Bahasa Proto-Indo-Eropa (disingkat PIE) adalah rekonstruksi bahasa dari leluhur rumpun bahasa Indo-Eropa, rumpun bahasa yang paling banyak dituturkan di dunia. Terdapat jauh lebih banyak upaya untuk merekonstruksi bahasa Proto-Indo-Eropa daripada proto-bahasa lainnya, dan sejauh ini bahasa ini merupakan proto-bahasa yang paling banyak diteliti. Sebagian besar upaya penelitian bahasa pada abad ke-19 dicurahkan kepada rekonstruksi bahasa Proto-Indo-Eropa atau proto-bahasa keturunannya, seperti bahasa Proto-Jermanik, dan teknik-teknik rekonstruksi bahasa modern (seperti metode komparatif) dikembangkan pada masa ini. Informasi mengenai bahasa ini hanya diperoleh dari metode-metode tersebut karena bahasa ini tidak pernah dituliskan.
Bahasa Proto-Indo-Eropa kemungkinan dituturkan sebagai suatu bahasa tersendiri dari tahun 4.500 SM hingga 2.500 SM[1] pada masa Neolitikum. Menurut hipotesis Kurgan, tanah air orang Proto-Indo-Eropa kemungkinan terletak di stepa Pontus-Kaspia di Eropa Timur. Rekonstruksi bahasa Proto-Indo-Eropa juga telah menyingkap budaya dan agama penuturnya.[2] Setelah terjadinya peristiwa migrasi Indo-Eropa, penutur-penutur Proto-Indo-Eropa tersebar di berbagai wilayah dan dialek-dialek yang dituturkan oleh kelompok-kelompok yang berbeda mulai berubah menjadi bahasa tersendiri akibat terjadinya perubahan hukum suara dan morfologi.
Cabang yang sudah punah, tetapi diketahui keberadaannya dari manuskrip-manuskrip yang ditemukan di Tiongkok barat laut dan berasal dari abad ke-6 hingga ke-8
Nenek moyang rumpun bahasa Keltik. Bahasa-bahasa ini pernah dituturkan di daratan Eropa, tetapi bahasa Keltik modern kini hanya terbatas di ujung barat laut Eropa
^Bouckaert, Remco; Lemey, P.; Dunn, M.; Greenhill, S. J.; Alekseyenko, A. V.; Drummond, A. J.; Gray, R. D.; Suchard, M. A.; et al. (24 August 2012), "Mapping the Origins and Expansion of the Indo-European Language Family", Science, 337 (6097): 957–960, Bibcode:2012Sci...337..957B, doi:10.1126/science.1219669, PMC4112997, PMID22923579