Sejarah Kota Bandung

Sejarah Kota Bandung secara resmi dimulai pada masa pemerintahan Kolonial portugis, pada abad ke-7. Kota Bandung didirikan oleh dan atas kehendak (kebijakan) Bupati Bandung ke-9 R.A. Wiranatakusumah (1794-1829).[1] Akan tetapi proses pendiriannya dipercepat oleh perintah Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36, Herman Willem Daendels (1808-1811) dengan surat keputusan (besluit) pada tanggal 25 September 1810, sehingga tanggal 25 September dianggap sebagai hari jadi Kota Bandung".[1]

Bandung Purba

Pada Zaman Tersier Kala Oligosen (27 juta tahun yang lalu), pulau Jawa sekarang ini masih merupakan bagian dari laut dangkal yang memanjang dari Rajamandala hingga Pelabuhan Ratu. Bukti mengenai hal ini adalah ditemukannya terumbu karang purbakala di perbukitan kapur kawasan karst Citatah, Rajamandala. Proses pengangkatan kerak bumi selama jutaan tahun membentuk lipatan, patahan, dan retakan, sehingga pantai utara Pulau Jawa berada di titik Pangalengan.[2] Bukit-bukit kapur yang terangkat itu juga mengalami proses pelarutan dan karstifikasi, sehingga terbentuk saluran-saluran air yang terus membesar menjadi sungai bawah tanah dan goa-goa, antara lain Gua Sanghyang Poek, Gua Bancana dan Gua Pawon.

Sekitar empat juta tahun lalu (Kala Pliosen) terjadi akitivitas vulkanik di selatan Cimahi. Di tempat itu muncul beberapa gunung seperti Gunung Lagadar, Gunung Selacau, Gunung Lalakon, Gunung Paseban, Gunung Singa, Gunung Pasir Pancir dan lain-lain.

Lama kelamaan, aktivitas vulkanik bergeser ke arah utara. Pada Kala Pleistosen Akhir (sekitar 500.000 tahun yang lalu), Gunung Sunda purba di bagian utara Bandung sekarang meletus berkali-kali, sehingga mengambrukkan tubuhnya dan membentuk Kaldera Sunda yang dipagari jajaran perbukitan di Bandung Utara dan Timur. Bentukan alam inilah yang merupakan cikal bakal wilayah Cekungan Bandung sekarang. Pada kala yang sama terjadi Patahan Lembang yang memanjang dari arah barat (Cisarua, Lembang) ke timur (Gunung Manglayang).

Tangkuban Parahu dilihat dari Pelantungan (litografi berdasarkan lukisan J. S. G. Gramberg pada tahun 1865–1872)

Sekitar 125.000 tahun yang lalu terjadi letusan Gunung Tangkuban Parahu berkali-kali. Material letusannya sebagian mengisi Patahan Lembang, dan sebagian lagi membendung sungai Ci Tarum purba di utara Padalarang sehingga terbentuklah Situ Hyang atau Danau Bandung Purba di Cekungan Bandung yang terbentang dari Cicalengka di timur sampai Padalarang di barat dan dari Bukit Dago di utara sampai Soreang di selatan.

Letusan berikutnya terjadi sekitar 55.000 tahun yang lalu, material letusannya mengalir ke selatan, menutupi wilayah yang sangat luas dan memisahkan Danau Purba Bandung menjadi dua bagian, yaitu Danau Bandung Purba Barat dan Danau Bandung Purba Timur.

Pada saat Bandung menjadi danau yang sangat besar, air genangannya mulai mengikis tebing di perbukitan sisi barat. Gempa bumi di jalur patahan yang yang banyak mengiris Cekungan Bandung telah memberikan jalan bagi air untuk membobol Danau Bandung Purba. Pelepasan air danau terjadi pada saat memasuki celah-celah antara Pasir Kiara dan Pasir Larang hingga akhirnya Situ Hyang menyusut di suatu lembah sempit yang dikenal dengan sebutan Cukang Rahong untuk Danau Bandung Purba Barat, dan Curug Jompong untuk Danau Bandung Purba Timur.[3]

Manusia Purba Cekungan Bandung

Koleksi benda-benda purba Bandung di Museum Geologi Bandung

Cekungan Bandung sudah dihuni oleh manusia sekurang-kurangnya sejak 9000 tahun yang lalu. Pada akhir tahun 2003, ditemukan empat fosil kerangka utuh manusia purba jenis Homo sapiens di Gua Pawon (utara Padalarang), yang diperkirakan berusia 9000 tahun.[4]

Gua Pawon merupakan gua pertama di Pulau Jawa bagian barat, sebagai tempat ditemukannya kerangka manusia prasejarah. Menurut arkeolog Prancis, Jean-Christophe Galipaude (Agustus 2009), kerangka ini sangat mungkin merupakan kerangka manusia tertua yang pernah ditemukan di Indonesia bagian barat. Di Gua Pawon ditemukan juga 22.000 artefak berupa gelang-gelang dari batu gelas (obsidian), kapak, dan aneka peralatan dari batu obsidian. Goa itu diperkirakan menjadi tempat tinggal sekaligus pekuburan manusia purba.

