, Surabaya digambarkan sebagai "benteng bersatu yang kuat [di bawah Pemuda]".[5] Pertempuran pecah pada 30 Oktober setelah komandan pasukan Britania, Brigadir A. W. S. Mallaby tewas dalam baku tembak.[5] Britania melakukan serangan balasan punitif pada 10 November dengan bantuan pesawat tempur. Pasukan kolonial merebut sebagian besar kota dalam tiga hari, pasukan Republik yang minim senjata melawan selama tiga minggu, dan ribuan orang meninggal dunia ketika penduduk kota mengungsi ke pedesaan.

    Meskipun kalah dan kehilangan anggota dan persenjataan, pertempuran yang dilancarkan pasukan Republik membangkitkan semangat bangsa Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaannya dan menarik perhatian internasional. Belanda tidak lagi memandang Republik sebagai kumpulan pengacau tanpa dukungan rakyat. Pertempuran ini juga meyakinkan Britania untuk mengambil sikap netral dalam revolusi nasional Indonesia; beberapa tahun kemudian, Britania mendukung perjuangan Indonesia di PBB.[2]

    Latar belakang

    Kedatangan Pasukan Jepang di Indonesia (Hindia Belanda)

    Tanggal 1 Maret 1942, tentara Jepang mendarat di Pulau Jawa, dan tujuh hari kemudian pada tanggal 8 Maret 1942, pemerintah kolonial Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Kekaisaran Jepang berdasarkan Perjanjian Kalijati. Setelah penyerahan tanpa syarat tersebut, Pulau Jawa secara resmi diduduki oleh Jepang.

    Proklamasi Kemerdekaan NKRI

    Tiga tahun kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah dijatuhkannya bom atom oleh Amerika Serikat di Hiroshima tanggal 6 Agustus 1945 dan Nagasaki tanggal 9 Agustus 1945. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 14 Agustus 1945 yang menyebabkan terjadinya kekosongan kekuasaan. Dalam kekosongan kekuasaan asing tersebut, Soekarno kemudian memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

    Kedatangan Tentara Britania

    Setelah kekalahan pihak Jepang, rakyat dan pejuang Indonesia berupaya melucuti senjata para tentara Jepang. Maka timbullah pertempuran-pertempuran yang memakan korban di banyak daerah. Ketika gerakan untuk melucuti pasukan Jepang sedang berkobar, tanggal 15 September 1945, pasukan Britania mendarat di Jakarta, kemudian mendarat di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945. Tentara Britania datang ke Indonesia tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) atas keputusan dan atas nama Blok Sekutu, dengan tugas untuk melucuti senjata tentara Jepang, membebaskan para tawanan perang yang ditahan Jepang, serta memulangkan tentara kekaisaran Jepang ke negerinya. Namun selain itu tentara Britania yang datang juga membawa misi mengembalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan sipil Hindia Belanda sebagai negeri jajahan kolonial Belanda yang disebut NICA (Netherlands Indies Civil Administration).

    Insiden di Hotel Majapahit, Tunjungan, Surabaya

    Hotel Oranje Surabaya tahun 1937

    Setelah munculnya maklumat pemerintah Indonesia tanggal 31 Agustus 1945 yang menetapkan bahwa mulai 1 September 1945 bendera nasional Sang Saka Merah Putih dikibarkan terus di seluruh wilayah Indonesia, gerakan pengibaran bendera tersebut makin meluas ke segenap pelosok kota Surabaya. Klimaks gerakan pengibaran bendera di Surabaya terjadi pada insiden perobekan bendera di Yamato Hoteru / Hotel Yamato (bernama Oranje Hotel atau Hotel Oranye pada zaman kolonial, sekarang bernama Hotel Majapahit) di Jalan Tunjungan no. 65 Surabaya.

    Sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch. Ploegman pada malam hari tanggal 18 September 1945, tepatnya pukul 21.00, mengibarkan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru), tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya, di tiang pada tingkat teratas Hotel Yamato, sisi sebelah utara. Keesokan harinya para pemuda Surabaya melihatnya dan menjadi marah karena mereka menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia, hendak mengembalikan kekuasaan kembali di Indonesia, dan melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya.

