Pranab Mukherjee (bahasa Bengali: প্রনব সুখার্জি diromanisasikan menjadi Prônôb Mukhārji, [prɔnɔb mukʰarzi̯] simakⓘ, bahasa Hindi: प्रणब मुखर्जी diromanisasikan menjadi Praṇab Mukharjī; 11 Desember 1935 – 31 Agustus 2020) [3][4][5] adalah seorang politikus asal India yang menjabat sebagai Presiden India ke-13 dari tahun 2012 hingga 2017. Dalam karier politiknya selama lima dekade, Mukherjee adalah pemimpin senior di Kongres Nasional India dan menduduki beberapa jabatan menteri di Pemerintah India.[6] Sebelum terpilih sebagai Presiden, Mukherjee adalah Menteri Keuangan dari 2009 hingga 2012. Ia dianugerahi penghargaan sipil tertinggi India, Bharat Ratna pada 2019 oleh Presiden India, Ram Nath Kovind.
Mukherjee memulai karier politiknya pada tahun 1969, ketika Perdana Menteri Indira Gandhi membantunya terpilih menjadi anggota Rajya Sabha, majelis tinggi Parlemen India. Menyusul kenaikan pesat karier politiknya, ia menjadi salah satu pembantu paling tepercaya Gandhi dan menteri di kabinetnya pada tahun 1973. Pengabdian Mukherjee dalam sejumlah posisi kementerian mencapai puncaknya dalam tugas pertamanya sebagai Menteri Keuangan India pada tahun 1982–1984. Ia juga menjadi Pemimpin Rajya Sabha dari 1980 hingga 1985.
Mukherjee disingkirkan dari partainya selama masa jabatan perdana menteri Rajiv Gandhi. Mukherjee memandang dirinya sendiri, bukan Rajiv yang tidak berpengalaman, sebagai penerus sah Indira setelah pembunuhannya pada tahun 1984. Mukherjee kalah dalam perebutan kekuasaan berikutnya. Ia membentuk partainya sendiri, Kongres Rashtriya Samajwadi, yang kemudian bergabung dengan Kongres Nasional India pada tahun 1989 setelah mencapai konsensus dengan Rajiv Gandhi. Setelah pembunuhan Rajiv Gandhi pada tahun 1991, karier politik Mukherjee menanjak kembali ketika Perdana Menteri P.V. Narasimha Rao mengangkatnya sebagai kepala Komisi Perencanaan pada tahun 1991 dan menteri luar negeri pada tahun 1995. Setelah hal itu semua, sebagai negarawan senior, Mukherjee adalah perancang utama naiknya Sonia Gandhi menjadi presiden partai pada tahun 1998.
Ketika koalisi Aliansi Progresif Bersatu (UPA) yang dipimpin oleh Kongres Nasional India berkuasa pada tahun 2004, Mukherjee memenangkan kursi Lok Sabha (majelis rendah Parlemen yang dipilih secara langsung oleh rakyat) untuk pertama kalinya. Sejak saat itu hingga pengunduran dirinya pada tahun 2012, Mukherjee memegang sejumlah portofolio kabinet utama di pemerintahan Perdana Menteri Manmohan Singh, di antaranya Menteri Pertahanan (2004–06), Luar Negeri (2006–09) dan Keuangan (2009–12) dan juga menjadi Pimpinan Lok Sabha. Setelah mengamankan tiket pencalonan presiden dari UPA pada Juli 2012, Mukherjee dengan mudah mengalahkan P.A. Sangma dalam perlombaan menuju Rashtrapati Bhavan, memenangkan 70 persen suara lembaga elektoral.
Pada tahun 2017, Mukherjee memutuskan untuk tidak mencalonkan diri kembali dalam pemilihan presiden selanjutnya dan pensiun dari politik setelah meninggalkan kursi kepresidenan karena "masalah kesehatan yang berkaitan dengan usia tua." Masa jabatannya berakhir pada 25 Juli 2017.[7][8][9] Ia digantikan sebagai Presiden oleh Ram Nath Kovind. Pada bulan Juni 2018 Mukherjee menjadi mantan Presiden India pertama yang berpidato di acara Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS).[10] Pranab Mukherjee meninggal dunia pada 31 Agustus 2020 pada usia 84 tahun.[11]
Pranab lahir dalam keluarga Bengali di Mirati, sebuah desa di Kepresidenan Benggala, India Britania (sekarang di distrik Birbhum, Benggala Barat).[12] Ayahnya, Kamada Kinkar Mukherjee aktif dalam gerakan kemerdekaan India dan menjadi anggota Dewan Legislatif Benggala Barat antara tahun 1952 dan 1964 sebagai perwakilan dari Kongres Nasional India; ia adalah anggota AICC. Ibunya adalah Rajlakshmi Mukherjee.[13][14][15] Ia memiliki dua saudara kandung: kakak perempuan Annapurna dan adik laki-laki Piyush.[16]
Ia kuliah di Suri Vidyasagar College di Suri (Birbhum), yang kemudian berafiliasi dengan Universitas Calcutta.[17] Ia kemudian memperoleh gelar MA dalam Ilmu Politik & Sejarah dan gelar LL.B., keduanya dari Universitas Calcutta.[14]
