Gereja Katolik Santa Perawan Maria di Fatima, Sragen adalah gerejaparoki yang berdiri di Kabupaten Sragen sejak tahun 1969, dan menjadi salah satu karya arsitektur dari Romo Y. B. Mangunwijaya. Bangunan gereja awal berupa 1 bangunan utama dengan bentuk limasan tunggal, dan 1 bangunan pastoran. Hampir 50 tahun kemudian, sebagai hadiah yubileum emas dan atas persetujuan Romo Mangun, dibangun bangunan gereja limasan ganda, dengan perluasan secara mirroring.
Pada September 2022, saat Misa penerimaan sakramen krisma sekaligus perayaan ulang tahun gereja ke-65, telah diresmikan 2 gedung baru, oleh Uskup Agung Semarang, Mgr. Robertus Rubiyatmoko, yang merupakan gedung aula dan pastoran baru. Menara lonceng diresmikan tepat 2 tahun kemudian di bulan dan misa untuk perayaan yang sama.[1]
Kekatolikan di Sragen dimulai dengan berdirinya Sekolah Dasar Kanisius di desa Jetak yang menumpang di rumah Demang Sontomejo dengan guru R. Sumardji kemudian R.Soewandi, dan R.P. Soewardi. Selain sebagai guru mereka juga diberi kuasa menjadi guru agama Katolik oleh Rm. CJJ. Versteeg SJ. karena ada kejadian dimana R.P. Soewardi dicurigai mengajarkan perlawanan terhadap pemerintah Hindia Belanda. Hasil pelajaran agama ditandai dengan dipermandikan dua pemuda asal Sragen di Purbayan pada tgl 24 Desember 1933.
Sejak tahun 1930 sudah ada misa untuk orang-orang Belanda dan Tionghoa, tahun 1937 diadakan misa sekali sekali di Sekolah Dasar Kanisius Jetak, kemudian dihentikan dengan masuknya jepang pada 1942. Hingga tahun 1948 hanya ada sekitar 30 orang Katolik di sekitar Sragen, termasuk di dalamnya beberapa orang Belanda-Katolik.[1]
Gedung SD Kanisius Jetak yang sejak awal perkembangan umat Katolik di Sragen digunakan untuk tempat penyelenggaraan misa, telah ditutup tahun 1949 oleh pemerintah dan dijadikan satu menjadi Sekolah Rakyat. Maka perlu diusahakan tempat lain, sekalipun tidak permanen (selalu berpindah-pindah). Dengan semakin stabilnya situasi politik, kehidupan keagamaan pun kembali menjadi normal dan lebih bergairah, sehingga memungkinkan dilakukannya usaha-usaha baru untuk lebih memperkembangkannnya.[2]
Geliat menjadi Katolik terasa lagi dengan berdirinya SGB di Beloran yang diperkrasai guru-guru Katolik. Pada Tahun 1951, 8 siswa SGB dipermandikan di Purbayan pada tahun 1953. Tahun 1954 ada 7 orang dipermandikan, tahun 1955 ada 3 orang dipermandikan.[1]
Titik Awal Lahirnya Paroki Sragen
Salah satu usaha yang sangat berhasil dan besar jasanya terhadap perkembangan umat Katolik adalah didirikannya Yayasan Saverius Sragen yang berdiri tahun 1955 dengan akte Notaris No. 30. 26-9-1955, atas perjuangan gigih dari sekelompok tokoh awam Katolik. Perjuangan mereka terbukti tak hanya dari usaha membebaskan sebidang tanah milik Yayasan PGPM (Pengurus Gereja Papa Miskin) yang diduduki orang lain, tetapi juga dari tekad mereka merintis berdirinya sebuah sekolah lanjutan pertama di lokasi tersebut dengan dukungan Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ yang kemudian mengasuh dan mengelolanya sendiri.
