Leang Karrasa

Leang Karrasa
Gua Karrasa, Leang Karrasa', Gua Karrasa', Leang Karassa, Gua Karassa
Lua error in Modul:Location_map at line 423: Kesalahan format nilai koordinat.
LokasiKampung Taddeang, Dusun Pattunuang, Desa Samangki, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia
Koordinat05°02'38.0"S 119°42'23.4"E[1]
Geologikarst / batu kapur / batu gamping
Situs webvisit.maroskab.go.id
cagarbudaya.kemdikbud.go.id
kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/
Wisata Gua Prasejarah
Leang Karrasa
Informasi
Lokasi Kampung Taddeang, Dusun Pattunuang, Desa Samangki, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan
Negara  Indonesia
Pemilik
Pembukaan Setiap hari pukul 08.00–16.00 WITA
Jenis objek wisata Edukasi arkeologi dan gua prasejarah
Situs web visit.maroskab.go.id
Situs Cagar Budaya Leang Karrasa
Nama sebagaimana tercantum dalam
Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya
Cagar budaya Indonesia
PeringkatKabupaten
KategoriSitus
No. RegnasPO2014080400003
Lokasi
keberadaan
Kampung Taddeang, Dusun Pattunuang, Desa Samangki, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia
Tanggal SK7 Agustus 2014
Pemilik Indonesia
PengelolaDinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Maros

Leang Karrasa atau Gua Karrasa (Indonesia: Gua Keramat; Inggris: Sacred Cave ) adalah sebuah gua di kawasan Karst Maros-Pangkep, Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung. Lokasi gua ini secara administratif terletak di pinggir Jalan Poros Camba (Jalan Poros Maros-Bone), di wilayah Kampung Taddeang, Dusun Pattunuang, Desa Samangki, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia. Secara astronomis berada pada posisi 05°02'38,0" LS dan 119°42'23,4" BT. Jarak sekitar 19 km sebelah timur Kota Turikale, atau sekitar 9 km sebelah tenggara Taman Prasejarah Leang-Leang. Gua ini termasuk jenis gua prasejarah Budaya Toala Sulawesi Selatan homo sapiens dengan tipe lingkungan pegunungan. Tinggalan arkeologi yang terdapat di gua ini adalah berupa artefak batu, serpih bilah kasar, tembikar, sampah dapur, dan kerang pada bagian singkapan tanah. Adapun fosil fauna masa Budaya Toala yang ditemukan adalah phalanger ursinus, phalanger celebensis, Babyrousa babyrussa, macaca maura, dan sus celebensis.[1][2][3][4][5]

Hendrik Robbert van Heekeren mengklasifikasikan lapisan Budaya Toala dalam 3 lapisan, yaitu Toala III, Toala II, dan Toala I. Ian C. Glover menerapkan radiokarbon untuk mengetahui kurun waktu hunian di gua. Klasifikasi masa hunian pada gua didasari atas jenis temuan yang terkandung pada gua sebagai unsur lapisan budaya yang bersangkutan, yaitu Toala III sampai dengan Toala I. Berdasarkan kajian klasifikasi lapisan Budaya Toala masa hunian oleh Hendrik Robbert van Heekeren dan kajian hasil analisis radiokarbon dengan sistem penanggalan radiokarbon oleh Ian C. Glover, Situs Leang Karrasa masuk pada klasifikasi lapisan Budaya Toala III. Pertanggalan Toala III diperkirakan berumur antara 32160 ± 330 BP sampai dengan 20150 ± 250 BP.[6] [7] [8]

Penelitian

R.P. Soejono dalam karyanya "On Prehistoric Burial Methods in Indonesia" (1969), telah meneliti Leang Karrasa bahwa penghuni gua ini telah mengenal sistem tradisi penguburan mayat sebagai bagian budaya prasejarah. Sisa-sisa aktivitas penguburan yang berasal dari masa yang lebih tua, yaitu berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut (mesolitik).[9] Hendrik Robbert van Heekeren dalam karyanya "The Stone Age of Indonesia" (1972), meneliti dan memetakan Leang Karrasa serta memasukannya ke klasifikasi situs gua prasejarah peninggalan Budaya Toala. Kehidupan penghuni gua Budaya Toala berlangsung sejak kala Pasca Plestosen hingga awal Masehi. Kehidupan Budaya Toala ini berlangsung cukup lama dan mampu bertahan beratus-ratus tahun lamanya. Kehidupan budaya tersebut masih sangat bergantung pada potensi ekologi sumber alam sekitarnya.[6][8]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b Tim Direktori Maros-Pangkep (2007). Direktori Potensi Wisata Budaya Di Kawasan Karst Maros-Pangkep Sulawesi Selatan Indonesia (PDF). Makassar: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar. hlm. 50. ISBN 978-979-17021-0-2. 
  2. ^ Nur, Muhammad (Oktober 2017). "Analisis Nilai Penting 40 Gua Prasejarah Di Maros, Sulawesi Selatan (Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur, Volume 11, Nomor 1)" (PDF). kebudayaan.kemdikbud.go.id. hlm. 64-73. Diakses tanggal 1 Mei 2021. 
  3. ^ Ahmad, Amran; A. Siady Hamzah (2016). Database Karst Sulawesi Selatan 2016 (PDF). Makassar: Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. hlm. 44. 
  4. ^ Siregnas CB Kemendikbud RI. "Leang Karrasa". cagarbudaya.kemdikbud.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-04. Diakses tanggal 4 Mei 2021. 
  5. ^ Cagar Budaya Kemendikbud RI. "Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya". cagarbudaya.kemdikbud.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-05. Diakses tanggal 6 Mei 2021. 
  6. ^ a b Nurani, Indah Asikin (1993). "Pola Adaptasi Penghuni Gua Budaya Toala (Berkala Arkeologi Vol. 13 No. 2)" (PDF). berkalaarkeologi.kemdikbud.go.id. hlm. 1-17. Diakses tanggal 19 Mei 2021. [pranala nonaktif permanen]
  7. ^ Glover, Ian C.; Bernnet Bronson, C. (1984). "Archaeological Radiocarbon Dates from Indonesia: A First List (Indonesia Circle No. 34, June 1984)". hlm. 37-44. 
  8. ^ a b Heekeren, van H.R. (1972). "The Stone Age of Indonesia (Second rev. ed., VKI No. LXI)". The Hague-Martinus Nijhoof. 
  9. ^ Soejono, R.P. (1969). "On Prehistoric Burial Methods in Indonesia (Berita Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional, No. 7)". Jakarta. hlm. 3. 

Pranala luar

Strategi Solo vs Squad di Free Fire: Cara Menang Mudah!