Sebelum menjabat sebagai presiden, Arroyo adalah wakil presiden wanita pertama di negaranya. Ia mencapai kedudukan sebagai presiden pada tahun 2001 melalui kudeta tak berdarah yang disebut Revolusi EDSA II yang menggulingkan Presiden Joseph Estrada di tengah-tengah tuduhan korupsi. Arroyo terpilih untuk masa jabatan enam tahun pada 2004 setelah unggul atas aktorFernando Poe, Jr.. Poe Jr kemudian meninggal pada 14 Desember2004 karena stroke.
Pada tahun 2005, Arroyo dipilih sebagai wanita keempat yang paling berkuasa di dunia menurut versi Majalah Forbes. Ia menempati peringkat ke-45 dalam daftar Majalah Forbes dari 100 Tokoh Wanita Paling Bekuasa Dunia pada 2006.[1]
Kehidupan Awal
Arroyo dilahirkan dengan nama Maria Gloria Macaraeg Macapagal dari Diosdado Macapagal, seorang politikus, dan Evangelina Macaraeg Macapagal. Tahun-tahun pertama kehidupannya dijalaninya di Lubao, Pampanga bersama dua kakaknya dari perkawinan pertama ayahnya.[2] Ketika berusia empat tahun, ia menjadi iri dengan adik lelakinya yang baru lahir dan kemudian memilih untuk tinggal bersama neneknya di Iligan.[3] Ia tinggal di sana selama tiga tahun, lalu membagi waktunya antara Mindanao dan Manila hingga berusia 11 tahun.[3]
Pada tahun 1987, dia diajak bergabung oleh Presiden Corazon Aquino dalam pemerintahannya sebagai Asisten Sekretaris dari Departemen Perdagangan dan Industri. Ia dipromosikan sebagai Wakil Sekretaris dua tahun kemudian. Dalam kedudukannya yang lain sebagai Direktur Pelaksana Dewan Ekspor Garmen dan Tekstil, Arroyo menyaksikan pertumbuhan yang hebat dalam industri garmen pada 1980-an.
Senator
Meskipun ayahnya menjadi presiden Filipina, Arroyo tidak terjun ke politik hingga 1992, 27 tahun setelah ayahnya meninggalkan jabatannya. Ia terpilih menjadi anggota Senat Filipina pada 1992. Ia terpilih kembali pada 1995, dengan jumlah suara keseluruhannya hampir 16 juta. Inilah jumlah suara terbanyak yang diperoleh politikus manapun untuk posisi apapun dalam sejarah pemilu Filipina.[2]
Sebagai wakil rakyat, Arroyo mengajukan lebih dari 400 RUU dan menyusun atau mensponsori 55 Undang-undang yang penting dalam ekonomi selama masa jabatannya seagai senator, termasuk UU Anti Pelecehan Seksual, UU Hak Penduduk Pribumi, dan UU Pengembangan Ekspor=CBIY/>
Menjadi wakil presiden
Pada 1998 Arroyo sempat mempertimbangkan pencalonan dirinya sebagai presiden, namun ia diyakinkan oleh Presiden Fidel V. Ramos untuk bergabung dengan Parati LAKAS yang memerintah sebagai pendamping kandidat presidennya, Ketua Parlemen Jose De Venecia. De Venecia dan Arroyo melakukan kampanye di seluruh negara, didukung oleh Ramos dan mesin LAKAS yang dahsyat. Arroyo menang sebagai wakil presiden dengan hampir 13 juta suara, lebih dari dua kali suara yang diperoleh lawan terdekatnya, Senator Edgardo Angara. Tetapi De Venecia dikalahkan oleh wakil presiden bertahan yang populer, Joseph Estrada.
Arroyo memulai masa jabatannya sebagai Wakil Presiden pada 30 Juni1998. Tak lama kemudian ia ditunjuk oleh Estrada menjadi anggota kabinet dengan jabatan Menteri Kesejahteraan Sosial dan Pembangunan, dengan tugas utama mengawasi program-program sosial pemerintah untuk kaum miskin.