Berdirinya gedung sekolah tersebut merupakan peristiwa yang dapat dikualifikasikan sebagai salah satu tonggak sejarah Gereja Katolik di Sragen, karena mulai saat itu semua kegiatan keagamaan terpusat di gedung tersebut. Hal itu dimungkinkan karena dwi-fungsi bangunan, pada hari-hari biasa untuk sekolah dan hari Minggu sebagai Kapel untuk Misa. Dengan demikian, para imam yang berkarya di Sragen tak hanya lewat dan mampir seperti dulu, tapi sudah dapat menginap lebih lama. Pembinaan iman pun semakin intensif. Dengan pusat di SMP Saverius, para imam dapat meningkatkan frekuensi kunjungan pastoral mereka ke luar kota, sehingga di beberapa kecamatan sudah dapat diadakan misa secara rutin. Perkembangan yang menggembirakan ini terus dapat ditingkatkan sehingga mendorong timbulnya basis-basis baru di kemudian hari.
Rm. Wakkers, SJ berkarya di paroki tersebut sampai tahun 1961. Meskipun sebelum tahun 1960, beliau sering berkunjung ke Sragen dalam tugas pelayanan iman, namun baru pada tahun 1960 ia bertugas penuh di Sragen. Sekalipun singkat, namun kehadiran serta pengabdiannya meninggalkan kesan yang sangat mendalam di hati umat Katolik Sragen. Suatu kebanggaan juga bagi umat Katolik Sragen bahwa Rm. Y. Darmoyuwana, Pr yang pernah berkarya di Sragen (antara tahun 1956-1957), diangkat menjadi Kardinal pertama di Indonesia. Beliau ditempatkan di paroki Purbayan, Solo sejak Oktober 1955 dan bertugas untuk melayani sejumlah stasi di paroki tersebut, termasuk Sragen.
Masa 1960-an
Kerjasama yang dijalin dengan para pemimpin stasi ternyata telah meletakkan dasar bagi perkembangan umat Katolik yang berdikari, seperti yang tercatat di sepanjang sejarah umat Katolik di Sragen. Satu hal yang tidak dapat dikesampingkan ialah kerjasama antara Rm. Y. Darmayuwana dengan para pengurus Yayasan Saverius dalam mengusahakan bantuan dari Vikariat Semarang (sekarang Keuskupan AgungSemarang) untuk perluasan gedung SMP Saverius. Berkat kerjasama, pengorbanan dan keteladanan kedua belah pihak, proses ekstensifikasi maupun intensifikasi iman menjadi semakin pesat, sehingga mempercepat pula proses pengangkatan stasi Sragen menjadi paroki dalam waktu yang relatif singkat. (Ini terjadi pada tahun 1965)
Pada tahun 1961, lahirlah sebuah paroki di Solo, yaitu Paroki Purbowadayan. Semenjak itulah segala urusan stasi Sragen dialihkan ke paroki tersebut. Romo pertama yang ditugaskan di Purbowadayan adalah Rm. Kiswono, Pr dengan jadwal kegiatan setengah minggu di Purbowadayan dan setengah minggu di Sragen.
Memang benar, bahwa buku-buku paroki sudah dimiliki sendiri sejak tahun 1961, karena pada bulan Juli 1961 Sragen mulai mengadakan permandian sendiri yang pertama. Namun demikian, peristiwa tersebut belum cukup untuk menyatakan bahwa Sragen telah menjadi paroki. Peristiwa yang dapat diambil sebagai patokan pengangkatan Sragen menjadi paroki ialah peristiwa mulai menetapnya Romo Kiswono di Sragen pada tahun 1965 sebagai Romo paroki penuh, hingga ditemukannya bukti otentik bahwa tanggal 2 September 1957 didirikan Yayasan PGPM Paroki Santa Perawan Maria di Fatima Sragen dengan Ketua Rm. Yustinus Darmoyuwana, Pr.[1][2]
Sejak Romo Kiswono ditunjuk untuk mengurus stasi Sragen tahun 1961, sedikit demi sedikit embrio dari Dewan Paroki dibentuk pada tahun 1963. Seiring dengan itu beberapa kring dan stasi mulai mencari bentuknya, di samping yang sudah ada. Dalam pembangunan fisik, material untuk pembangunan gereja sedikit-demi sedikit mulai dikumpulkan. Seiring dengan itu pula, untuk lebih merangsang serta menggalakkan kehidupan agama dalam rangka intensifikasi, dua macam gerakan awam diperkenalkan di Sragen, yaitu: ALMA (Asosiasi Lembaga Misionaris Awam) dan LEGIOMARIA. Sementara itu kerasulan melalui bidang profesi pun terus digalakkan, terutama melalui pendidikan (SMP Saverius dan SGB) dengan hasil yang makin menggembirakan. Hanya saja, umat belum puas, karena belum mempunyai tempat peribadatan khusus/gereja.
