Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Air Mata Iboe

Air Mata Iboe
Iklan hitam putih
Iklan koran, Surabaya
SutradaraNjoo Cheong Seng
ProduserFred Young
SkenarioNjoo Cheong Seng
Pemeran
Penata musikR. Koesbini
Perusahaan
produksi
Majestic Film Company
Tanggal rilis
  • 24 Desember 1941 (1941-12-24) (Hindia Belanda)
NegaraHindia Belanda
BahasaIndonesia

Air Mata Iboe adalah film Hindia Belanda (sekarang Indonesia) yang disutradarai dan ditulis Njoo Cheong Seng.[1] Ini adalah film terakhir yang diproduksi Majestic Film Company milik Fred Young.[2] Dibintangi oleh Fifi Young, Rd Ismail, A. Sarosa, Ali Yugo dan Soerip, film ini mengisahkan seorang ibu yang membesarkan anaknya tetapi dikhianati oleh putra tertuanya.[1] Film ini banyak menggunakan musik keroncong.[1] Air Mata Iboe, saat ini diduga hilang,[3] dirilis pada bulan Desember 1941.[1] Beberapa sumber melaporkan film ini rampung pada masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942–1945) oleh Tan Tjoei Hock.[4][5] Film ini dibuat ulang dengan judul yang sama pada tahun 1957.[6]

Alur

Sugiati (Fifi Young) adalah ibu empat anak, tiga laki-laki (Achmad Rd. Ismail, Idris S. Poniman, Sumadi A. Sarosa) dan satu perempuan bernama Supinah (Sulami). Ia mencintai semuanya, tetapi Sumadi mendapat perhatian lebih karena ia tidak terlalu diperhatikan ayahnya, Subagio (Ali Yugo). Tanpa sepengetahuan keluarganya, Subagio menjalani hidup sebagai perampok dan setelah ditangkap, Sumadi menyatakan dirinya sebagai pelaku dan diasingkan. Dengan rasa bersalah, Subagio jatuh sakit dan meninggal dunia sehingga Sugiati harus bertahan hidup sendirian. Anak-anaknya yang kaya, Achmad dan Idris, menolak mengurusnya. Putrinya, Supinah, mau mengurusnya tetapi dirinya sendiri terlalu miskin. Akibatnya, Sugiati harus mencari tempat tinggal dan bergantung pada belas kasih orang lain. Setelah pulang dari pengasingan, Sumadi membalas dendam terhadap saudara-saudaranya.[1]

Produksi

Majestic Film Company asal Malang mengumumkan Air Mata Iboe pada Juni 1941 bersama dua film lain, Boedi Terbenam dan Bachtera Karam.[2][a] Produksi langsung dimulai setelah itu.[2] Film ini disutradarai dan ditulis Njoo Cheong Seng dengan nama pena M. d'Amour dan diproduseri Fred Young, pemilik Majestic.[8] Film ini dibintangi istri Njoo, Fifi Young (tidak ada hubungan dengan Fred), Rd. Ismail, A. Sarosa, dan Ali Yugo.[1] Njoo sebelumnya menyutradarai Djantoeng Hati (1941) yang juga berakhir tragis. Akan tetapi, ini adalah film pertama yang dibintangi istrinya di Majestic; ia sakit saat syuting film sebelumnya. Dibantu penata rias, Young memerankan Sugiati muda dan tua.[4]

Film hitam putih ini disertai sebelas lagu keroncong yang digubah pengarah musik R. Koesbini.[1] Lima pemeran film ini adalah penyanyi keroncong yang cukup terkenal, Soerip, Titing, Soelami, Ning Nong, dan Poniman.[8][9][10]

Produksi Air Mata Iboe dimulai pada tahun 1941 dan menghabiskan anggaran besar.[10] Berdasarkan kesaksian sutradara Tan Tjoei Hock, Air Mata Iboe masih belum rampung saat pendudukan Jepang dimulai pada awal 1942.[11] Pendudukan tersebut berujung pada penutupan nyaris semua studio film di Hindia Belanda.[11] Njoo sudah mendirikan grup teaternya sesaat setelah pendudukan dimulai dan didukung Fred dan Fifi Young.[11] Menurutnya, Tan menyelesaikan film ini antara tahun 1942 dan 1945.[4][5] Sejumlah iklan dan ulasan yang diterbitkan di berbagai koran Surabaya mencantumkan bulan Desember 1941.[11][12]

Rilis dan tanggapan

A black-and-white image of a young woman reading a letter to an older one
Sulami dan Fifi Young dalam sebuah adegan film.

