Commuter Line Bandara Soekarno-Hatta (Basoetta), atau disebut juga Lin Soekarno-Hatta, adalah layanan kereta api ekspres bandara milik Kereta Api Indonesia yang dioperasikan oleh KAI Commuter dari dan menuju Bandara Soekarno Hatta (sebagai Airport Railink Station) dan Manggarai.[1] Setiap satu perjalanan kereta ekspres ini menggunakan rangkaian KRL seri EA 203 buatan PT INKA dan Bombardier Transportation. Pada peta perjalanan KRL, relasi ini berwarna biru dongker, dan layanan ini sering disebut KRL Bandara Soekarno-Hatta.
Ide mengenai KA Bandara Soekarno-Hatta telah tercetus sejak Soemino Eko Saputro menjabat sebagai Direktur Jenderal Perkeretaapian yang pertama. Pada 2006, ia mengemukakan perencanaan pembangunan jalur kereta api baru untuk mendukung operasional Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Dalam rencana yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA), jalur KA Bandara Soekarno-Hatta dimulai dari Stasiun Manggarai hingga ke kompleks Bandara dan dibangun 2007–2008, rampung 2009. Proyek ini ditaksir mencapai Rp490 miliar, yang mencakup peningkatan jalur kereta api segmen Duri–Kalideres, Kalideres–Soekarno-Hatta, peralatan persinyalan dan telekomunikasi, pembebasan lahan, Stasiun Kalideres, serta rancang bangun dan supervisi.[2] Rencana ini juga dilakukan segera sehubungan dengan pembentukan PT Railink (sekarang KAI Bandara). Perusahaan ini dibentuk 28 September 2006 oleh KAI dan Angkasa Pura II untuk melaksanakan tugas tersebut.[3]
Gagasan ini kemudian mangkrak bertahun-tahun dan baru dimulai lagi ketika DJKA membuat jalur cabang dari Stasiun Batu Ceper (BPR) ke Stasiun Bandara Soekarno-Hatta (BST) pada bulan Juli 2015 dan rampung pada akhir 2017.[4][5][6][7][8][9] Jalur ini mulai diujicobakan untuk publik mulai 26 Desember 2017,[10][1] dan diresmikan penggunaannya pada 2 Januari 2018.[11]
Untuk mendukung operasional KA ini, dibuka pula sebuah stasiun khusus KRL bandara, yakni Stasiun Sudirman Baru (SUDB). Bank Negara Indonesia (BNI), Kereta Api Indonesia (KAI), dan Railink sepakat mengubah nama stasiun menjadi BNI City sebagai strategi dalam mewujudkan sinergi antar badan usaha milik negara, serta menjadi stasiun pertama di Indonesia yang menggunakan hak penamaan.[12] BNI turut serta mengelola stasiun ini bersama PT Railink dan PT KAI; dengan menyediakan fasilitas penunjang berupa ATM dan mesin tiket.[13]
Awalnya penumpang dari bandara dan menuju bandara hanya bisa naik dan turun dari stasiun ini, sebelum akhirnya Stasiun Manggarai baru bisa melayani penumpang sejak 10 Oktober 2019.[14] Pada 19 Juni 2018, beberapa jadwal perjalanan KRL Bandara Soekarno-Hatta sempat diperpanjang sampai Bekasi.[15][16] Pada 8 September 2019, perjalanannya kembali dipangkas menjadi BNI City–Bandara Soekarno-Hatta pp untuk optimalisasi pelayanan. Menurut hasil evaluasi yang dilakukan oleh PT Railink, perjalanan KRL Bandara saat melintasi Stasiun Manggarai sering mengalami keterlambatan akibat terkendala kesiapan infrastruktur stasiun yang saat itu masih dalam serangkaian renovasi untuk menjadi stasiun tersebut sebagai stasiun sentral di DKI Jakarta.[17][18]
Per 1 Januari 2023, KAI Commuter resmi mengakuisisi layanan KRL Bandara Soekarno-Hatta dari KAI Bandara dengan ditekennya dokumen peralihan operator pelayanan operasional dan akta jual beli pada 30 Desember 2022.[19]