Untuk mewujudkan impian itu dan mengingat perkembangan umat serta gedung SMP Saverius yang sudah tidak memadai untuk menampung kegiatan ibadat, umat Katolik mulai mengerahkan segala kemampuannya. Panitia pembangunan gereja yang diketuai oleh Rm. CS. Soerjosubroto, Pr yang menggantikan Romo Kiswono pada pertengahan Juli 1968, mulai melaksanakan pembangunan gereja pada bulan Desember 1968. Arsiteknya adalah Rm. Y.B. Mangun Wijaya, Pr, seorang arsitek muda lulusan Jerman dengan dibantu Bruder Karto.
Dalam waktu ± 1 tahun pembangunan Gereja telah rampung, berkat partisipasi dan kerjasama seluruh umat. Satu bangunan yang indah, berbentuk joglo, megah, bermotif khas Jawa. Begitu khasnya sehingga gambarnya dimuat dalam buku SEJARAH GEREJA KATOLIK DI INDONESIA (Jilid IV, hal 196) sebagai salah satu contoh inkulturasi seni bangunan, sebagaimana dikehendaki oleh Konsili Vatikan II tahun 1965 (Ad Gentes, 22).
Bulan Agustus 1969 pembangunan gereja selesai dan dalam suasana penuh khidmat dan meriah diberkati oleh Romo Kardinal Yustinus Darmoyuwono, Pr dengan nama pelindung Santa Maria Fatima, sehingga pusat keagamaan bisa mandiri.
Untuk menilai tentang semua hasil yang telah dicapai, tiada kesan yang lebih mengena seperti yang dikemukakan oleh Duta Besar Vatikan sendiri, ketika mengadakan kunjungan ke paroki Sragen pada tahun 1973. Dalam kunjungan tersebut ia mengemukakan kesannya, bahwa ‘Gereja Sragen sudah kena hembusan angin Konsili Vatikan II dan sudah berjalan di atas rel Konsili Vatikan II.’
Berdasarkan data yang ada, jumlah pembabtisan yang paling banyak antara 1969-1970 dan tahun 1970 mencapai 550 orang. Tantangan situasi sesudah G 30 S / PKI dan anjuran pemerintah supaya semua orang memeluk salah satu agama yang diakui oleh pemerintah, banyak yang memeluk agama Katolik. Hal ini tidak lepas dari kesaksian hidup umat Katolik baik rakyat jelata maupun tokoh dalam bidang pendidikan, pemerintahan dan lembaga masyarakat lainnya. Kesaksian umat Katolik dalam masyarakat serta pengakuan, kebaikan maupun kebenaran Kristiani tampa ragu-ragu mendorong umat lainnya memeluk agama Katolik.
Menurut data statistik Sragen 1955, Kabupaten Sragen luasnya 945,22 km2 dan yang masuk ke Paroki Sragen adalah seluruh Kabupaten Sragen minus: Gemolong, Sumberlawang dan Kalijambe (ikut paroki Purbowadayan) dan ditambah dari Kabupaten Karanganyar yaitu Kecamatan Kerjo dan Jenawi sehingga luasnya ± 850 km2.