Selain di wilayah barat (Gua Pawon), permukiman manusia Purba di sekitar Cekungan Bandung juga terdapat di wilayah utara, timur laut dan selatan Cekungan Bandung. Hal ini dibuktikan dengan penemuan berbagai artefak purba, seperti kapak, mata panah dan mata tombak yang terbuat dari obsidian, mata tombak perunggu, cetakan tanah liat untuk pengecoran dan pecahan keramik tembikar purba. Artefek-artefak itu ditemukan antara lain di Dago Pakar, Pasir Kiara Janggot, Pasir Panyandaan, Darmaga, Gunung Singa dan Gunung Sadu.

Era Kerajaan Pajajaran

Kerajaan pertama di Jawa Barat yaitu Kerajaan Tarumanagara yang menguasai wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Raja Tarumanagara, Sri Maharaja Purnawarman (395-434) berhasil menguasai seluruh wilayah Jawa Barat.

Pada tahun 669 M, Sri Maharaja Tarusbawa yang berasal dari Kerajaan Sunda Sambawa, menggantikan tahta mertuanya yaitu Linggawarman, raja Tarumanagara yang terakhir. Karena pamor Tarumanagara pada zamannya sudah sangat menurun, Tarusbawa ingin mengembalikan keharuman zaman Purnawarman yang berkedudukan di Sundapura (kota Sunda) bekas ibu kota Tarumanagara. Pada tahun 670 M, Tarusbawa mengganti nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda.

Lukisan Prabu Siliwangi di Keraton Kasepuhan, Cirebon

Wretikandayun, raja pertama di Kerajaan Galuh yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Tarumanagara, tidak menyetujui penggantian tersebut. Dengan dukungan Kerajaan Kalingga di Jawa Tengah, Wretikandayun menuntut kepada Tarusbawa supaya wilayah Tarumanagara dipecah dua. Untuk menghindari perang saudara, Tarusbawa menerima tuntutan Galuh. Pada tahun 670 M, wilayah Tarumanagara dipecah menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Sungai Citarum sebagai batasnya.[5] Berdasarkan peninggalan sejarah seperti prasasti dan naskah kuno, ibu kota Kerajaan Sunda berada di Pakuan (sekarang Bogor), sedangkan ibu kota Kerajaan Galuh adalah Kawali (sekarang Ciamis).

Raja Galuh, Prabu Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi (1482-1521) berhasil menyatukan kembali kerajaan Galuh dan Sunda menjadi Kerajaan Sunda Galuh yang beribu kota di Pakuan Pajajaran atau Pajajaran. Lokasinya berada di wilayah Bogor, Jawa Barat sekarang. Pada masa lalu, di Asia Tenggara ada kebiasaan menyebut nama kerajaan dengan nama ibu kotanya sehingga Kerajaan Sunda Galuh sering disebut sebagai Kerajaan Pajajaran.

Pada tahun 1579, kerajaan Pajajaran ditaklukkan oleh Kesultanan Banten di bawah pimpinan Maulana Hasanuddin (1552-1570). sejak itu, Kerajaan Sumedang Larang (didirikan oleh Prabu Tajimalela) menjadi penerus kerajaan Pajajaran. Ketika itu Sumedang Larang diperintah oleh Prabu Geusan Ulun (1579-1601). Wilayah kekuasaannya meliputi sebagian besar wilayah bekas Kerajaan Pajajaran (seluruh Tatar Sunda kecuali Banten, Cirebon dan Galuh), dengan pusat pemerintahan di Kutamaya (suatu tempat yang terletak sebelah Barat kota Sumedang sekarang). Pada waktu itu, wilayah yang sekarang ditempati Kota Bandung merupakan wilayah yang disebut Ukur atau Tatar Ukur, yang merupakan bagian dari Kerajaan Timbanganten, suatu kerajaan di bawah kekuasaan kerajaan Sumedang Larang.

