Angkatan Udara Kerajaan Malaysia (bahasa Melayu: Tentera Udara DiRaja Malaysia [TUDM]; abjad Jawi: تنترا اودارا دراج مليسيا) adalah cabang Angkatan Tentara Malaysia yang bertanggungjawab atas operasi dan pertahanan wilayah udara Malaysia. Tentera Udara Diraja Malaysia didirikan pada tahun 1958 sebagai Tentera Udara Federasi Malaya. Saat ini TUDM mengoperasikan sebuah kombinasi unik yang menggabungkan beberapa jenis pesawat udara modern buatan Amerika Serikat, Eropa, dan Rusia.
Sejarah
Berdirinya dan eksistensi TUDM sebagai pengawal wilayah udara Malaysia tidak terlepas dari rangkaian catatan sejarah negara Malaysia. Dimulai sejak masa penjajahan Inggris hingga masa sekarang.
Tahun 1940, di bawah ancaman pecahnya perang melawan Kekaisaran Jepang yang semakin dekat, pasukan ini dikembangkan menjadi Tentera Udara Sukarelawan Malaya (Malayan Volunteer Air Force (MVAF)). MVAF diperkuat dengan sejumlah pesawat udara non-kombatan buatan de Havilland, Inggris, seperti Tiger Moth, Leopard Moth, dan Dragon Rapide. Saat bala tentara Jepang berhasil menguasai wilayah Singapura dalam Pertempuran Singapura pada Februari 1942, pasukan MVAF berhasil melarikan diri. Namun pada pertempuran di wilayah Sumatra, pasukan MVAF ini berhasil dihancurkan oleh angkatan udara Jepang yang memiliki peralatan yang jauh lebih besar dan modern.
Tahun 1950 Tentera Udara Sukarelawan Malaya kembali dibentuk untuk mendukung operasi-operasi militer melawan Parti Komunis Malaya saat peristiwa Kedaruratan Malaya tahun 1948-1960. Unit inilah yang menjadi cikal bakal pembentukan Tentera Udara Diraja Persekutuan Malaya pada tahun 1958.
Tentera Udara Diraja Persekutuan Malaya
Setelah memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada 31 Agustus 1957, Kerajaan Persekutuan Tanah Melayu, atau yang juga disebut Federasi Malaya, memandang perlunya membentuk sebuah angkatan udara sendiri untuk keperluan pertahanan negara agar tidak tergantung pada kekuatan militer yang diberikan oleh Inggris. Pasukan Tentera Udara Sukarelawan Malaya dijadikan cikal bakal pembentukan Tentera Udara Diraja Persekutuan Malaya. Parlemen mengesahkan satu keputusan, yang disebut Ordinan Tentera Udara 1958, yang memberi kuasa untuk pembentukan sebuah angkatan udara yang disebut "Tentera Udara Diraja Persekutuan" atau TUDP. Pada awal pembentukannya, TUDP dipimpin oleh Air Commodore (setingkat Brigadir Jenderal) A.V.R. Johnstone, seorang anggota AU Inggris. Air Commodore A.V.R. Johnstone yang sengaja dipinjam untuk memimpin dan menjadi panglima pertama Tentera Udara Diraja Persekutuan sekaligus juga sebagai penasehat Federasi Malaya. Air Commodore A.V.R. Johnstone bertanggungjawab membuat rencana pengembangan dan pelatihan personel, alutsista, organisasi, dan peraturan-peraturan lain yang terkait.
Sebagai sebuah unit pasukan yang masih baru, personel TUDP terdiri dari personel yang dipinjam dari AU Inggris. Kemudian personel AU Inggris yang berasal dari daerah setempat dialihstatuskan menjadi anggota TUDP pada November 1958. Di antara personel yang dialihstatuskan tersebut ialah Flying Officer (Leftenan/Letnan) Lim Heng Lip, Sergeant (Sarjan/Sersan) Subramaniam, Corporal (Koperal/[[Kopral) Othman Mohd Ismail, Corporal Wan Said, Corporal JD Parsley, Corporal Mahadeven, Senior Aircraftman (Laskar Udara Kanan/Prajurit Kepala) Surindam, Senior Aircraftman Md. Noor, Senior Aircraftman Zainal, Senior Aircraftman Mohd. Hussain, dan Junior Technician (Laskar Udara Kanan/Prajurit Kepala) Ismail Ariffin. Beberapa orang pribumi Malaya yang berdinas di AU Inggris dapat masuk menjadi anggota Tentera Udara Diraja Persekutuan, termasuk di antaranya ialah Marsyal Udara (Marsekal) Sulaiman bin Sujak.