SFS di Sragen
Selain itu, tidak boleh kita lupakan kehadiran Suster-suster Fransiskus Sukabumi di Sragen pada tahun 1963 dengan karya sosialnya yang melayani kesehatan (RS. Mardi Lestari) dan juga pendidikan (SD Santo Fransiskus). Kehadiran para Suster ini seusia dengan mulai berkembangnya Paroki Sragen dan mereka sangat berperan dalam membantu perkembangan umat di Sragen. Kehadiran mereka sungguh membuat ajaran Katolik lebih manusiawi dan lebih hangat.[2]
Konsep rancangan gereja khas Romo Mangun lebih dikenal dengan sebutan Gereja Diaspora. Kata diaspora berasal dari bahasa Yunani (διασπορά) yang artinya “terpencar-pencar”.4 Menurut Romo Mangun, diaspora artinya benih-benih yang serba tersebar, terpencar, tidak kompak dalam satu tempat, tidak terisolasi dan terkonsentrasi dalam suatu wilayah yang tertutup. Suatu istilah yang penggunaannya dihubungkan dengan keberadaan gereja di Indonesia dengan menunjuk pada suatu gambaran kehidupan umat Katolik yang tersebar. Konsep diaspora ini pada dasarnya adalah sebuah upaya inkulturasi, yang memang merupakan bagian dari amanat Konsili Vatikan II. Dalam kaitannya dengan arsitektur gereja di Indonesia, Y. B. Mangunwijaya berpendapat bahwa gereja yang sesuai haruslah kembali ke dalam lokalitas budaya masyarakat dimana sebuah institusi gereja berdiri. Wujud arsitekturnya menjadi sangat identik dengan bangunan-bangunan Jawa mulai dari gubahan bentuk hingga keterbukaannya.
Rancangan bangunan ini tidak lepas dari keinginan dan gagasan Romo Mangun tentang gereja yang kontekstual dengan masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Jawa dimana bangunan ini berdiri. Pemilihan bentuk joglo sangat mencerminkan kehidupan dan nilai-nilai masyarakat Jawa. Pemahaman tentang bangunan gereja yang umumnya pada saat itu masih campur baur di Indonesia kemudian dimantapkan oleh Romo Mangun dengan pendekatannya kenusantaraannya. Kesederhanaan merupakan aspek lain yang muncul pada bangunan pendopo ini. Suatu bangunan gereja tentunya perlu akrab dengan pluralitas, kebudayaan, hingga kemiskinan yang ada di Indonesia. Hal ini disebabkan karena gereja seseungguhnya tidak sekedar sebagai rumah Tuhan, namun juga merupakan rumah bagi manusia. Sikap keberpihakan terhadap kaum miskin sewajarnya menjadi suatu keharusan.
Perluasan bangunan dilakukan pada tahun 2001 dengan mempertahankan bangunan gereja lamanya. Gereja baru merupakan adopsi terhadap bangunan gereja lama menjadi sebuah bangunan joglo kembar. Renovasi ini dianggap paling menghormati bangunan gereja lama. Selain itu pula perluasan ini sebelumnya telah disepakati oleh Romo Mangun, sehingga tidak menghilangkan nilai-nilai yang ada di bangunan gereja lama.
Detail Bangunan
Gereja karya arsitek Y. B. Mangunwijaya ini bergaya joglo limasan kembar. Ketika baru berdiri 1968, gereja ini masih menjadi stasi dari Paroki Purbayan. Kala itu, bangunannya masih berbentuk joglo tunggal menghadap ke utara. Namun seiring berkembangnya umat, maka bangunan diperluas ke selatan dan menghadap ke barat, dengan ornamen asli yang di tiru sehingga kembar identik. Bangunan ini merupakan bagian dari Heritage Keuskupan Agung Semarang, sehingga tidak dapat diubah seenaknya.
Ruang ibadat semi-outdoor dapat menampung sekitar 300 jemaat, berlantaikan tegel bermotif, dan berplafonkan kayu persegi panjang, dengan ketinggian yang tidak terlalu tiggi. Namun, bila ada perayaan besar, maka seluruh komplek gereja beserta bangunan pendukung dan tenda bisa menampung 1.500 jemaat.[4][5]
Hampir seluruh sisi dari bangunan ini adalah terbuka. Ruangan tertutup hanya terdapat pada ruang pengakuan dosa dan ruang sakristi. Dinding yang mengelilingi bangunan ini hanya memiliki tinggi sebesar 82 cm dengan material dinding batu-bata. Elemen-elemen interior bangunan tersusun atas furnitur, kolom-kolom, serta artikulasi utamanya berada pada sisi altar. Tiap kolom yang menopang atap bangunan ini memiliki ornamen atau wastu khas Romo Mangun. Masing-masing ornamen pada kolom memiliki gambar dan cerita yang berbeda.