Kerajaan Sumedang Larang berambisi untuk membangun kembali kejayaan Kerajaan Sunda, tetapi kekuatannya melemah setelah berperang dengan Kesultanan Cirebon. Selain ancaman dari Kesultanan Cirebon dari arah timur, posisi Sumedang Larang juga terancam oleh Kesultanan Banten dari arah barat.

Era Kesultanan Mataram

Perangko bergambar Sultan Agung dari Mataram

Di bawah kepemimpinan Sultan Agung (1613-1645), Kesultanan Mataram mencapai masa-masa keemasan. Pada awal abad ke-17, Mataram di sudah menjadi kerajaan yang besar dan kuat di Jawa dan Nusantara pada saat itu. Namun di pantai barat pulau Jawa terdapat kekuatan yang belum berhasil ditaklukkan Mataram, yaitu Kesultanan Banten.

Pada tahun 1619, Perusahaan Dagang Belanda di Hindia Timur (Verenigde Oost-Indische Compagnie, VOC) yang sebelumnya berkedudukan di Ambon berhasil merebut Jayakarta di bagian barat pulau Jawa yang belum ditaklukkan Mataram, kemudian mengganti namanya menjadi Batavia dan bermarkas di sana. Adanya VOC di Batavia mempersulit Mataram untuk menaklukkan Banten.

Sumedang Larang, yang pada waktu itu diperintah oleh Raden Suriadiwangsa (1601–1625) atau yang dijuluki Pangeran Rangga Gempol Kusumadinata (Rangga Gempol I), anak tiri Geusan Ulun dari Ratu Harisbaya, merasa khawatir terhadap ancaman ekspansi Kesultanan Banten ke arah timur dalam rangka menguasai wilayah bekas Pajajaran. Hal itu mendorong Suriadiwangsa berangkat ke Mataram untuk meminta perlindungan. Pada tahun 1620, Sumedang Larang bergabung dengan kerajaan Mataram di bawah Sultan Agung. Sultan Agung mengganti nama Sumedang Larang menjadi Priangan yang terdiri dari wilayah Sumedang Larang, Pamanukan, Ciasem, Kawung Sukapura, Ukur (Bandung), Limbangan dan Cianjur. Daerah Priangan menjadi Kabupaten Wedana yang diawasi oleh Bupati Wedana (Kepala Bupati), dan Pangeran Suriadiwangsa menjadi Bupati Sumedang yang pertama merangkap Bupati Wedana Priangan (1620-1625).

Pada tahun 1624 Sultan Agung memerintahkan Rangga Gempol untuk merebut wilayah Sampang di Madura. Setelah berhasil menaklukkan Sampang, Pangeran Dipati Rangga Gempol Kusumadinata wafat di Mataram. Jabatan Bupati Wedana Priangan diserahkan kepada saudaranya, Rangga Gede (1625-1633).

Ketika sebagian pasukan Kabupaten Sumedang Larang berangkat ke Sampang, pasukan Kesultanan Banten menyerang Kabupaten Sumedang. Rangga Gede tidak sanggup membendung serangan itu dan melarikan diri. Sultan Agung murka dan menilai bahwa Pangeran Rangga Gede tidak mampu mengendalikan pemerintahan. Sebagai sanksinya, pangkat Bupati Wedana Pangeran Rangga Gede dicopot, dan Rangga Gede ditawan di Mataram. Sebagai penggantinya, pangkat Bupati Wedana Priangan diberikan kepada Dipati Ukur.

.

Kabupaten Bandung

Sejak penahanan terhadap Dipati Rangga Gede, bupati wedana yang mengawasi daerah Priangan adalah Dipati Ukur (1625-1629), yang berasal dari Tatar Ukur (VOC pada tahun 1629 sudah mencatat nama Sumedang dan Ukur sebagai bagian dari daerah Priangan dan tahun 1640-an menyebut daerah Ukur sebagai Nagorij Bandong dan kemudian West Oedjoeng Beroeng, sedangkan masyarakat Sunda menyebutnya Tatar Ukur[6]).

Pengepungan Batavia oleh Pasukan Mataram

Pada tahun 1628, Sultan Agung memerintahkan agar Dipati Ukur bersama-sama dengan pasukan Mataram menyerang VOC di Batavia. Kurangnya kerjasama menyebabkan serangan itu mengalami kegagalan. Dalam serangan kedua (1629), Dipati Ukur menolak ikut serta. Kegagalan serangan pertama ditambah keengganan Dipati Ukur turut serta dalam serangan kedua membuat Mataram menilai tindakan tersebut patut diberi hukuman. Dipati Ukur dipanggil ke Mataram, namun dia tidak memenuhi panggilan tersebut. Bersama pasukannya, dia tetap tingal di ibu kota Ukur yang terletak di Gunung Lumbung (sekarang Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung) sambil mengantisipasi kedatangan pasukan Mataram. Tindakan ini dianggap Mataram sebagai pemberontakan yang harus ditumpas. Setelah terjadi beberapa kali pertempuran, pada tahun 1632 Dipati Ukur tertangkap di Gunung Lumbung dan akhirnya dihukum pancung di Mataram.

