Catatan: Dalam sumber-sumber sebelum tahun 1960an, Paus ini kadang-kadang disebut Stefanus VII dan Paus Stefanus V disebut Stefanus VI. Lihat artikel Paus Stefanus untuk keterangan lebih lanjut.
Ia diangkat sebagai UskupAnagni oleh Paus Formosus. Keadaan pada saat pemilihannya tidak jelas, tetapi ia tampaknya disokong oleh keluarga Spoleto, salah satu keluarga Roma yang berkuasa, dalam perebutan tahta kepausan pada masa itu.
Kehidupan
Stefanus terutama dikenal dalam hal perlakuannya terhadap jenazah Paus Formosus, salah satu Paus pendahulunya. Di bawah tekanan dari kelompok Spoleto, jenazah Formosus yang telah membusuk digali kembali dari kuburannya dan diadili dalam sebuah sinode yang disebut Sinode Jenazah (atau Synodus Horrenda), pada Januari897.[1]
Dengan jenazah disandarkan di atas sebuah tahta, seorang diakon ditunjuk untuk menjawab bagi sang Paus yang telah meninggal, yang dipersalahkan karena melakukan fungsi sebagai uskup ketika ia sedang diberhentikan dan karena menerima tahta kepausan pada waktu ia masih menjabat Uskup Porto. Kedua hal ini hanya beberapa di antara tuduhan-tuduhan yang telah menumpuk melawan Formosus dalam perselisihannya dengan Yohanes VIII. Mayat itu dinyatakan bersalah, ditelanjangi dari jubah sucinya, dipotong tiga jari dari tangan kanannya, dipakaikan pakaian awam, dan segera dikubur kembali. Jenazah ini kemudian digali kembali dan dilemparkan ke sungai Tiber. Seluruh penahbisan yang dilakukan oleh Formosus dianulir.
Pengadilan ini mengakibatkan kegemparan yang luar biasa. Walaupun penghasut pengadilan itu kemungkinan adalah musuh dari Formosus, Lambert dari Spoleto dan ibunya, Ageltruda, skandal tersebut diakhiri dengan pemenjaraan Stefanus yang kemudian dihukum mati dengan cara dicekik pada musim panas tahun yang sama.[2]
Referensi
^Cummings, Joseph: "History's Great Untold Stories", page 14. National Geographic, 2006.