Teori kepribadian golongan darah[1] adalah kepercayaan pseudosains yang lazim di Jepang dan Korea Selatan, teori ini menyatakan bahwa sistem golongan darah seseorang bisa memprediksi kepribadian, temperamen, dan kecocokan seseorang dengan orang lain.[2] Teori ini umumnya dianggap sebagai takhayul oleh komunitas ilmiah, mirip dengan kepercayaan astrologi dalam budaya barat.
Terinspirasi dari rasisme ilmiah yang pernah ada di Eropa pada awal abad ke-20, golongan darah digunakan oleh masyarakat Jepang untuk melawan rasisme ilmiah.[3] Kepercayaan masyarakat ini diawali oleh tulisan-tulisan Masahiko Nomi tahun 1970-an. Komunitas ilmiah dan akademik menganggap kepercayaan golongan darah ini sebagai takhayul belaka atau ilmu semu karena tidak punya dasar bukti yang kuat atau acuan terhadap kriteria yang teruji.[2][4][5] Meski penelitian mengenai hubungan sebab antara golongan darah dan kepribadian tidak begitu banyak, semua penelitian menyimpulkan bahwa tidak ada kaitan menonjol antara kedua hal tersebut.[6][7][8][9] Sebaliknya, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa hubungan tersebut ada karena tercipta sendiri (self-fulfilling) sebagai efek dari membaca ramalan golongan darah tersebut.[10][11][12] Dari data yang sama pun muncul hasil yang saling bertentangan: hubungan golongan darah dan kepribadian sebenarnya efek yang tercipta sendiri[13] dan tidak tercipta sendiri.[14] Beberapa hipotesis medis telah dipaparkan mengenai hal ini.[15] Baru-baru ini, penelitian menggunakan AI telah dimulai.[16][17]
Sistem golongan darah ABO diakui secara luas sebagai hasil penelitian ilmuwan Austria Karl Landsteiner yang menemukan tiga golongan darah pada tahun 1900.[18]
Pada tahun 1926, Rin Hirano dan Tomita Yashima menerbitkan artikel "Blood Type Biological Related" di Army Medical Journal. Artikel ini dianggap sebagai laporan non-statistik dan tidak ilmiah yang termotivasi oleh rasisme.[butuh rujukan]
Pada tahun 1927, Takeji Furukawa, dosen di Sekolah Guru Perempuan Tokyo, menerbitkan makalahnya yang berjudul "Penelitian Sifat Melalui Golongan Darah" di jurnal ilmiah Psychological Research. Gagasan yang dipaparkannya mendadak populer di kalangan masyarakat Jepang meski Furukawa tidak memiliki bukti apapun, dan pemerintah Jepang yang militeris saat itu mengadakan penelitian yang bertujuan menghasilkan tentara-tentara ideal.[2] Penelitian Furukawa hanya melibatkan 10 sampai 20 orang sehingga gagal memenuhi batas statistik yang diperlukan agar pengujiannya dapat diandalkan atau digeneralisasikan ke populasi yang lebih besar.[butuh rujukan]
Di sisi lain, pada tahun 1934, Fisher melaksanakan pengujian chi kuadrat yang sangat populer di era modern untuk pengujian pertama. Beberapa pakar mengaku telah menemukan perbedaaan yang menonjol mengenai sejumlah penelitian Jepang kala itu.[19]
Dalam penelitian lain, Furukawa membandingkan persebaran golongan darah di dua suku bangsa: pribumi Formosa di Taiwan dan suku Ainu di Hokkaidō. Penelitiannya didorong oleh sebuah insiden politik:[20] Saat Jepang menduduki Taiwan pasca invasi Tiongkok tahun 1895, penduduknya melawan para penjajah habis-habisan. Pemberontakan tahun 1930 dan 1931 menewaskan ratusan pendatang Jepang.[20]
Tujuan penelitian Furukawa adalah "mempelajari dasar sifat rasial bangsa Taiwan yang belakangan ini memberontak dan bertindak begitu kejam". Berdasarkan temuan bahwa 41,2% sampel Taiwan memiliki golongan darah O, Furukawa berkesimpulan bahwa sifat berontak orang Taiwan sudah tertanam secara genetik. Kesimpulannya tersebut didasarkan pada fakta bahwa di kalangan suku Ainu, yang memiliki sifat submisif, hanya 23,8% sampel memiliki golongan darah O. Furukawa berpendapat bahwa bangsa Jepang harus meningkatkan frekuensi pernikahan antarras dengan bangsa Taiwan untuk mengurangi jumlah warga Taiwan bergolongan darah O.[20]
Dr LAURENT: "4groupes sanguins, 4 personnalités" Marco Pietteur ed. 2007/2014. Belgium. (In French)