Air Mata Iboe tayang perdana di Sampoerna Theater, Surabaya, pada tanggal 24 Desember 1941.[11] Film ini juga diiklankan dengan judul Belanda Tranen Eener Moeder, sebagai "ekstravaganza musikal".[11][b][11] Sebuah ulasan anonim di Soerabaijasch Handelsblad mencatat banyaknya penggunaan musik keroncong dan memuji akting dan pembawaan lagu oleh aktor-aktornya.[11] Ulasan tersebut juga memperkirakan banyak penonton pribumi yang mau menonton film ini.[12]

Air Mata Iboe adalah film terakhir yang dibuat Majestic Film Company, yang kemudian ditutup pasca-pendudukan Jepang.[4] Versi daur ulangnya yang disutradarai Fred Young dibuat tahun 1957 setelah Indonesia merdeka.[6] Fifi Young kembali berperan sebagai Sugiati, sedangkan Rd. Ismail sebagai Subagio. Para pemeran di film daur ulang ini tidak terlibat dalam film aslinya.[6]

Film ini diduga telah hilang.[3] Antropolog visual Amerika Serikat Karl G. Heider menulis bahwa semua film Indonesia yang dibuat sebelum 1950 tidak diketahui lagi keberadaan salinannya.[3] Akan tetapi, Katalog Film Indonesia yang disusun J.B. Kristanto menyebutkan beberapa film masih disimpan di Sinematek Indonesia dan Misbach Yusa Biran menulis bahwa sejumlah film propaganda Jepang masih ada di Dinas Informasi Pemerintah Belanda.[13]

Catatan kaki

  1. ^ Misbach Yusa Biran tidak menyebut dua judul terakhir ini di daftar film Hindia Belanda-nya. Film-film tersebut mungkin tidak pernah selesai dibuat.[7]
  2. ^ Teks asli: "muzikale extravaganza"

Referensi

Daftar pustaka

Baca informasi lainnya yang berhubungan dengan : Air Mata Iboe

Air Kelangkaan air Siklus air Penyediaan air Air Terjun Melanggar Mata air panas Air terjun Air botol Air minum Air bersih Kesadahan air Adam Air Air Canada Konservasi air Warna air Alliance Air Air leding Taksi air EVA Air Air semiberat Air Algérie Air payau Swaionisasi air Wings Air Air Terjun Sanginan Sriwijaya Air Koto Di Air, Air Hangat, Kerinci Air Terjun Sedudo Air soda Air Kubang, Air Naningan, Tanggamus Air Naningan, Air Naningan, Tanggamus Intrusi air asin Air Terjun Cikahuripan Air terjun Gavarnie Air Dikit, Air Dikit, Mukomuko Shaheen Air Wamos Air Air tanah NAM Air Aktivitas air …

Batavia Air Manajemen sumber daya air Hessa Air Genting, Air Batu, Asahan Air terjun Iguazu Pelita Air Penjernihan air Air Guinée Air Periukan, Air Periukan, Seluma Air terjun Jog Air Terjun Tegenungan Air Tahiti Air Terjun Rhein Air Joman, Air Joman, Asahan Batik Air Malaysia Air Tenang, Air Hangat, Kerinci Air terjun Sikarim Air api Korean Air Air bah (Nuh) Air Japan Air Terjun Sipisopiso Pemandian Air Soda Tarutung Air Terjun Gitgit Air Transat Air Genting, Air Batu, Asahan Privatisasi air di Jakarta Air terjun Victoria Air laut Batik Air Air Comet Air mancur Perairan Air Botswana Air Hidup (Kristen) Berjaya Air Air ketuban Daftar air terjun di Sumatra Deraya Air Jin Air Air Terjun Hogenakkal Air Buaya, Buru Air Terjun Tirto Kemanten Lion Air Air Kasaï Air Terjun Nglumprit Air terjun Cikaso Ekosistem perairan Air Méditerranée Air Nostrum Air Bulan Air Terjun Srambang Daftar olahraga air Pompa air UNI Air Ada Air Air terjun Riam Merasap Air Hamburg Air Arabia Air terjun Tumbu Air Terjun Bentuang Iran Air Air terjun Balangdaras Air Hangat, Air Hangat Timur, Kerinci Air Terjun Bedawan Air Vietnam Air terjun Jami Wizz Air Air Joman Baru, Air Joman, Asahan Transportasi air Baru A

Kembali kehalaman sebelumnya