    Tak lama setelah mengumpulnya massa di Hotel Yamato, Residen Soedirman, pejuang dan diplomat yang saat itu menjabat sebagai Wakil Residen (Fuku Syuco Gunseikan) yang masih diakui pemerintah Dai Nippon Surabaya Syu, sekaligus sebagai Residen Daerah Surabaya Pemerintah RI, datang melewati kerumunan massa lalu masuk ke Hotel Yamato dikawal Sidik dan Hariyono. Sebagai perwakilan RI dia berunding dengan Mr. Ploegman beserta kawan-kawannya dan meminta agar bendera Belanda segera diturunkan dari gedung Hotel Yamato. Dalam perundingan ini Ploegman menolak untuk menurunkan bendera Belanda. Perundingan berlangsung memanas, Ploegman mengeluarkan pistol, dan terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan. Ploegman tewas dicekik oleh Sidik, yang kemudian juga tewas oleh tentara Belanda yang berjaga-jaga dan mendengar letusan pistol Ploegman, sementara Soedirman dan Hariyono melarikan diri ke luar Hotel Yamato. Sebagian pemuda berebut naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda. Hariyono yang semula bersama Soedirman kembali ke dalam hotel dan terlibat dalam pemanjatan tiang bendera dan bersama Koesno Wibowo berhasil menurunkan bendera Belanda, merobek bagian birunya, dan mengereknya ke puncak tiang bendera kembali sebagai bendera Merah Putih.

    Pengibaran bendera Indonesia setelah bendera belanda berhasil disobek warna birunya di hotel Yamato

    Setelah insiden di Hotel Yamato tersebut, pada tanggal 27 Oktober 1945 meletuslah pertempuran pertama antara Indonesia melawan tentara Inggris . Serangan-serangan kecil tersebut di kemudian hari berubah menjadi serangan umum yang banyak memakan korban jiwa di kedua belah pihak Indonesia dan Inggris, sebelum akhirnya Jenderal D.C. Hawthorn meminta bantuan Presiden Soekarno untuk meredakan situasi.

    Kematian Brigadir Jenderal Mallaby

    Setelah gencatan senjata antara pihak Indonesia dan pihak tentara Inggris ditandatangani pada tanggal 29 Oktober 1945, keadaan berangsur-angsur mereda. Walaupun begitu tetap saja terjadi bentrokan-bentrokan bersenjata antara rakyat dan tentara Inggris di Surabaya. Bentrokan-bentrokan bersenjata di Surabaya tersebut memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, (pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur), pada 30 Oktober 1945 sekitar pukul 20.30. Mobil Buick yang ditumpangi Brigadir Jenderal Mallaby berpapasan dengan sekelompok milisi Indonesia ketika akan melewati Jembatan Merah. Kesalahpahaman menyebabkan terjadinya tembak menembak yang berakhir dengan tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby oleh tembakan pistol seorang pemuda Indonesia yang sampai sekarang tak diketahui identitasnya, dan terbakarnya mobil tersebut terkena ledakan granat yang menyebabkan jenazah Mallaby sulit dikenali. Kematian Mallaby ini menyebabkan pihak Inggris marah kepada pihak Indonesia dan berakibat pada keputusan pengganti Mallaby, Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh untuk mengeluarkan ultimatum 10 November 1945 untuk meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan pada tentara Inggris.

    Perdebatan tentang pihak penyebab baku tembak

    Mobil Buick Brigadir Jenderal Mallaby yang meledak di dekat Gedung Internatio dan Jembatan Merah Surabaya

    Tom Driberg, seorang Anggota Parlemen Inggris dari Partai Buruh Inggris (Labour Party). Pada 20 Februari 1946, dalam perdebatan di Parlemen Inggris (House of Commons) meragukan bahwa baku tembak ini dimulai oleh pasukan pihak Indonesia. Dia menyampaikan bahwa peristiwa baku tembak ini disinyalir kuat timbul karena kesalahpahaman 20 anggota pasukan India pimpinan Mallaby yang memulai baku tembak tersebut tidak mengetahui bahwa gencatan senjata sedang berlaku karena mereka terputus dari kontak dan telekomunikasi. Berikut kutipan dari Tom Driberg:

    "... Sekitar 20 orang (serdadu) India (milik Inggris), di sebuah bangunan di sisi lain alun-alun, telah terputus dari komunikasi lewat telepon dan tidak tahu tentang gencatan senjata. Mereka menembak secara sporadis pada massa (Indonesia). Brigadir Mallaby keluar dari diskusi (gencatan senjata), berjalan lurus ke arah kerumunan, dengan keberanian besar, dan berteriak kepada serdadu India untuk menghentikan tembakan. Mereka patuh kepadanya. Mungkin setengah jam kemudian, massa di alun-alun menjadi bergolak lagi. Brigadir Mallaby, pada titik tertentu dalam diskusi, memerintahkan serdadu India untuk menembak lagi. Mereka melepaskan tembakan dengan dua senapan Bren dan massa bubar dan lari untuk berlindung; kemudian pecah pertempuran lagi dengan sungguh gencar. Jelas bahwa ketika Brigadir Mallaby memberi perintah untuk membuka tembakan lagi, perundingan gencatan senjata sebenarnya telah pecah, setidaknya secara lokal. Dua puluh menit sampai setengah jam setelah itu, ia (Mallaby) sayangnya tewas dalam mobilnya-meskipun (kita) tidak benar-benar yakin apakah ia dibunuh oleh orang Indonesia yang mendekati mobilnya; yang meledak bersamaan dengan serangan terhadap dirinya (Mallaby). Saya pikir ini tidak dapat dituduh sebagai pembunuhan licik... karena informasi saya dapat secepatnya dari saksi mata, yaitu seorang perwira Inggris yang benar-benar ada di tempat kejadian pada saat itu, yang niat jujurnya saya tak punya alasan untuk pertanyakan ..."[6]

    Semboyan Merdeka Atau Mati

    Ultimatum-ultimatum yang disebarkan melalui pamflet udara oleh tentara Inggris membuat rakyat Surabaya sangat marah. Nyaris seluruh sudut kota Surabaya dipenuhi pemuda dan kelompok bersenjata. Dalam ingatan Suhario alias Hario Kecik (Wakil Komandan Tentara Polisi Keamanan Rakyat), di sekitarnya berkumpul ratusan pemuda, semuanya membawa senjata dan pistol otomatis. Hario Kecik mengatakan bahwa mereka yang disebut tidak lengkap, membawa granat.[7] Pertemuan pemuda dan kelompok bersenjata di Surabaya memutuskan mengangkat Sungkono sebagai Komandan Pertahanan Kota Surabaya dan mengangkat Surachman sebagai Komandan Pertempuran. Dari sini, muncul semboyan "Merdeka atau Mati" dan Sumpah Pejuang Surabaya sebagai berikut.[8]

    Tetap Merdeka!

    Kedaulatan Negara dan Bangsa Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945 akan kami pertahankan dengan sungguh-sungguh, penuh tanggungjawab bersama, bersatu, ikhlas berkorban dengan tekad: Merdeka atau Mati! Sekali Merdeka tetap Merdeka!

    — Surabaya, 9 November 1945, jam 18:46

    Pertempuran

    Bung Tomo di Surabaya, salah satu pemimpin revolusioner Indonesia yang paling dihormati. Foto terkenal ini bagi banyak orang yang terlibat dalam Revolusi Nasional Indonesia mewakili jiwa perjuangan revolusi utama Indonesia saat itu.[9]

    Setelah terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, penggantinya, Mayor Jenderal Robert Mansergh mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah jam 6.00 pagi pada tanggal 10 November 1945.

    Ultimatum tersebut kemudian dianggap sebagai penghinaan bagi para pejuang dan rakyat yang telah membentuk banyak badan-badan perjuangan / milisi. Ultimatum tersebut ditolak oleh pihak Indonesia dengan alasan bahwa Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri, dan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) juga telah dibentuk sebagai pasukan negara. Selain itu, banyak organisasi perjuangan bersenjata yang telah dibentuk masyarakat, termasuk di kalangan pemuda, mahasiswa dan pelajar yang menentang masuknya kembali pemerintahan Belanda yang memboncengi kehadiran tentara Inggris di Indonesia.

    Pada 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan. Pasukan sekutu mendapatkan perlawanan dari pasukan dan milisi Indonesia.

    Selain Bung Tomo terdapat pula tokoh-tokoh berpengaruh lain dalam menggerakkan rakyat Surabaya pada masa itu, beberapa datang dari latar belakang agama seperti KH. Hasyim Asy'ari, KH. Wahab Hasbullah, KH. Abdul Karim serta kyai-kyai pesantren lainnya juga mengerahkan santri-santri mereka dan masyarakat sipil sebagai milisi perlawanan (pada waktu itu masyarakat tidak begitu patuh kepada pemerintahan tetapi mereka lebih patuh dan taat kepada para kyai/ulama) sehingga perlawanan pihak Indonesia berlangsung alot, dari hari ke hari, hingga dari minggu ke minggu lainnya. Perlawanan rakyat yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin teratur. Pertempuran ini mencapai waktu sekitar tiga minggu.