Orientasi pada interior bangunan sangat ditentukan oleh perabot yang hingga kini masih mempertahankan susunan yang sama seperti gereja asli rancangan Romo Mangun. Posisi altar gereja baru sama dengan bangunan gereja yang lama. Karena perluasannya bersifat mirroring, kini altar dan orientasi gereja menjadi memusat ke tepi tengah bangunan,[3] yang mana awalnya menuju ke sudut.
Bagian kolom panti umat memiliki motif tanaman dan stilasi api berwarna hitam-merah pada kepala tiang dan suatu kisah yang berbeda pada badan masing-masing kolom. Tiang-tiang samping berdiri berpasang-pasangan di depan enam pintu gereja. Dua tiang yang ada di dekat pintu utama merupakan tiang beton dengan lapisan kayu ukir. Tiga tiang pada sudut gereja memiliki motif yang unik, menggambarkan berbagai bidang kehidupan manusia, sementara pada sudut lainya terdapat ruang pengakuan.
Empat tiang tengah memiliki kesamaan motif dengan tiang-tiang samping. Dua tiang di samping altar memiliki bentuk, motif, dan ukuran yang berbeda dari tiang-tiang lainya, dimana tiang ini menjulang besar dan berbentuk oval. Motif pada tiang altar diaplikasikan pada menara lonceng yang dibangun puluhan tahun setelahnya.
Kanopi gereja berbentuk limasan yang lebih kecil, dengan 4 tiang yang sama seperti tiang samping gereja, serta terdapat kaca bergambarkan burung merpati di sisi timur atap. Lampu utama gereja terdapat 2 buah lampu gantung dengan ornamen tanaman. Tabernakel pada altar berbahan kayu, dikelilingi motif gunungan wayang, dengan penutup dari kaca patri berwarna biru-merah-hijau. Salib altar terbuat dari kayu, dan tembok tempat melekatnya salib dilapisi oleh batu alam. sementara meja altar berbahan marmer.
Sisi luar dari tembok sakristi juga memiliki corak detail karya Romo Mangun. Pintu-pintu gereja berupa pagar geser terbuka berbahan besi dengan motif kisah-kisah terkenal dari Alkitab, dengan jumlah 7 pintu. Terdapat 14 gambar berisikan kisah jalan salib Yesus yang bergaya jawa, digantung di plafon yang vertikal, yaitu di sisi selatan, utara, dan barat. Terdapat 8 gambar di sisi barat, dan masing-masing 3 gambar di sisi selatan dan utara.
Fasad gereja ini terbuka sehingga angin dapat masuk dari hampir segala arah mata angin. Di puncak pendopo lama, terdapat sebuah menara besi yang menjadi salah satu ciri khas gereja ini. Semua detil yang dibuat oleh Rm. Mangun diterapkan pula pada bangunan yang dibangun berikutnya, salah satunya yaitu menara lonceng gereja yang memiliki kesamaan motif dengan kolom oval panti imam.
Dinamika Jemaat
Jumlah jemaat paroki Sragen menurut data Desember 2024 yaitu 4.425 jiwa, terbagi dalam 2 stasi, 14 wilayah dan 45 lingkungan.