Ia mengundurkan diri dari Kabinet pada Oktober 2000, menjauhkan dirinya dari Presiden Estrada, yang dituduh korupsi oleh seorang bekas pendukung politiknya. Arroyo bergabung dengan masyarakat sipil dan banyak dari bangsa Filipina yang menyerukan agar presiden mengundurkan diri.
Pada 20 Januari2001, setelah berhari-hari berlangsung gejolak politik dan protes di jalan-jalan raya, Mahkamah Agung menyatakan bahwa jabatan kepresidenan kosong. Militer dan polisi nasional yang sebelumnya menarik kesetiaannya kepada Estrada, kini mengalihkannya kepada Arroyo. Arroyo pun dilantik pada hari yang sama sebagai Presiden ke-14 Filipina oleh Ketua Mahkamah Agung Hilario Davide Jr dengan dukungan dari banyak pihak. Masa pemerintahannya diwarnai beberapa kali upaya pemberontakan–yang sering dikaitkan dengan orang-orang Estrada–untuk menjatuhkan pemerintahannya.
Penggulingan Estrada kelak dikenal sebagai EDSA II, mengikuti Revolusi EDSA 1986 yang menjatuhkan pemerintahan Ferdinand Marcos. EDSA adalah singkatan Epifanio de los Santos Avenue, sebuah jalan raya di kota metropolitan Manila yang merupakan tempat utama demonstrasi.
Menjadi presiden
Suksesi pada 2001
Naiknya Arroyo ke kursi kepresidenan pada Januari 2001 mempersatukan oposisi politik Filipina terhadap Joseph Estrada yang saat itu baru saja disingkirkan, yang dikenai tuduhan-tuduhan korupsi. Meskipun rakyat memperlihatkan dukungan dan mandat Arroyo diakui oleh Mahkamah Agung, Estrada dan semua kelompok oposisi mempertanyakan keabsahan Arroyo sebagai presiden.
Para demonstran yang jumlahnya hingga ribuan orang berbaris ke istana presiden pada 1 Mei dan menuntut Estrada, yang sebelumnya telah ditahan atas tuduhan korupsi dan merampok harta negara, dilepaskan dan dipulihkan kedudukannya. Para demonstran menolak ditenangkan, dan kekerasan pun terjadi. Arroyo menjawabnya dengan menangkapi para pengunjuk rasa dan pemimpin-pemimpin politik terkemuka. Arroyo akhirnya menghentikan para pemrotes dan bertahan dalam menghadapi tantangan serius pertama terhadap pemerintahannya, yang pertama di antara banyak lagi yang akan datang kelak.
Dukungan terhadap oposisi dan Estrada akhirnya merosot setelah kemenangan calon-calno yang didukung pemerintah dalam pemilihan antar-waktu yang diadakan belakangan pada bulan yang sama. Setelah bebas dari ancaman-ancaman dari pihak oposisi yang kini melemah, dan mendapat jaminan dukungan dari Majelis Tinggi dan Rendah dari Kongres, pemerintahan Arroyo mulai menghadapi tantangannya yang terbesar—memperbaiki ekonomi negara itu yang terus bergumul dan pemerintahan yang korup.
Arroyo menguraikan visinya untuk Filipina sebagai "membangun sebuah republik yang kuat" sepanjang masa jabatannya. Agendanya terdiri dari upaya membangun birokrasi yang kuat, mengurangi tingkat kejahatan, meningkatkan pemungutan pajak, memperbaiki pertumbuhan ekonomi, dan mengintensifkan upaya-upaya melawan terorisme.