Pada saat Sumedang dipimpin oleh putera Rangga Gede yang bernama Raden Bagus Weruh atau sering disebut juga Pangeran Dipati Rangga Gempol II (1633-1656), Mataram mengadakan reorganisasi untuk menata kembali wilayah Priangan. Hal ini tertuang dalam Serat Piyagem (Surat Keputusan) Sultan Agung pada tanggal 9 Muharam tahun Alip (bertepatan dengan tanggal 20 April 1641), yang berisi pembentukan tiga kabupaten baru berikut pengangkatan bupatinya. Dengan demikian, di bekas kerajaan Sumedang Larang terdapat empat kabupaten termasuk bupatinya, yaitu Sumedang (Rangga Gempol II), Sukapura (Tumenggung Wiradadaha), Bandung (Tumenggung Wiraangunangun) dan Parakanmuncang (Tumenggung Tanubaya).[7] Berdasarkan keputusan tersebut, tanggal 20 April diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Bandung.

Rangga Gempol II merasa kecewa atas kebijakan Sultan Agung tersebut, sebab wilayah kekuasaan Sumedang menjadi bekurang. Kekecewaan ini makin bertambah ketika Sultan Agung digantikan oleh puteranya, Sunan Amangkurat I. Amangkurat I mengeluarkan dua kebijakan penting terkait wilayah Priangan. Pertama, Jabatan Bupati Wedana dihapuskan. Kedua, wilayah Mataram Barat dibagi menjadi 12 ajeg (setara dengan kabupaten). Dengan begitu, kedudukan Bupati Sumedang menjadi setara dengan bupati-bupati lain, dan wilayah kekuasaan Sumedang menjadi lebih kecil lagi. Sebagai protes atas kebijakan tersebut, Rangga Gempol mengundurkan diri sebagai bupati, dan sebagai penggantinya ditunjuk puteranya, Rangga Gempol III yang bergelar Pangeran Panembahan (1656-1705).

Tumenggung Wiraangunangun memerintah di Kabupaten Bandung antara 1641-1681. Wilayah pemerintahannya meliputi beberapa wilayah antara lain Tatar Ukur, termasuk daerah Timbanganten, Kahuripan, Sagaraherang, dan sebagian Tanahmedang. Hingga berakhirnya kekuasaan VOC akhir tahun 1779, Kabupaten Bandung beribu kota di Krapyak, yang sekarang bernama Citeureup, suatu wilayah di dekat Sungai Citarum, di sekitar Dayeuh Kolot. Selama itu Kabupaten Bandung diperintah secara turun-temurun oleh enam orang bupati.

Setelah Sultan Agung meninggal dunia pada tahun 1645, Mataram berangsur-angsur menjadi lemah akibat kemelut internal yang berlarut-larut dalam kerajaan dan serangan dari luar. VOC campur-tangan dalam kemelut ini sehingga sedikit demi sedikit wilayah Mataram jatuh ke dalam kekuasaan VOC. VOC memperoleh wilayah Priangan Barat dari Mataram (Sultan Amangkurat II) dalam Perjanjian 19-20 Oktober 1677 sebagai imbalan atas bantuan VOC memadamkan pemberontakan Trunojoyo. Sedangkan wilayah Priangan Timur dan Cirebon diserahkan Mataram kepada VOC dalam Perjanjian 5 Oktober 1705 sebagai imbalan dari Pangeran Puger (Pakubuwono I) karena membantu merebut tahta Mataram dari Sunan Mas (Amangkurat III).[8]

Di bawah kekuasaan VOC, Bupati Bandung dan bupati-bupati lainnya di Priangan tetap berkedudukan sebagai penguasa tertinggi di Kabupaten, tanpa ikatan birokrasi dengan VOC. Sistem pemerintahan kabupaten tidak mengalami perubahan, namun VOC menuntut agar para bupati mengakui kekuasaan VOC, dengan jaminan menjual hasil-hasil bumi tertentu secara eksklusif kepada VOC. Sebagai pengawas (opzigter) daerah Cirebon-Priangan, VOC mengangkat Pangeran Arya Cirebon.

