Prasasti Hujung Langit adalah sebuah prasasti batu dari masa kedatuan Sriwijaya yang ditemukan di Dusun Harakuning Jaya, Pekon (desa) Hanakau, Kecamatan Sukau, Kabupaten Lampung Barat. Diduga bahwa isi prasasti ini adalah mengenai penetapan sebidang tanah di Hujung Langit sebagai sima oleh Pungku Haji Yuwarajya Sri Haridewa, untuk dipergunakan membiayai pemeliharaan suatu bangunan suci.[1][2]:21
Deskripsi prasasti
Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu alam yang mengerucut, berukuran tinggi 162 cm dan lebar 60 cm.[1] Sisi batu yang bertulisan cukup rata, dan (pada tahun 1954) menghadap ke arah timur. Teksnya terdiri atas 18 baris, dengan baris terakhir tidak lengkap, dan sekitar 15 cm di atasnya, terdapat gambar belati berbilah lebar, yang ujungnya menghadap ke arah kanan.[3]:280-282, Fig 17
Prasasti ditemukan pertama kali oleh petugas Dinas Topografi Hindia Belanda, dan laporannya dimuat dalam Jaarverslag van den Topografischen Dienst (laporan tahunan Dinas Topografi) tahun 1912 (pada hlm. 104, Lembar XXII, dan Gambar 2). Batu prasasti ini, pada saat pemeriksaan tahun 1954, berdiri di atas gundukan kecil di ruang terbuka dan dikelilingi pepohonan besar, khususnya pohon nangka. Di sekelilingnya terdapat sejumlah potongan batu yang menandakan bahwa pernah ada sebuah monumen di lokasi ini.[3]:280, Note 3 Sekarang batu prasasti ini telah dipagari dan dibangunkan semacam cungkup untuk melindunginya dari panas dan hujan.[4]:50,[2]:22
Tulisan dan pertanggalan
Kondisi tulisan pada Prasasti Hujung Langit telah sangat aus.[1] Meskipun demikian, dari sebagian huruf-huruf yang masih terbaca dapat diketahui bahwa prasasti tersebut ditulis dalam aksara Jawa Kuna dan dalam bahasa Melayu Kuna. Pakar epigrafi, Louis-Charles Damais menyimpulkan penggunaan bahasa Melayu ini dari adanya kata-kata "sa-hutan" (pada baris ke-4), yang tidak biasa (pengganti 'hutan', dalam bahasa Jawa umumnya digunakan kata alas), dan partikel lokatif "di" (pada baris ke-12, dengan arti "di dalam", "di") yang tidak mungkin digunakan dalam bahasa Jawa Kuna.[3]:283 Selanjutnya, berdasarkan bentuk huruf-huruf yang digunakan (paleografi) serta melalui perhitungan yang rumit, Damais menetapkan bahwa prasasti tersebut berasal dari tahun 919 Saka (997 M).[3]:288
Teks prasasti alih aksara
Alih aksara dari teks Prasasti Hujung Langit, adalah sbb.:[2]:23
swasti śri sakāla warsatita 919;
margasara masa tithi nawami suklapaksa wā wa;
śu wara wuku kunińan. ni tātkālaŋu marku hu;
juŋlańit) barkenan) sahutan). satanah;
wulan °ahuji kâmarukĕ-sakalulihut
badan). sakamatyan. sātukidupan). salaku saja
-- -- mabuŋbuŋ. manatkala puŋku haji yowa rajya śrī haridewa
juru rědap) juru -- --mwaŋlan juru paja
bat) dummak). panīńhatukh agata. barpuji -- --
juru ńatalan). Nana wihāra samgat) juru.
pajak) pramukhānahan) ni buñcaŋ pajak) markunań .... .
-- -- han. wayan di hujuŋlańit -- -- ha - la parka -- --
Penelitian-penelitian yang lebih lanjut mengungkapkan bahwa Prasasti Hujung Langit kemungkinan merupakan bagian dari suatu bangunan suci kuno, yang terletak pada suatu dataran yang dikelilingi oleh parit dan rawa-rawa sungai purba. Pada bagian lain dari dataran tersebut telah ditemukan adanya tinggalan-tinggalan megalitik, seperti arca-arca megalitik, batu datar, serta batu bergores.[1][2]:29
Di samping itu, pada area yang lebih luas telah pula ditemukan kepingan-kepingan tembikar (kereweng) dan keramik, yang menandakan bahwa situs ini juga menjadi lokasi dari suatu permukiman kuno.[5]:216
^Saptono, N., E. Widyastuti, N. Laili, & M. Qadarsih. (2014). Khasanah Budaya Lampung. Serang: Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang.
^Rusyanti. (2013). "Tembikar-tembikar di Situs Hujung Langit, Lampung Barat". Purbawidya, vol. 2(2): 206-217 (November 2013). (Salinan pada ResearchGate).