Ia adalah panitera divisi atas di Kantor Deputi Akuntan Jenderal (Pos dan Telegraf) di Calcutta. Pada tahun 1963, ia menjadi dosen (Asisten Profesor) Ilmu Politik di Vidyasagar College, Kolkata[18] dan ia juga bekerja sebagai jurnalis di Desher Dak sebelum memasuki politik.[19]
Mukherjee dinominasikan sebagai kandidat presiden dari Aliansi Progresif Bersatu pada 15 Juni 2012 setelah didahului oleh intrik politik yang cukup besar.[20][21] Pemilihan dijadwalkan akan dilakukan pada 19 Juli 2012 dan hasilnya diharapkan diumumkan pada 22 Juli 2012. Kandidat dari Aliansi Demokratik Nasional (NDA) adalah P.A. Sangma.[22] Untuk mengajukan pencalonannya dalam pemilihan presiden pada 28 Juni, Mukherjee mengundurkan diri dari kabinet pada 26 Juni 2012.[23]
Dalam pemilihan, Mukherjee memperoleh 713.763 suara, sedangkan Sangma 315.987 suara.[24] Dalam pidato kemenangannya yang disampaikan di luar kediamannya sebelum pengumuman hasil resmi, ia mengatakan:
Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Anda semua yang telah menunggu. Angka tersebut telah melewati 7 lakh, hanya tersisa satu negara bagian. Saya ingin berterima kasih kepada rakyat India atas antusiasme dan kehangatannya sangat luar biasa karena telah memilih saya untuk jabatan tinggi ini. Saya telah menerima banyak hal dari rakyat negeri ini, dan dari Parlemen, daripada apa yang saya berikan. Sekarang saya dipercayakan tanggung jawab melindungi dan membela konstitusi sebagai Presiden. Saya akan mencoba dan membenarkan kepercayaan orang-orang. Saya ingin membalas ucapan selamat yang telah diberikan oleh Shri Purno Sangma.[25]
Mukherjee dilantik oleh Ketua Mahkamah Agung India pada tanggal 25 Juli 2012,[26] ia menjadi orang Bengali pertama yang memegang jabatan Presiden India.[27] Setelah mengucapkan sumpah jabatan, ia berkata bahwa kita berada di tengah-tengah perang teror dunia keempat (yang ketiga adalah Perang Dingin) dan menit-menit perdamaian yang dapat dicapai atau tidak dapat dicapai melalui perang bertahun-tahun.[28]
Undang-undang Hukum Pidana (Amandemen), 2013 diundangkan oleh Pranab Mukherjee pada 3 Februari 2013, yang mengatur amandemen KUHP India, Undang-Undang Bukti India, dan KUHAP, 1973 tentang peraturan yang terkait dengan pelanggaran seksual.[29][30] Pada Juli 2015, Presiden Mukherjee menolak 24 permohonan belas kasihan termasuk permohonan dari Yakub Memon, Ajmal Kasab, dan Afzal Guru.[31][32]
Pada Januari 2017, Mukherjee mengumumkan bahwa ia tidak akan ikut serta dalam pemilihan Presiden 2017 dengan alasan "usia lanjut dan kesehatan yang menurun".[33]
<ref>
NDTV2
zee news2
Rajendra Prasad · Sarvepalli Radhakrishnan · Zakir Hussain · Varahagiri Venkata Giri† · Muhammad Hidayatullah† · Varahagiri Venkata Giri · Fakhruddin Ali Ahmed · Basappa Danappa Jatti† · Neelam Sanjiva Reddy · Zail Singh · R. Venkataraman · Shankar Dayal Sharma · K.R. Narayanan · Abdul Kalam · Pratibha Patil · Pranab Mukherjee · Ram Nath Kovind
Sarvepalli Radhakrishnan (1954) · C. Rajagopalachari (1954) · C. V. Raman (1954) · Bhagwan Das (1955) · Mokshagundam Visvesvarayya (1955) · Jawaharlal Nehru (1955) · Govind Ballabh Pant (1957) · Dhondo Keshav Karve (1958) · Bidhan Chandra Roy (1961) · Purushottam Das Tandon (1961) · Dr. Rajendra Prasad (1962) · Dr. Zakir Hussain (1963) · Pandurang Vaman Kane (1963) · Lal Bahadur Shastri (1966) · Indira Gandhi (1971) · V. V. Giri (1975) · K. Kamaraj (1976) · Bunda Teresa (1980) · Acharya Vinoba Bhave (1983) · Khan Abdul Ghaffar Khan (1987) · M. G. Ramachandran (1988) · B. R. Ambedkar (1990) · Nelson Mandela (1990) · Rajiv Gandhi (1991) · Sardar Vallabhbhai Patel (1991) · Morarji Desai (1991) · Abul Kalam Azad (1992) · J. R. D. Tata (1992) · Satyajit Ray (1992) · A.P.J. Abdul Kalam (1997) · Gulzarilal Nanda (1997) · Aruna Asaf Ali (1997) · M. S. Subbulakshmi (1998) · Chidambaram Subramaniam (1998) · Jayaprakash Narayan (1998) · Pandit Ravi Shankar (1999) · Amartya Sen (1999) · Gopinath Bordoloi (1999) · Lata Mangeshkar (2001) · Ustad Bismillah Khan (2001) · Bhimsen Joshi (2008) · C. N. R. Rao dan Sachin Tendulkar (2014) · Madan Mohan Malaviya dan Atal Bihari Vajpayee (2015) · Nanaji Deshmukh, Bhupen Hazarika, dan Pranab Mukherjee (2019)