    Akibat

    Perkiraan kematian di Indonesia berkisar antara 6.300 sampai 15.000, dan perkiraan kurang lebih 200.000 orang melarikan diri dari kota yang hancur tersebut.[2][3] Korban warga British Indian berjumlah 295 orang tewas dan hilang.[10] Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk melakukan perlawanan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada hari 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh Republik Indonesia hingga sekarang.

    Catatan kaki

    1. ^ a b Indonesian Heritage.
    2. ^ a b c d Ricklefs, hlm. 217.
    3. ^ a b Vickers, hlm. 98.
    4. ^ Woodburn Kirby.
    5. ^ a b Parrott.
    6. ^ Batara R. Hutagalung: "10 November '45. Mengapa Inggris Membom Surabaya?" Penerbit Millenium, Jakarta Oktober 2001, cetakan xvi, 472 halaman
    7. ^ Padmowirio, Suhario (2001), Memoar Hario Kecik, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, hlm. 209 
    8. ^ Evita, Andi Lili (2017). Paeni, Mukhlis; Sastrodinomo, Kasijanto, ed. Gubernur Pertama Di Indonesia. Jakarta: Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 146–147. ISBN 978-602-1289-72-3. 
    9. ^ Frederick, William H. (April 1982). "In Memoriam: Sutomo" ([pranala nonaktif]). Indonesia. Cornell University outheast Asia Program. 33: 127–128. seap.indo/1107016901. 
    10. ^ Woodburn Kirby, hlm. 336.

    Referensi

    Bacaan lanjutan

    • Bayly and Harper (2007) Forgotten Wars: The End of Britain's Asian Empire (London:Penguin).
    • McMillan, Richard (2005) The British Occupation of Indonesia 1945–1946: Britain, the Netherlands and the Indonesian revolution (London:Routledge).
    • Parrott, J. G. A., Role of the 49 Indian Infantry Brigade in Surabaya, Oct.-Nov. 1945, Australian thesis

    Pranala luar

    8°25′23″S 115°14′55″E / 8.4231°S 115.2486°E / -8.4231; 115.2486

    Read other articles:

    У этого термина существуют и другие значения, см. Пичеурское сельское поселение. Сельское поселение России (МО 2-го уровня)Пичеурское сельское поселение Флаг 52°52′14″ с. ш. 47°03′46″ в. д.HGЯO Страна  Россия Субъект РФ Ульяновская область Район Павловский Включ...

     

     

    Stadion GaluhPintu masuk utama Stadion Galuh dari arah barat dayaInformasi stadionNama lengkapStadion Galuh CiamisPemilikPemerintah Kabupaten CiamisLokasiLokasiCiamis, Jawa BaratKoordinat7°20′03″LS,108°21′23″BTKonstruksiDibuat1990[1]Diperbesar17 Agustus 1962Direnovasi2010 - 2015[2]Biaya pembuatanRp 20 Miliar (Perbaikan)Data teknisPermukaanRumput cow grassKapasitas25.000[3]PemakaiPSGC Ciamis[3] Stadion Galuh adalah stadion sepak bola yang terletak di K...

     

     

    Milan Ciganović (Bosnia ed Erzegovina, 1888 – Belgrado, 1927) è stato un rivoluzionario serbo. Fu tra i principali organizzatori dell'attentato di Sarajevo che diede inizio alla crisi di luglio e alla prima guerra mondiale. Ciganović, Tankosić Biografia Milan Ciganović nacque in Bosnia ed Erzegovina nel 1888. Si spostò successivamente a Belgrado dove divenne uno dei membri principali della Mano Nera, gruppo terroristico serbo. Lavorò al fianco del colonnello Dragutin Dimitrijević, c...

    American football player (born 1995) American football player Kendrick BourneBourne with the 49ers in 2020No. 84 – New England PatriotsPosition:Wide receiverPersonal informationBorn: (1995-08-04) August 4, 1995 (age 28)Portland, Oregon, U.S.Height:6 ft 1 in (1.85 m)Weight:205 lb (93 kg)Career informationHigh school:Milwaukie Academy of the Arts(Milwaukie, Oregon)College:Eastern Washington (2013–2016)Undrafted:2017Career history San Francisco 49ers (2017–202...

