Seorang anggota keluarga kerajaan Jawa, ia lahir di Surakarta, Jawa Tengah dan dibesarkan di istana Kasunanan Surakarta. Ia belajar tentang jamu dan kosmetik tradisional Jawa dari neneknya; pengetahuan tradisional yang dilestarikan oleh keluarga kerajaan dianggap lebih unggul dibandingkan pengetahuan yang diketahui oleh masyarakat awam.[10] Soedibyo memperoleh gelar sarjana sastra Inggris dari Universitas Terbuka, gelar magister sastra Inggris dari Universitas Sebelas Maret, dan gelar doktor dalam bidang manajemen strategis dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (2004–2007).[11][12]
Cucu Sri Susuhunan Pakoe Boewono XKeraton Surakarta ini terkenal dengan segala hal yang berkaitan dengan kecantikan, jamu tradisional, dan lingkungan keraton. Sejak usia 3 tahun ia tinggal di Keraton Surakarta yang dikenal sebagai sumber kebudayaan Jawa. Di keraton itu, ia mendapat pendidikan secara tradisional yang menekankan pada tata krama, seni tari klasik, kerawitan, membatik, ngadi saliro ngadi busono, mengenal tumbuh-tumbuhan berkhasiat, meramu jamu, dan kosmetika tradisional dari bahan alami, bahasa sastra Jawa, tembang dengan langgam mocopat, aksara Jawa Kuno, dan bidang seni lainnya.[13] Pada tahun 1956, ia menikah dengan Soedibyo Purbo Hadiningrat.[10] Setelah menikah, Mooryati meninggalkan kehidupan keraton. Namun ia tetap menerapkan ilmu yang telah didapatnya sejak belia, khususnya hobi minum jamu. Selain untuk dikonsumsi sendiri, Mooryati sering membagikan jamu racikannya kepada teman-temannya. Lambat laun, ia sering mendapat pesanan jamu saat ada temannya yang hendak menikah, melahirkan, atau sedang sakit.
Tahun 1973, ramuan resep Keraton Surakarta tersebut akhirnya dikembangkannya sebagai usaha. Dimulai dengan membuka gerai di garasi rumahnya, bisnisnya terus berkembang menjadi besar. Produknya mulai diekspor ke kurang lebih 20 negara, diantaranya Rusia, Belanda, Jepang, Afrika Selatan, Timur Tengah, Malaysia dan Brunei.[13] Produknya juga berkembang menjadi 800 buah produk, mulai dari balita, umum, super, dan premium.[14] Diawali dengan produk untuk orang tua sampai dengan remaja puterinya.
Mooryati Soedibyo mendirikan perusahaan kosmetik Mustika Ratu pada tahun 1975.[15] Perusahaan juga mengoperasikan resor spa miliknya sendiri yang diberi nama Taman Sari Royal Heritage Spa.[10] Pada tahun 2002, ia dinobatkan sebagai Entrepreneur of the Year oleh Ernst & Young Indonesia.[11]
Tahun 1992 ia meluncurkan ajang Puteri Indonesia, yang dikembangkannya setelah menyaksikan acara Miss Universe di Bangkok pada bulan Mei 1992. Mooryati yang sering berkunjung ke luar negeri untuk mengadakan seminar, pameran mau pun sendiri mulai ingin membuat ajang Puteri Indonesia. Dari sini timbul keinginannya untuk membuat wanita Indonesia percaya diri tampil di dunia internasional. Hal ini sebelumnya telah dipelopori oleh Andi Nurhayati yang semenjak tahun 70-an hingga 80-an awal menjadi pemegang franchise pengiriman Miss-miss-an kelas internasional, begitu pula nama majalah Femina yang sudah bertahun-tahun sebelumnya menyelenggarakan pemilihan Putri Remaja Indonesia, yang menghasilkan gadis-gadis paling enerjik, cerdas dan modern se Indonesia. Mooryati berupaya menggabungkan kesemua itu dalam ajang Pemilihan Puteri Indonesia (PPI/PI).
Lalu ia mengeluarkan ide tersebut ke Badan Pengembangan Ekspor Nasional, dan disetujui. Mooryati akhirnya membentuk Yayasan Puteri Indonesia dan menjadi Ketua Umum. Tapi ajang Pemilihan Puteri Indonesia tak sepenuhnya disetujui masyarakat. Bahkan menjadi polemik sampai sekarang. Mooryati sendiri telah berhasil mengadakan ajang Pemilihan Puteri Indonesia sampai yang ke 27 kalinya. Penyelenggaraannya pernah vakum selama 3 tahun (1997, 1998, 1999) karena krisis moneter, pada tahun 2012 karena penundaan jadwal kontes Miss Universe, dan pada tahun 2021 karena pandemi COVID-19.
Pada tahun 2016, ia menerbitkan otobiografi Menerobos Tradisi Memasuki Dunia Baru, The Untold Story.[18]
Sejak terjadi Pandemi COVID-19 pada 2020, Mooryati mulai jarang tampil di hadapan publik karena usianya yang sudah lanjut dan rentan terhadap penyakit. Ia mewariskan kepemimpinan Mustika Ratu dan Yayasan Puteri Indonesia kepada putrinya, Putri Kuswisnu Wardani.