Ekonomi
Arroyo, seorang ekonom yang berpraktik, telah menjadikan ekonomi sebagai pusat kepresidenannya. Pertumbuhan ekonomi dalam arti Produk Domestik Bruto mencapai rata-rata 4,6% pada masa jabatannya sebagai presiden dari 2001 hingga akhir 2005. Ini lebih tinggi daripada yang dicapai beberapa presiden yang belakangan bila dibandingkan dengan 3,8% di bawah Aquino, 3,7% di bawah Ramos, dan 2,8% di bawah Joseph Estrada. Inflasi di bawah kepresidenan Arroyo juga telah mencapai tingkat terendah sejak 1986, rata-rata 5,3%.[6]
Pada akhir 2001, Arroyo menerapkan kebijakannya yang baru yang secara resmi disebut "Ekonomi Liburan". Di dalam kebijakannya ini, pemerintah akan menyesuaikan hari libur untuk menciptakan akhir minggu yang lebih panjang. (Misalnya: Bila 12 Juni — Hari Kemerdekaan Filipina — jatuh pada hari Rabu, hari liburnya akan dipindahkan ke Jumat atau Senin untuk dikaitkan dengan akhir minggunya). Tujuan utama kebijakan ini adalah memperkuat ekonomi nasional melalui pariwisata dan perjalanan dan memberikan lebih banyak kesempatan bagi orang Filipna untuk melewatkan waktu bersama keluarganya. Ekonomi Liburan dimulai sebagai liburan 11 hari pada akhir 2001 dari 22 Desember 2001 hingga 1 Januari2002. Libur yang panjang ini mengalienasikan banyak pengusaha, buruh, dan bahkan menimbulkan kritik dari para politikus. di antara sekutu-sekutunya yang menjadi kritis terhadap Ekonomi Liburan ini adalah bekas presiden Fidel V. Ramos, yang menyebutkan hilangnya produktivitas sebagai sesuatu yang penting, demikian pula kenyataan bahwa para buruh tidak mendapatkan penghasilan mereka. Kebijakan ini diberlakukan penuh pada 2002 meskipun para kritikus mengklaim bahwa hal itu tidak harus mematahkan tradisi-tradisi tertentu (Misalnya: Hari Buruh harus dirayakan hanya pada 1 Mei. Para pengusaha sering mengeluh bahwa pemerintah selalu terlalu lamban dan terlambat dalam mengumumkan kapan hari libur akan jatuh. Hingga kini orang meminta agar sebuah jadwal liburan lengkap setahun dikeluarkan setahun sebelumnya sehingga kalender yang tepat dapat dicetak jauh-jauh hari.
Pada 4 Juli2002, ia mengangkat seorang perwira polisi yang memiliki hubungan dengan kaum keturunan Tionghoa-Filipina sebagai kepala kepolisian nasional dan berjanji mengakhiri dalam waktu setahun wabah penculikan yang sering menjadikan warga keturunan Tionghoa sebagai korban. Ia juga mengumumkan mengambil tugas tambahan sebagai menteri luar negeri mulai 15 Juli 2002.
Pada 27 Juli2003, Arroyo menghadapi pemberontakan lain ketika lebih dari 300 perwira muda dan tentara dari Angkatan Bersenjata memberontak dan merebut sebuah hotil dan mal perdagangan di distrik bisnis di ibu kota. Para pelakunya menyerah setelah 22 jam berhadap-hadapan, setelah tercapai kesepatan damai untuk penyerahan damai mereka.
Pemilu 2004
Pada 30 Desember2002 Arroyo mengumumkan di Baguio City bahwa ia tak akan mengikuti pemilu presiden tahun 2004, pada Desember 2002. Namun Arroyo berubah pikiran dan memutuskan untuk mendapatkan mandat enam tahun lagi. Dalam suatu pertemuan besar di provinsi kelahirannya Pampanga, Arroyo menyatakan bahwa ia telah memutuskan untuk "menunda pensiunnya," sambil mengutip permintaan para pendukungnya yang kian bertambah untuk bertarung dalam pemilu. Karena perubahan pikiran ini, popularitasnya menurun, tetapi hanya untuk sementara saja.