Pada 25 Oktober 1960, usai berakhirnya Kedaruratan Malaya, AU Inggris menyerahkan pangkalan udara pertamanya di Malaya kepada TUDP, yaitu Landasan Udara Simpang. Pangkalan yang berlokasi di Sungai Besi, Kuala Lumpur, ini pertama kali dibuka pada 1 Juni 1941 oleh AU Inggris.
Pada awalnya, peran TUDM hanya terbatas dalam bidang komunikasi dan dukungan operasional darat Tentera Persekutuan saat terjadi peristiwa Kedaruratan Malaya, selain mendukung operasi-operasi militer yang dilakukan oleh AU Inggris (RAF) dan AU Australia (RAAF) dalam peristiwa yang sama. Peran yang dijalankan oleh TUDM ini karena pada saat itu Malaysia masih belum memiliki satuan pesawat tempur militer dan oleh sebab itu Malaysia masih menggantungkan kebutuhan satuan pesawat udara dari angkatan udara kedua negara tersebut.
Pada tahun 1960 TUDM menerima satuan pesawat tempur pertamanya, yaitu 20 unit CanadairCL41G Tebuan, versi militer dari pesawat jenis Canadair Tutor Trainer buatan Kanada yang telah ditambah daya mesinnya serta dilengkapi dengan cantelan bom dan roket. Pesawat jenis ini dibagi dalam 2 skuadron, yaitu Skuadron 6 dan Skuadron 9. Malaysia merupakan pengguna satu-satunya pesawat jenis ini. Dalam kurun waktu ini pula TUDM menerima 29 helikopterAérospatialeAlouette III buatan Prancis yang dipergunakan sebagai unit transportasi udara militer. Di kemudian hari pada tahun 1970, helikopter milik TUDM ini dilengkapi dengan kanon 20mm atau senapan mesinkaliber 12,7mm sebagai bagian dari satuan pesawat bantuan udara.
Tentera Udara Diraja Malaysia
Saat Persekutuan Malaysia dibentuk dan ditetapkan pada 16 September 1963, sesuai Resolusi Majelis Umum PBB 1514, maka nama pasukan udara ini pun berubah menjadi Tentera Udara Diraja Malaysia (TUDM). Sejumlah jenis pesawat udara baru masuk dalam jajaran TUDM. Di antaranya ialah pesawat angkut jenis Handley Page Herald dan De HavillandCanada DHC-4 Caribou. Pada akhir tahun 1960an dan awal tahun 1970an TUDM menerima 36 unit helikopter Sikorsky S-61A-4 (di dalam jajaran TUDM disebut Helikopter Nuri) sebagai satuan angkut udara. Helikopter ini mampu mengangkut 31 personel pasukan atau membawakargo hingga 3 ton. TUDM kemudian mencapai kemampuan pertahanan udara saat menerima sumbangan (hibah) 10 unit pesawat tempurCAC Sabre (atau juga disebut CA27 Sabre Mk.32) bekas pakai AU Australia (saat itu AU Australia sedang dalam proses penggantian pesawat tempur mereka dari CAC Sabre ke Mirage III). CAC Sabre merupakan varian pesawat F-86 Sabre yang dibuat khusus untuk AU Australia oleh Commonwealth Aircraft Corporation (CAC) berdasarkan lisensi dari North American Aviation. Satuan pesawat tempur CAC Sabre ini ditempatkan di Pangkalan Udara Butterworth, Penang.