Taman Doa Ngrawoh
Taman Doa Ngrawoh merupakan salah satu tempat wisata rohani Katolik yang terkenal di Sragen, yang berdiri pada tahun 2017 dan berjarak 12 Km dari pusat kota. Luas taman doa ini sekitar 1,4 Hektare, dan berawal dari lahirnya Lingkungan Ngrawoh pada tahun 1967 dimana pemerintah desa memberikan sebidang tanah untuk mendirikan tempat ibadah.[6]
Pembangunan Taman Doa Santa Maria dari Fatima Ngrawoh diketahui telah melewati 4 tahapan waktu. Tahap pertama dimulai sejak tahun 2011-2012. Beberapa tempat seperti Kapel Adorasi, Tempat Devosi, dan Taman Penunjang dibangun pada tahap ini. Selanjutnya, tahap kedua dimulai pada tahun 2015 dengan konsentrasi pekerjaan pada penataan lahan, galian, tanah urug, pasang dan plester beton. Tahap ketiga dimulai tahun 2016 dengan fokus kerja pada ruang persiapan transit, KapelSanta Maria dan Santo Yosef, Makam Yesus, MCK dan ruang. Tahap akhir adalah tahap keempat yang dimulai pada tahun 2017. Beberapa pekerjaan pada tahap ini antara lain halaman parkir, kolam pertobatan, gerbang Alfa dan Omega, taman dan finishing. Taman doa ini mampu menarik wisatawan dan menciptakan lapangan kerja seperti pedagang di pasar sekitar.[7]
Untuk memasuki taman doa ini, pengunjung harus meniti beberapa anak tangga dengan medan berkelok. Dari sini, pengunjung bisa melanjutkan perjalanan menuju kolam pertobatan sebelum tiba di taman tempat patung Bunda Maria berdiri.Untuk menjangkau lokasi doa di hadapan Bunda Maria, pengunjung terlebih dulu harus melewati jalan melingkar tak berujung mengelilingi taman. Tak jauh dari taman doa, terdapat Kapel Adorasi yang memiliki kubah berwarna kuning keemasan.[8]
Menurut Mgr. Johannes Pujasumarta, Ngrawoh bisa dikaitkan dengan 'Ngarah (menuju) Uwoh (buah, dalam hal ini buah iman)'
“Ngarah uwoh yaitu bahasa kiasan untuk meyakinkan umat supaya berduyun-duyun berdoa hingga mengarah ke satu titik atau mengarah ke buah. Buahnya apa di sana. Setiap orang kan masing-masing, bisa kesaksian-kesaksian, misalkan sakit bisa sembuh, keinginan mendaftar bisa lulus, atau yang lain,”[6]
Adapun konsep taman doa ingin menggambarkan peziarahan melalui pertobatan dalam jiwa dan roh yang seutuhnya agar bisa mendapatkan pengampunan dari Allah melalui Yesus Kristus. Penggambaran tersebut diwujudkan melalui pembangunan tiga bagian dalam taman doa, yakni pertama menggambarkan perjuangan mengikuti Yesus di dunia yang meliputi bangunan Kapel St. Maria, St. Yusuf, Taman Getsemani, dan Jalan Salib.
Kedua, menggambarkan orang yang sudah meninggal atau yang masih hidup menjalani peziarahan iman bersama Bunda Maria. Meliputi bangunan Kolam Pertobatan, Lingkaran Tak Berujung Bunda Maria, dan Salib Millenium.
Ketiga, menggambarkan persatuan umat dengan Yesus. Meliputi bangunan Kapel Adorasi SantoAloysius, bangunan panjang yang lebarnya sama, bangunan menghadap empat sisi, dan 12 pintu gerbang dari 4 sisi tersebut.[6]
1859 novel by Wilkie Collins For other uses, see The Woman in White. The Woman in White Cover of first US editionAuthorWilkie CollinsCountryUnited KingdomLanguageEnglishGenreMystery novel, Sensation novelPublisherAll the Year RoundPublication date26 November 1859 – 25 August 1860OCLC41545143Preceded byThe Dead Secret Followed byNo Name The Woman in White is Wilkie Collins's fifth published novel, written in 1859 and set from 1849 to 1850. It is a mystery novel and falls...
Granada antitanque n.º 74 Detalle de la producción de la granada antitanque n.º 74.Tipo Granada antitanquePaís de origen Reino UnidoHistoria de servicioEn servicio - 1943Operadores Véase UsuariosGuerras Segunda Guerra MundialHistoria de producciónDiseñador Stuart MacraeDiseñada 1940Fabricante Kay Brothers CompanyProducida 1940-1943Cantidad 2,5 millonesEspecificacionesPeso 1,02 kg[1]Explosivo Nitroglicerina[1]Peso del explosivo 0,57 kg[edit...
As referências deste artigo necessitam de formatação. Por favor, utilize fontes apropriadas contendo título, autor e data para que o verbete permaneça verificável. (Setembro de 2017) Coordenadas: 23.549489° S 46.655212° O Cemitério da Ordem Terceira do Carmo de São PauloPortão principal do Cemitério, na Rua da Sergipe, número 83.País BrasilLocalização Consolação BrasilEntrada em serviço 12 de Novembro de 1868Estatuto patrimonial bem tombado pelo CONDEPHAAT (...