Pemilu 2004 dipandang sebagai kesempatan bagi Arroyo untuk memantapkan kredibiiltas pemerintahannya, yang dicemari oleh pertanyaan-pertanyaan tentang keabsahannya sejak naik takhtanya pada 2001. Arroyo melakukan kampanye yang sengit melawan kandidat oposisi, sahabat karib Joseph Estrada, sesama almarhum aktor film terkenal, Fernando Poe, Jr. Arroyo biasanya dipandang sebagai kelas berat intelektual, dibandingkand engan Poe, yang tidak selesai SMA. Para calon lainnya adalah bekas almarhum Senator dan Sekretaris Raul Roco, berkewajiban Senator Panfilo Lacson, dan penginjilEduardo Villanueva.
Awalnya Arroyo tertinggal di belakang Poe dalam jajak-jajak pendapat menjelang masa kampanye, namun popularitasnya bangkit kembali dan mengalahkan Poe. Suksesnya ini tidak lepas dari mesin politiknya, Koalisi K4 yang didominasi oleh Partai Lakas-CMD. (Pada 2002 Arroyo mengambil kedudukan sebagai ketua Lakas bersama-sama denagn De Venecia). Pilihan pendampingnya, senator yang populer, Noli De Castro; dukungannya dari kelompok-kelompok keagamaan yang berpengaruh; dan dukungan provinsi-provinsi yang setia kepadanya seperti misalnya Cebu dan Pampanga.
Seperti yang telah diramalkan oleh jajak-jajak pendapat yang belakangan, ia memenangi pemilu presiden pada 2004, dengan perbedaan tipis satu juta suara dari saingan terdekatnya, Poe.
Muncul berbagai tuduhan dalam kampanye bahwa dana kampanyenya menggunakan uang pembayar pajak, ketika pemilu sedang berlangsung. Kemenangan Arroyo dicemari oleh tuduhan-tuduhan penipuan dari lawan-lawannya. Penyimpangan-penyimpangan kecil ditemukan pada masa pemilu, tetapi penipuan dan korupsi pada tingkat nasional seperti yang terjadi di dalam pemilu-pemilu nasional sebelumnya, tidak dapat dibuktikan oleh para penuduh presiden.
Kongres menyatakan Arroyo sebagai pemenang pemilu pada 24 Juni2004, sebulan lebih setelah hari pemungutan suara. Hal ini membuatnya presiden keempat Filipina yang terpilih kembali selagi menjabat dan yang ketiga yang terpilih untuk masa jabatan kedua (Presiden Quirino dan Garcia, yang masing-masing terpilih pada 1949 dan 1957, Presiden Quezon dan Marcos terpilih kembali ke masa jabatan kedua masing-masing pada 1941 dan 1969).
Arroyo diambil sumpah jabatannya pada 30 Juni2004, di Pulau Cebu. Ia adalah presiden Filipina pertama yang dilantik di kota itu. Ini dilakukan sebagai tanda terima kasih atas dukungan yang diberikan oleh rakyat Cebu pada masa pemilunya. Berbeda dengan tradisi, ia menyampaikan pidato pelantikannya di Manila sebelum berangkat ke Cebu untuk diambil sumpahnya.
Pada 10 Juni2005, Samuel Ong, mantan wakil direktur Biro Penyelidik Nasional (National Bureau of Investigation), menuduh bahwa Arroyo telah berbuat curang dalam pemilu presiden 2004. Ong menyodorkan bukti berupa rekaman kaset pembicaraan antara Arroyo dengan anggota Komisi Pemilu. Pada 27 Juni, Arroyo mengaku telah berbicara dengan orang tersebut, namun menolak pendapat bahwa dia telah memengaruhi hasil pemilu. Kemudian pada 8 Juli, sepuluh menteri dalam kabinet Arroyo mengundurkan diri dan meminta agar Arroyo juga mengikuti jejak mereka. Seruan ini juga didukung Partai Liberal dan mantan presiden Corazon Aquino.
Pada 6 September, Arroyo berhasil lolos dari percobaan pemecatan yang diminta dua orang pengacara, Oliver Lozano dan Jose Rizaldo P. Lopez setelah kubu penggugat kekurangan jumlah tanda tangan yang diperlukan untuk mengajukan kasus mereka.