KAI Commuter mengumumkan mulai 1 Maret 2024, Stasiun Rawa Buaya mulai melayani KA Bandara Soekarno-Hatta. Sehingga pada stasiun ini pun ditambahkan sebuah gerbang yang khusus difungsikan untuk akses masuk dan keluar penumpang KA Bandara Soekarno-Hatta.[20]
Pada tanggal 2 Januari 2025, KAI Commuter bakal memindahkan pemberhentian KA Bandara Soekarno-Hatta dari Stasiun Sudirman Baru (BNI City) ke Stasiun Sudirman Lama di Februari 2025 supaya penumpang yang dari Stasiun LRT Dukuh Atas yang ingin transit ke KA Bandara bisa lebih mudah, dan mengurangi waktu tempuh perjalanan KA Bandara Soekarno-Hatta dari yang semula 56 menit menjadi 40 menit dari stasiun pemberangkatan awal Stasiun Manggarai menuju Bandara Soekarno-Hatta karena Stasiun Karet juga akan ditutup.[21][22]
Pembayaran KRL Commuter Line Basoetta dapat dilakukan melalui beberapa pilihan metode pembayaran yang terbagi berdasarkan kanal pembayarannya (payment point):
Tersedia mesin tiket yang dapat digunakan untuk melakukan pembelian tiket yang tersedia dalam bentuk tiket elektronik (e-ticket) maupun tiket termal yang otomatis akan dicetak kenbali oleh mesin.[23] Beberapa pilihan metode pembayaran dengan kanal ini yaitu:
Pemesanan tiket juga dapat dilakukan melalui Aplikasi Access by KAI (yang juga dapat diakses untuk layanan kereta api bandara oleh KAI Bandara) dan situs resmi pemesanan tiket oleh KAI Commuter. Metode pembayaran yang tersedia pada dua kanal ini yakni:
Mulai 5 Oktober 2020, semasa dinaungi oleh KAI Bandara, KRL Basoetta dapat diakses dengan melakukan Gate In menggunakan kartu uang elektronik (KUE) secara langsung di gerbang stasiun tanpa perlu membeli tiket di mesin tiket terlebih dahulu. Kartu yang dapat digunakan untuk memanfaatkan metode pembayaran bertajuk Tap and Go ini yakni Kartu Multi TRIP (KMT) Commuter Line, TapCash dari BNI, Flazz dari BCA, BRIZZI dari BRI, dan Jakcard dari Bank DKI. Meskipun praktis, penggunaan fitur ini memastikan penumpang tunduk pada aturan tertentu seperti penggunaan 1 kartu untuk 1 penumpang dengan 1 kursi saja serta hanya tersedia paling cepat 15 menit sebelum jadwal keberangkatan kereta.[24]
Apabila melanggar beberapa ketentuan dari penggunaan fasilitas Tap and Go, penumpang dapat dikenakan denda sebagai berikut.
Pada 1 Agustus 2024, KAI Commuter Bandara mengumumkan penggunaan Tap and Go pada Commuter Line Basoetta terbatas menggunakan KMT saja, sehingga kartu uang elektronik perbankan sebelumnya tidak dapat digunakan secara langsung di gerbang stasiun. Penggunaan KMT untuk kereta bandara ini pun kemudian dihentikan sementara mulai 1 Maret 2025 untuk dilakukan pengembangan sistem e-ticketing. Alhasil, fasilitas Tap and Go tidak dapat dimanfaatkan selama beberapa waktu.[25][26]
<ref>
liputan6
|author=
|last=
|url-status=
**dioperasikan oleh PT Kereta Api Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek (hingga 15 September 2008) & PT KA Commuter Jabodetabek (hingga 2 Juli 2011) ***operasional dialihkan dari swakelola perusahaan induk karena berfokus pada layanan antarkota dan aglomerasi. ****operasional dialihkan dari KAI Bandara
Artikel bertopik perkeretaapian ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.