(436) Patricia Modelo tridimensional de Patricia obtenido a partir de su curva de luz.DescubrimientoDescubridor Max Wolf, Arnold SchwassmannFecha 13 de septiembre de 1898Lugar HeidelbergDesignaciones 1898 DT, 1938 XF, 1972 TJNombre provisional 1898 DTCategoría Cinturón exterior de asteroidesOrbita a SolElementos orbitalesLongitud del nodo ascendente 351,4°Inclinación 18,48°Argumento del periastro 40,8°Semieje mayor 3,206 uaExcentricidad 0,06441Anomalía media 79,51°Elementos orbit...
AftersunPoster resmiSutradara Charlotte Wells Produser Adele Romanski Amy Jackson Barry Jenkins Mark Ceryak Ditulis oleh Charlotte Wells Pemeran Paul Mescal Frankie Corio Celia Rowlson-Hall Penata musikOliver CoatesSinematograferGregory OkePenyuntingBlair McClendonPerusahaanproduksi BBC Film British Film Institute Screen Scotland Tango Entertainment Pastel Productions Unified Theory Distributor Mubi (Britania Raya) A24 (Amerika Serikat) Tanggal rilis 21 Mei 2022 (2022-05-21) (C...
مايك جوهانس (بالإنجليزية: Mike Johanns) مناصب [1] في المنصب1983 – 1987 مجلس بلدي[1] في المنصب1989 – 1991 عمدة[1] في المنصب1991 – 1998 حاكم نبراسكا (38 ) في المنصب7 يناير 1999 – 20 يناير 2005 بين نيلسون دايف هاينمان وزير الزراعة في ...
British police procedural TV series (1990–1995) The ChiefGenreCrime dramaCreated byJeffrey CaineStarring Tim Pigott-Smith Martin Shaw Karen Archer Eamon Boland Stuart McGugan Gillian Bevan Tony Caunter Bosco Hogan Composers Nigel Beaham-Powell Bella Russell Country of originUnited KingdomOriginal languageEnglishNo. of series5No. of episodes35 (list of episodes)ProductionExecutive producers Brenda Reid Chris Pye Producers Ruth Boswell John Davies CinematographyPhilip S. BurneEditors Alan New...
Defunct American home computer magazine This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: Compute! – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (March 2010) (Learn how and when to remove this template message) Compute!June 1987 issue, showing Laser ChessFrequencyMonthlyPublisherSmall System Services (1979–1...
SMP Negeri 27 DepokBenteng Nurul Huda SchoolInformasiDidirikan10 Juni 2021JenisNegeriAkreditasiA[1]Nomor Statistik Sekolah201026197021Nomor Pokok Sekolah Nasional70011255Kepala SekolahAgus Purwanto, M.PdJumlah kelasVII: 10, VIII: 10, IX: 10Rentang kelasVII, VIII, IXKurikulumKurikulum 2013StatusSekolah Standar NasionalAlamatLokasiJalan Pondok Pesantren Nurul Huda №14, Pasir Gunung Selatan, Kec. Cimanggis, Depok, Jawa Barat, IndonesiaTel./Faks.(021) 77162628Situs webSit...
Angkutan Pedesaan di Padangbai, BaliAngkutan pedesaan (disingkat angdes) adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu daerah Kabupaten. Angkutan pedesaan merupakan sarana pendukung wilayah yang penting disamping prasarana jalan, telekomunikasi, serta prasarana lainnya seperti listrik dan air. Sejarah Angkutan Desa sebagai bagian dari sistem transportasi pedesaan merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat desa dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan...
هذه المقالة يتيمة إذ تصل إليها مقالات أخرى قليلة جدًا. فضلًا، ساعد بإضافة وصلة إليها في مقالات متعلقة بها. (أبريل 2019) ديك ألين (بالإنجليزية: Dick Allen) ألين حوالي سنة 1965 معلومات شخصية اسم الولادة (بالإنجليزية: Richard Anthony Allen) الميلاد 8 مارس 1942 وامبوم الوفاة...