Menjelang tahun 1970an, TUDM telah memiliki 16 skuadron dengan 1 pusat latihan penerbangan. Setelah penarikan pulang kekuatan militer Inggris dari Malaysia dan Singapura, kemudian ditandatangani Perjanjian Pertahanan 5 Negara atau Five Power Defence Arrangements (FPDA), yaitu antara Malaysia, Singapura, Selandia Baru, Australia, dan Inggris, yang menetapkan bahwa kelima negara akan saling membantu jika terdapat serangan dari luar terhadap Malaysia atau Singapura. FPDA dilakukan karena tanggung jawab pertahanan Inggris atas Malaysia dan Singapura karena pilihan Inggris pada tahun 1967 untuk menarik pasukan dari timur Suez. Sebagai bagian dari komitmen FPDA, AU Australia menempatkan skuadron pesawat tempur Mirrage III di Pangkalan Udara Butterworth. Pada tahun 1983 skuadron ini ditarik pulang kembali ke Australia meski penempatan satuan tempur udara AU Australia sesekali masih dilakukan.
Modernisasi TUDM
Sejak penarikan kekuatan militer Inggris dari Malaysia, TUDM secara bertahap melakukan modernisasi kekuatannya pada tahun 1970an hingga 1990an. Pada tahun 1975 pesawat tempur CAC Sabre digantikan 16 unit Northrop F-5E Tiger-IIs dan 4 unit NorthropF-5 B Tiger (pesawat ini kemudian digantikan oleh 4 unit F-5F). Satuan pesawat tempur ini kemudian diperkuat dengan datangnya 2 unit Northrop RF-5E Tigereye yang merupakan varian intai taktis. TUDM juga membeli 88 unit A-4 Skyhawk bekas pakai AL Amerika Serikat, 40 unit di antaranya mengalami perubahan airframe yang dikerjakan oleh Grumman Aircraft Engineering di Bethpage, New York, AS, hingga nama variannya berubah menjadi A-4PTM (Peculiar To Malaysia) yang mirip dengan spesifikasi standar varian A-4M yang dioperasikan oleh satuan udara Marinir Amerika Serikat (USMC) dan AL Amerika Serikat (US Navy).
Untuk memenuhi kebutuhan pesawat tempur latih di jajaran TUDM, mulai tahun 1983 TUDM menggunakan 8 unit pesawat Aermacchi MB339AM buatan Italia sebagai pesawat tempur latih lanjut. Kemudian TUDM kembali memperoleh pesawat tempur latih jenis Pilatus PC-7 buatan Swiss sebanyak 44 unit yang mulai diterima dan dioperasikan pada tahun 1984 sebagai pesawat tempur latih dasar.
Secara tradisional, TUDM berkiblat ke barat untuk setiap belanja peralatan militernya, terutama ke Amerika Serikat. Namun, dengan adanya pembatasan yang diberlakukan oleh Amerika Serikat atas sejumlah "teknologi baru" pada suatu wilayah regional, seperti rudaludara ke udaraAIM-120 AMRAAM, membuat Malaysia mempertimbangkan pembelian peralatan militer ke Rusia dan sumber-sumber non-tradisional lainnya. Pembatasan belanja "teknologi baru" oleh Malaysia ini merupakan hasil dari "pengajuan keberatan' oleh Singapura yang merupakan sekutu dekat Amerika Serikat.
Pada tahun 1990an masuk pesawat tempur buru sergap jenis BAE Hawk Mk108/208 ke dalam jajaran TUDM menggantikan A-4PTM. Kemudian disusul dengan kedatangan 18 unit pesawat tempur taktis MiG-29N/NUB pada tahun 1995 dan 8 unit pesawat tempur taktis F/A-18D Hornet pada tahun 1997. Pesawat ini setipe dengan yang digunakan oleh Marinir Amerika Serikat (USMC). Pada awalnya, pesawat F/18D Hornet milik TUDM hanya dibekali rudal jarak menengah AIM-7 Sparrow. Pada akhirnya TUDM dapat memperoleh rudal AMRAAM versi C-5 yang memiliki jarak jangkauan hanya 64 km, lebih pendek jika dibandingkan dengan rudal AIM-120D AMRAAM yang memiliki jangkauan hingga 95 km.
