Santo Paus Linus († sekitar tahun 76 M) adalah Paus kedua dalam tradisi Gereja Katolik Roma setelah Rasul Petrus. Menurut tradisi gerejawi, Linus melayani sebagai pemimpin komunitas Kristen di Roma dari tahun 67 M hingga kematiannya sekitar tahun 76 M. Namanya disebutkan dalam Surat Paulus kepada jemaat di Roma (Roma 16:13), meskipun hubungannya dengan jabatan kepemimpinan gerejawi muncul lebih jelas dalam tulisan-tulisan Kristen abad kedua.
Kehidupan Awal dan Panggilan Iman
Linus lahir di Volterra, sebuah kota di wilayah Etruria (sekarang Italia modern), dari keluarga Kristen awal. Menurut tradisi, ia adalah seorang pemuda yang taat dan dikenal karena kebijaksanaan serta kesetiaannya kepada ajaran Kristus. Setelah mendengar khotbah Rasul Petrus di Roma, Linus diyakini menyerahkan hidupnya untuk mengikuti Kristus, menerima baptisan, dan menjadi murid yang setia dalam pelayanan gereja.
Penunjukan Sebagai Paus
Setelah Rasul Petrus wafat sebagai martir pada tahun 67 M, Linus dipilih untuk melanjutkan tugas gembala sebagai Uskup Roma. Pilihannya sebagai penerus Petrus dianggap sebagai hasil konsensus jemaat Kristen Roma, dengan persetujuan para pemimpin lainnya. Sebagai penerus Rasul Petrus, Linus bertanggung jawab atas kepemimpinan rohani dan administratif Gereja, memastikan ajaran Kristus terus diberitakan di tengah-tengah ancaman penganiayaan Kekaisaran Romawi.
Pelayanan dan Warisan
Selama masa kepemimpinannya, Linus dikenal karena keteguhannya dalam menjaga kesatuan jemaat dan kemurnian ajaran. Tradisi menyebutkan bahwa Linus mengeluarkan peraturan gereja pertama yang melarang perempuan memasuki rumah ibadah tanpa penutup kepala, suatu kebiasaan yang mencerminkan adat-istiadat Yahudi dan pengajaran Rasul Paulus (1 Korintus 11:5–6).
Linus juga memerintahkan pengorganisasian lebih lanjut struktur gereja di Roma, termasuk menunjuk presbiter dan diakon untuk mendukung pelaksanaan pelayanan sakramen dan pengajaran firman Tuhan.
Penganiayaan dan Martir
Kepemimpinan Linus berlangsung pada masa pemerintahan Kaisar Nero dan Vespasianus, ketika umat Kristen sering menjadi sasaran penganiayaan. Beberapa sumber menyebut Linus wafat sebagai martir, meskipun rincian tentang kematiannya tidak sepenuhnya jelas. Ia dimakamkan di dekat makam Rasul Petrus di Bukit Vatikan, menandakan penghormatan tinggi terhadap jasa-jasanya bagi Gereja.
Kesaksian Tradisi Gereja
Kesaksian mengenai Linus dapat ditemukan dalam tulisan-tulisan Bapa Gereja awal, termasuk "Daftar Paus" yang dicatat oleh Santo Ireneus dari Lyon († sekitar tahun 202 M). Ireneus dengan tegas menyebut Linus sebagai penerus Rasul Petrus, menegaskan peran pentingnya dalam kesinambungan apostolik Gereja. Eusebius dari Kaisarea dalam Sejarah Gereja juga menyebut Linus sebagai Paus kedua.
Linus turut disebutkan dalam Kanon Misa Romawi (Doa Syukur Agung), menegaskan penghormatan gereja terhadap kepemimpinannya.
Hari Peringatan
Gereja Katolik memperingati Santo Linus pada tanggal 23 September. Ia dihormati sebagai seorang pemimpin yang teguh dan martir iman, memberikan teladan tentang ketaatan kepada Kristus di tengah tantangan dan penganiayaan.
Pengaruh dan Signifikansi
Sebagai Paus kedua, Linus memainkan peran penting dalam membentuk dasar kepemimpinan apostolik yang berlanjut hingga saat ini. Keteladanan hidupnya memberikan inspirasi kepada umat Kristen untuk tetap teguh dalam iman di tengah kesulitan, sementara peranannya dalam tradisi Gereja menegaskan kesinambungan yang tak terputus dari kepemimpinan Gereja sejak masa para rasul.
Catatan
Tradisi tentang Linus berasal dari berbagai sumber awal, termasuk tulisan-tulisan Bapa Gereja dan dokumen sejarah gereja. Namun, beberapa rincian, terutama terkait kematiannya, masih menjadi bahan diskusi di kalangan sejarawan.