     

     

    Un rol de canela sueco con azúcar cande Rollo de canela glaseado El rollo de canela (también llamado pan de canela, espiral de canela o rol de canela) es un rollo (un tipo de pan dulce) creado en la década de 1920 en Suecia y Dinamarca. Si bien el rollo de canela era conocido desde la segunda mitad del siglo XIX, solo era horneado en hogares con suficientes recursos económicos, por el coste de sus ingredientes. Terminada la Primera Guerra Mundial, y la existente escasez de harina ref...

     

     

    هذه المقالة تحتاج للمزيد من الوصلات للمقالات الأخرى للمساعدة في ترابط مقالات الموسوعة. فضلًا ساعد في تحسين هذه المقالة بإضافة وصلات إلى المقالات المتعلقة بها الموجودة في النص الحالي. (أغسطس 2023) هذه المقالة يتيمة إذ تصل إليها مقالات أخرى قليلة جدًا. فضلًا، ساعد بإضافة وصلة ...

    Bài viết này cần thêm chú thích nguồn gốc để kiểm chứng thông tin. Mời bạn giúp hoàn thiện bài viết này bằng cách bổ sung chú thích tới các nguồn đáng tin cậy. Các nội dung không có nguồn có thể bị nghi ngờ và xóa bỏ. Thiết giáp hạm Hyuga sau khi được cải biến thành một tàu sân bay lai Khái quát lớp tàuTên gọi Lớp thiết giáp hạm HyugaXưởng đóng tàu Kawasaki Heavy IndustriesMitsubishiBên ...

     

     

    Letnan KolonelImam SyafeiImam Syafei ketika menjadi menteriMenteri Negara diperbantukan pada Presiden Urusan Pengamanan KhususMasa jabatan24 Februari 1966 – 20 Maret 1966PresidenSukarnoAnggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong RoyongMasa jabatan15 Agustus 1960 – ?PresidenSoekarno Informasi pribadiLahir(1918-09-27)27 September 1918Batavia, Hindia BelandaMeninggal9 September 1982(1982-09-09) (umur 63)Jakarta, IndonesiaKebangsaanIndonesiaKarier militerPihakIndonesiaDinas/...

     

     

    Rail transit system in Jinhua City, Zhejiang, China Jinhua Rail TransitOverviewLocaleJinhua, Zhejiang Province, ChinaTransit typeRapid TransitNumber of lines2Number of stations30Websitewww.jhrailtransit.com OperationBegan operation30 August 2022; 15 months ago (2022-08-30)[1]Operator(s)Jinhua Rail Transit Group Co., Ltd.CharacterElevated and undergroundTechnicalSystem length107 km (66.5 mi)Track gauge1,435 mm (4 ft 8 1⁄2 in) Jinhua Rail TransitSimplified ...

    Carex flaccosperma Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Plantae Divisi: Tracheophyta Kelas: Liliopsida Ordo: Poales Famili: Cyperaceae Genus: Carex Spesies: Carex flaccosperma Nama binomial Carex flaccospermaDewey Carex flaccosperma adalah spesies tumbuhan seperti rumput yang tergolong ke dalam famili Cyperaceae. Spesies ini juga merupakan bagian dari ordo Poales. Spesies Carex flaccosperma sendiri merupakan bagian dari genus Carex.[1] Nama ilmiah dari spesies ini pertama kali diterbitkan ole...

     

     

    Presence is a theoretical concept describing the extent to which media represent the world (in both physical and social environments).[1] Presence is further described by Matthew Lombard and Theresa Ditton as “an illusion that a mediated experience is not mediated.[2] Today, it often considers the effect that people experience when they interact with a computer-mediated or computer-generated environment.[3] The conceptualization of presence borrows from multiple fiel...

     

     

    Tentang kelas Ciri-ciri umum Kapal selam kelas M, disebut juga dengan kelas Malyutka (bahasa Rusia: Малютка; bayi atau si kecil), adalah kelas kapal selam kecil, berlambung tunggal atau 1½ yang dibangun di Uni Soviet dan digunakan selama Perang Dunia II. Kapal selam tersebut dibangun dalam beberapa bagian sehingga mudah diangkut dengan kereta api. Produksinya dipusatkan di Galangan Kapal Gorky di Sungai Volga, setelah itu bagian-bagian tersebut diangkut dengan kereta api ke Lening...