Pada tahun 2003 ditandatangani perjanjian pembelian 18 unit pesawat tempur taktis Sukhoi Su-30MKM dengan jadwal pengiriman mulai tahun 2007 untuk memenuhi kebutuhan peran satuan pesawat tempur multi peran atau ulti-role combat aircraft (MRCA). Kontrak pembelian Sukhoi Su-30 ini sebesar 900 juta dollar AS dengan sebagian pembayarannya diwujudkan dalam bentuk komoditi (kelapa sawit). Sebagai bagian dari kontrak pembelian Sukhoi Su-30 ini Rusia juga menyetujui seorang calon astronaut Malaysia untuk ikut terbang dan bergabung dengan astronaut lain di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Sukhoi Su-30 milik TUDM ditempatkan di pangkalan baru TUDM di Gong Kedak, Kelantan. Kebutuhan untuk opsi penambahan 18 unit Sukhoi-30 berikutnya ternyata tidak dapat terlaksana karena minimnya anggaran pertahanan. TUDM juga tengah mengkaji pembelian pesawat peringatan dini AWACS meski hingga saat ini belum ada pesanan yang dilayangkan ke pihak produsen.
Pada 8 Desember 2006 Malaysia telah menandatangani kontrak pemesanan 8 unit pesawat angkut Boeing C-17 Globemaster III. Pesawat Boeing C-17 Globemaster III pertama Malaysia akan diserahterimakan pada tahun 2016.[2] Pada akhir tahun 2006 Pemerintah Malaysia menandatangani kontrak pembelian 8 unit pesawat Aermacchi MB339AM untuk menambah pesawat sejenis yang telah ada sebelumnya.
Pada Maret 2007, Wakil Perdana Menteri dan Menteri PertahananMalaysia, Najib Tun Razak, mengumumkan kepada publik bahwa masa dinas aktif pesawat tempur MiG-29 dalam jajaran TUD akan tetap dipertahankan hingga tahun 2010. Kemudian pada tahun yang sama, Najib Tun Razak juga mengumumkan bahwa helikopter Nuri (Sikorsky S-61A-4) akan dinon-aktifkan mulai tahun 2012 dan akan digantikan oleh helikopter EurocopterEC725.[3] Wakil Panglima TUDM, Letnan JenderalBashir Abu Bakar, menyatakan pada media usai membuka acara Heli-Asia 2007, bahwa tender pengadaan helikopter pengganti Sikorsky S-61A-4 akan dimulai awal Juli 2008.[4]
Pada Juni 2009, Panglima TUDM, JenderalAzizan Ariffin, menyatakan keinginan pihak TUDM bahwa akan mengganti pesawat tempur MiG-29 dengan F-35 Lightning yang memiliki kemampuan manuver yang lebih lincah dan kemampuan menyerang lawan yang lebih baik daripada pesawat sebelumnya.[5]
Pada Pameran Pertahanan Asia ke-12 tahun 2010,[6] telah dilakukan penandatangan kontrak perjanjian pembelian 12 unit helikopter Eurocopter EC725 oleh TUDM untuk keperluan operasi militer.[7] Dengan kontrak perjanjian tersebut, pihak EADS selaku produsen Eurocopter EC725 telah menjanjikan investasi senilai 100 juta euro untuk mendirikan pusat helikopter yang komprehensif di Subang, Selangor sebagai akademi penerbangan, pelatihan, simulasi, dan sebagai fasilitas pemeliharaan, perbaikan, dan overhaul untuk helikopter Eurocopter EC725, baik versi militer maupun versi sipil.[8]
Organisasi
Hingga akhir tahun 1970an, Tentera Udara Diraja Malaysia (TUDM) masih menggunakan sistem jenjang kepangkatan yang sama dengan AU Inggris (RAF).[9] Jenjang kepangkatan ini kemudian digantikan dengan pola kepangkatan angkatan darat. Daftar kepangkatan yang saat ini berlaku di TUDM adalah sebagaimana disebutkan di bawah ini, berurutan mulai dari pangkat tertinggi hingga terendah.
