Linda Christanty (lahir 18 Maret 1970) adalah sastrawati dan wartawan berkebangsaan Indonesia. Ia menerima sejumlah penghargaan atas karya-karyanya, baik fiksi maupun non fiksi. Beberapa tulisan dan bukunya sudah diterjemahkan dalam beberapa bahasa, sepeti bahasaInggris, bahasa Prancis, bahasa Jepang, bahasa Thai, bahasa Arab, bahasa Jerman, dan bahasa Finlandia.[1] Linda merupakan salah satu penerima penghargaan dari Kusala Sastra Khatulistiwa[2][3][4][5]
Proses kreatif
Linda Christanty lahir di Pulau Bangka, Provinsi Bangka-Belitung. Sejak kecil sudah mengakrabi dunia sastra. Awalnya dengan menulis catatan harian, puisi, dan cerita pendek. Beranjak remaja, ia makin giat menulis. Saat berumur 19 tahun (1989), karyanya dikonsumsi publik untuk pertama kali. Saat itu ia menjadi pemenang termuda lomba cerita pendek yang diselenggarakan oleh harian umum Kompas melalui karyanya, Daun-Daun Kering. Cerpennya itu kemudian dimuat dalam Riwayat Negeri yang Haru: Cerpen Kompas Terpilih 1981-1990, yang terbit pada Juni 2006 (editor Radhar Panca Dahana).[6]
Selepas menyandang gelar sarjana sastra dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), ia bekerja di sebuah majalah komunikasi bisnis dan periklanan. Tahun 1999, ia pindah ke tabloid ekonomi dan politik. Namun hanya bertahan selama satu tahun. Selanjutnya ia memutuskan untuk bergabung dengan sebuah majalah kajian jurnalisme dan media. Di majalah itu ia bekerja sebagai redaktur selama tiga tahun (2000-2003). Setelah majalah tersebut gulung tikar pada tahun 2003, ia menjadi penulis drama radio bertema transformasi konflik untuk Common Ground Indonesia (2003-2005). Pada Oktober 2005, ia mendirikan dan memimpin kantor berita di Banda Aceh untuk memantau rekonstruksi dan rehabilitasi pascatsunami proses perdamaian di Aceh. Ia tertarik dengan gaya penulisan jurnalisme naratif untuk mengemas hasil reportasenya di lapangan. Karya-karyanya berisi persoalan politik dan kemanusiaan yang terjadi di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara, yang terkait dengan politik global. Linda menerbitkan sejumlah buku, baik fiksi maupun non fiksi.[7]
Ia kerap diminta mempresentasikan gagasannya dalam pertemuan-pertemuan sastra dan media yang diadakan di dalam negeri maupun di luar negeri, di antaranya Melbourne Writers Festival, Australia, Ubud Writers Festival, Ubud, The Man Hong Kong Literary Festival, Hongkong, World P.E.N Symposium, Jepang, Winternachten-Morocco P.E.N Club, Maroko, dan lain-lain.
Selain diterbitkan di Indonesia, karyanya juga diterbitkan di luar Indonesia. Cerpennya yang berjudul The Kersen Tree dimuat dalam Asia Literary Journal, Hongkong (2006). Karya lainnya, Tiro’s People yang bercerita tentang Gerakan Aceh Merdeka setelah perjanjian Helsinski, dimuat Arena Magazine, Australia (2007), sedangkan Sultan’s Stick diterbitkan kembali oleh [[Subaru, majalah sastra di Jepang (2008). Esainya "Me, Islam and Literature" diterbitkan Critical Muslim di London.[8],
Buku cerita pendeknya dalam Bahasa Thai, "Sua Sib Jed Tua Khong Luta" ("Tujuh Belas Harimau Luta") terbit di Bangkok, Thailand pada 2013. Pada Mei 2015 bukunya "Jangan Tulis Kami Teroris" terbit dalam Bahasa Jerman dengan judul, "Schreib bloß nicht, dass wir Terroristen sind!" dan diluncurkan di Berlin. Ia dianugerahi sejumlah penghargaan sastra nasional dan internasional. Ia menjadi salah satu nominasi untuk N-Peace Award 2012 dengan kategori Role Model for Peace di kawasan Asia Pasifik. Pada 2013, ia menerima penghargaan sastra Asia Tenggara, S.E.A Write Award (Southeast Asian Writers Award) di Bangkok, Thailand.