    City in Georgia, United StatesSmyrna, GeorgiaCitySmyrna City HallLocation in Cobb County and the state of GeorgiaCoordinates: 33°52′19″N 84°31′6″W / 33.87194°N 84.51833°W / 33.87194; -84.51833CountryUnited StatesStateGeorgiaCountyCobbGovernment • MayorDerek NortonArea[1] • Total15.61 sq mi (40.42 km2) • Land15.56 sq mi (40.31 km2) • Water0.04 sq mi (0.11 km2...

     

     

    Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini.Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala.Tag ini diberikan pada Februari 2023. Peta negara-negara terkait kebijakan hukuman mati:  Hukuman mati sudah dihapus   Moratorium hukuman mati   Masih mempertahankan hukuman mati   Hukuman mati masih dipertahankan untuk pelanggaran tertentu Hukuman ...

     

     

    Train that runs between two points over a short route Aichi Loop Line shuttle train at Mikawa-Toyota Station, Toyota, Aichi Prefecture, Japan A shuttle train is a train that runs back and forth between two points, especially if it offers a frequent service over a short route.[1][2] Shuttle trains are used in various ways, in various parts of the world. They commonly operate as a fixed consist, and run non-stop between their termini.[3] They can be used to carry passeng...

    Spanish graffiti artist A restored Muelle tag on the Calle de la Montera Juan Carlos Argüello (23 September 1965 - 1 July 1995), known as Muelle [ˈmwe.ʝe], was a Spanish graffiti artist from Campamento, Madrid.[1] Career Around 1980, during the Madrilene cultural Movida, Argüello started reproducing the logo he had designed on walls and public spaces of Madrid. It consisted of the word Muelle (Spanish for spring), or an R with an enclosing circle (®) and a line in the sha...

     

     

    This article has no lead section. Please improve this article by adding one in your own words. (October 2022) (Learn how and when to remove this template message) Sam Shepard awards Totals Award Wins Nominations Academy Awards 0 1 AAAL Awards 1 1 American Theater Hall of Fame 1 1 BAFTA Awards 0 1 Capri/Hollywood Awards 1 1 Cinema Writers Circle Awards 0 1 Critics' Choice Movie Awards 0 1 DFCS Awards 0 1 Drama Desk Awards 1 3 Emmy Awards 0 1 FIS Awards 1 1 Golden Globes 0 1 Gradiva Awards 1 1 ...

     

     

    1966 studio album by Nina SimoneWild is the WindStudio album by Nina SimoneReleased16 September 1966RecordedNew York City, 1964-1965GenreJazz, blues, folk, R&BLength39:08LabelPhilipsProducerHal MooneyNina Simone chronology Let It All Out(1965) Wild is the Wind(1966) High Priestess of Soul(1967) Professional ratingsReview scoresSourceRatingAllmusic[1]Pitchfork9.5/10[2] Wild Is the Wind is the sixth studio album by American singer and pianist Nina Simone released by ...

    Pemakaman Utama ŽaleCentralno pokopališče ŽaleSenja di ŽaleDetailsDidirikan1906LokasiBežigrad, LjubljanaNegaraSloveniaPemilikPerusahaan Negeri ŽaleLuas375,000 meter persegi (0,092665 ekar)Jml. pemakaman150,000 Pemakaman Pusat Žale (bahasa Slovenia: Centralno pokopališče Žale), sering kali disingkat Žale, adalah pemakaman utama dan terbesar di Ljubljana dan Slovenia. Pemakaman tersebut berada di Distrik Bežigrad dan dioperasikan oleh Perusahaan Negeri Žale. Pranala luar Wikim...

     

     

    Оксид ртуті(II) Систематична назва Меркурій(II) оксид Інші назви монооксид ртуті Ідентифікатори Номер CAS 21908-53-2Номер EINECS 244-654-7KEGG C18670ChEBI 81882RTECS OW8750000SMILES O=[Hg][1]InChI InChI=1S/Hg.O Властивості Молярна маса 216,59 г/моль Зовнішній вигляд червоні або жовті кристали Густина 11,14 г/см³[2] ...

     

     

    Strategi Solo vs Squad di Free Fire: Cara Menang Mudah!