Kepangkatan hingga 1970
Flag Officer (Perwira Tinggi)
Air Chief Marshal
Air Marshal
Air Vice Marshal
Air Commodore
-
-
-
Commissioned Officer (Perwira Menengah)
Group Captain
Wing Commander
Aquadron Leader
Flight Lieutenant
Flying Officer
Section/Pilot Officer
Cadet Officer
Enlisted (Bintara & Tamtama)
Warrant Officer I
Flight Sergeant
Sergeant
Corporal
Leading Aircraftman
Aircraftman 2nd Class
Aircraftman 1st Class
Kepangkatan sejak 1990
Tamtama, Bintara, dan Perwira
Prajurit Muda (Recruit)
Laskar Udara II (Aircraftman 2nd Class)
Laskar Udara I (Aircraftman 1st Class)
Laskar Udara Kanan (Leading Aircraftman)
Koperal Udara (Air Corporal)
Sarjan Udara (Air Sergeant)
Flait Sarjan (Flight Sergeant)
Pegawai Waran 2 (Warrant Officer 2)
Pegawai Waran 1 (Warrant Officer 1)
Perwira
Semua penyebutan jenjang pangkat perwira diikuti dengan akronim TUDM.
Leftenan Muda TUDM (Junior Lieutenant of the RMAF)
Leftenan TUDM (Lieutenant of the RMAF)
Kapten TUDM (Captain of the RMAF)
Mejar TUDM (Major of the RMAF)
Leftenant Kolonel TUDM (Lieutenant Colonel of the RMAF)
Kolonel TUDM (Colonel of the RMAF)
Perwira Tinggi
Semua penyebutan jenjang pangkat perwira tinggi / jenderal diikuti dengan akronim TUDM
Pada umumnya seorang brigadir jenderal menjabat sebagai wakil komandan sebuah divisi dan membantu mengawasi perencanaan dan koordinasi sebuah misi/operasi. Pada satuan setingkat brigade yang tidak melekat pada sebuah divisi, seorang brigadir jenderal bertindak sebagai komandan brigade dengan wakilnya seorang perwira berpangkat kolonel.
Memimpin semua operasi militer yang berada dalam ruang lingkup wilayahnya. Panglima pasukan pertahanan dan panglima angkatan udara adalah seorang jenderal bintang empat.
Pangkalan dan satuan udara Tentera Udara Diraja Malaysia (TUDM) yang berada di bawah komando Divisi 1 TUDM berkedudukan di Malaysia Barat yaitu di wilayah Semenanjung Malaysia.
Pangkalan dan satuan udara Tentera Udara Diraja Malaysia (TUDM) yang berada di bawah komando Divisi 2 TUDM berkedudukan di Malaysia Timur (Pulau Kalimantan bagian utara).
TUDM memiliki sejumlah Pusat Latihan Penerbangan (Pulatibang) sebagai tempat untuk melatih para calon penerbang TUDM.
Pulatibang 1, merupakan sekolah penerbang pesawat udara, berlokasi di Pangkalan TUDM Alor Setar, Kedah, menggunakan pesawat latih jenis Pilatus PC-7/PC-7 Mk.II.
Pulatibang 2, merupakan sekolah penerbang helikopter, berlokasi di Pangkalan TUDM Alor Setar, Kedah, menggunakan helikopter latih jenis Alouette III.
Pulatibang 3 atau Institut Latihan Instruktur Terbang (ILIT), merupakan sekolah calon instruktur penerbang, berlokasi di Pangkalan TUDM Kuantan, Pahang, menggunakan pesawat latih Pilatus PC-7 Mk.II dan MB-339AM/CM.
Dirancang untuk dapat bertempur di udara dan menyerang sasaran di darat. F/A adalah inisial untuk fighter (tempur) dan attack (serang). Berkemampuan tempur di segala cuaca, termasuk malam hari.
Masih berstatus dinas aktif dan difungsikan sebagai pesawat buru sergap. Berperan sebagai pesawat pendukung Su-30MKM, pesawat tempur multifungsi baru milik TUDM.[11] Namun pesawat ini sedang dalam proses penggantian dan hanya akan dipergunakan hingga pesawat penggantinya telah ditentukan dan diterima oleh TUDM.
Pesawat angkut militer untuk operasional lintas udara militer (airborne/PAC) dan untuk operasi kemanusiaan. 4 unit saat ini dalam pesanan untuk patroli maritim.
Total 36 unit telah diterima TUDM (tidak termasuk 7 unit SA-316Bs hibah dari AU Singapura pada tahun 1978/1979). 20 unit SA-316Bs kemudian diserahkan ke satuan udara Angkatan Darat Malaysia (PUTD).