Bengali actor and artist (1888-1940) Sarada UkilBornSarada Ukil(1888-11-14)14 November 1888Bikrampur, British IndiaDied21 July 1940(1940-07-21) (aged 51)New Delhi, British IndiaNationalityIndian Sarada Charan Ukil (14 November 1888 – 21 July 1940) was a Bengali actor and artist, known for his role in the movie Prem Sanyas, The Light of Asia, under the German director Franz Osten.[1] Sarada was the father of Shantanu Ukil, one of the early pioneers of the Bengal School of Art....
Taiwanese singer and actress This article has multiple issues. Please help improve it or discuss these issues on the talk page. (Learn how and when to remove these template messages) The topic of this article may not meet Wikipedia's notability guideline for biographies. Please help to demonstrate the notability of the topic by citing reliable secondary sources that are independent of the topic and provide significant coverage of it beyond a mere trivial mention. If notability cannot be shown...
2002 Indian filmDhayaDVD coverDirected bySenthil KumarWritten byV. Prabhakar (dialogues)Story bySenthil KumarProduced byPrakash RajStarringPrakash RajMeenaRaghuvaranLakshmiCinematographyVijay MiltonEdited byV. JaishankarMusic byBharadwajProductioncompanyDuet MoviesRelease date 14 February 2002 (2002-02-14) Running time163 minutesCountryIndiaLanguageTamil Dhaya (transl. Mercy) is a 2002 Indian Tamil-language action drama film directed by Senthil Kumar and produced by Praka...
Motorsport track in the United States Not to be confused with Texas Motor Speedway. Texas World SpeedwayTWSLocationCollege Station, Texas, United StatesCoordinates30°32′13″N 96°13′16″W / 30.537°N 96.221°W / 30.537; -96.221Broke ground1967OpenedNovember 1969Closed18 September 2017; 6 years ago (2017-09-18)Major eventsFormer:IMSA GT Championship (1972, 1995–1996)NASCAR Cup SeriesTexas 500 (1969, 1971–1972)Budweiser NASCAR 400 (1972–197...
Third Wescot-Williams cabinet3rd Cabinet of Sint MaartenDate formed14 June 2013Date dissolved9 September 2014[1](Replaced on 19 December 2014)People and organisationsHead of stateWillem-AlexanderHead of governmentSarah Wescot-WilliamsMember partiesDemocratic Party (DP) United People's Party (UP) Romain LavilleHistoryElection(s)N/AOutgoing election2014 electionPredecessorWescot-Williams IISuccessorGumbs Politics of Sint Maarten Constitution Governor Ajamu Baly Cabinet Jacobs II Prime M...
Typeface designed for early computer OCR Typeface OCR-ACategorySans-serifDesigner(s)American Type FoundersCommissioned byAmerican National Standards InstituteDate released1968[1]VariationsOCR-A ExtendedSample OCR-A is a font issued in 1966[2] and first implemented in 1968.[3] A special font was needed in the early days of computer optical character recognition, when there was a need for a font that could be recognized not only by the computers of that day, but also by ...
American voice actress Sarah Anne WilliamsWilliams at Animate Miami in 2015BornIndiana, U.S.OccupationVoice actressYears active2009–presentWebsitewww.sarahwilliamsvo.com Sarah Anne Williams is an American voice actress. She currently resides in Los Angeles.[1] In anime, she is known for her performances as Nonon Jakuzure in Kill la Kill, Sayaka Miki in Puella Magi Madoka Magica, Lisbeth in Sword Art Online, Neferpitou in Hunter × Hunter, Felix Argyle in Re:Zero − Starting Li...
Icelandic federation for sports Icelandic Athletic FederationSportAthleticsAbbreviationFRÍFounded1947AffiliationWorld AthleticsRegional affiliationEAA and AASSEHeadquartersReykjavikPresidentFreyr ÓlafssonSecretaryGuðmundur KarlssonOfficial websitewww.fri.is The Icelandic Athletic Federation (Icelandic Frjálsíþróttasamband Íslands) is the governing body for the sport of athletics in Iceland. Affiliations World Athletics European Athletic Association (EAA) National Olympic and Sports As...