Tanam Paksa Kopi di Priangan

Pekerja di Priangan sedang menumbuk biji kopi

Budidaya kopi di Jawa untuk keperluan pemasaran di pasaran dunia sudah dimulai sejak awal abad ke-18.[9] Pada waktu itu, VOC menjelajah mencari barang-barang kolonial di berbagai bagian kepulauan Nusantara. Tanaman kopi yang didatangkan dari India Selatan ternyata dapat tumbuh baik di daerah pedalaman markas besar kolonial yang berbukit-bukit. Para pedagang VOC itu mendorong budidaya tanaman asing ini. Pada mulanya mereka memborong hasil panen masyarakat petani, tetapi apa yang awalnya bersifat sebagai transaksi komersial segera berubah menjadi penyetoran kopi secara paksa dengan harga yang jauh di bawah harga pasar.

Tanam paksa kopi di Priangan (Preangerstelsel) terjadi pada kurun waktu 1720-1830, satu abad sebelum pemerintah Hindia Belanda di bawah Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch memberlakukan sistem tanam paksa (cultuurstelsel) pada tahun 1830, karena Hindia Belanda mengalami krisis finansial akibat Perang Diponegoro (1825-1830).

Salah satu kewajiban utama para Bupati di Priangan terhadap VOC adalah melaksanakan penanaman wajib tanaman kopi, dan menyerahkan hasilnya ke VOC. Dalam sistem ini, baik bupati maupun rakyat (petani) mendapat bayaran atas penyerahan kopi yang besarnya ditentukan oleh VOC. Para bupati wajib memelihara keamanan dan ketertiban daerah kekuasaannya, dan tidak boleh mengangkat atau memecat pegawai bawahan bupati tanpa pertimbangan pengawas daerah Cirebon-Priangan.

Berdirinya Kota Bandung

Herman Willem Daendels

Pada bulan Desember 1799, VOC mengalami kebangkrutan sehingga seluruh aset dan kekuasaannya diambil alih oleh Republik Batavia (1795-1806). Pada tahun 1806, Kaisar Prancis Napoleon Bonaparte mendirikan Republik Batavia sebagai penerus Kerajaan Belanda, dengan mengangkat adiknya, Louis Napoleon (Lodewijk Napolen), sebagai raja.

Untuk mempertahankan wilayah koloninya dari ancaman Inggris, Louis Napoleon mengangkat seorang yang berpengalaman dalam militer bernama Herman Willem Daendels sebagai Gubernur jenderal Hindia Belanda antara tahun 1808-1811, dengan misi utama mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris. Daendels berpendapat bahwa mobilisasi darat lebih sesuai untuk mempertahankan Jawa dari serangan Inggris, sebab Inggris mempunyai kekuatan armada laut yang unggul pada saat itu.[10] Oleh karena itu salah satu misinya adalah membangun Jalan Raya Pos (Groote Postweg) yang membentang menghubungkan Anyer di ujung barat Pulau Jawa hingga Panarukan di ujung timur Jawa sepanjang 1000 km.

Jalan raya Pos pada masa Hindia Belanda

Jalan Raya Pos berdampak besar, tidak hanya terhadap perkembangan pulau Jawa secara umum namun juga kota-kota yang dilaluinya.[11] Bandung salah satu contohnya. Pada awalnya, Jalan Raya Pos berjarak 11 km di utara Krapyak, ibu kota Kabupaten Bandung saat itu. Daendels memerintahkan kepada Bupati Bandung ke-6, R.A. Wiranatakusumah II (1794-1829)[12] untuk membangun ibu kota Bandung yang baru di sekitar jalan tersebut. Ucapan Daendels yang terkenal adalah: "Zorg, dat als ik terug kom hier een stad is gebouwd" (Usahakan, bila saya datang kembali ke sini, sebuah kota telah dibangun).

Jalan Raya Pos yang melalui sebelah barat Alun-Alun Bandung antara tahun 1920-1940

Wiranatakusumah II kemudian memilih sebuah lokasi di dekat sumber mata air yang bernama Sumur Bandung. Dalam Bahasa Sunda, Sumur Bandung berarti sumur yang berpasangan atau berhadapan (dari kata bandungan). Kedua sumur tersebut berada di tepi barat Sungai Cikapundung. Satu sumur terletak di Bale Sumur Bandung atau Gedung PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten, Jalan Asia Afrika. Sedangkan sumur lainnya berada di bawah bangunan bekas kompleks pertokoan Miramar, Alun-alun Bandung.

Sesuai dengan konsep tata ruang tradisional, Bupati R.A. Wiranatakusumah II dan sejumlah rakyatnya membangun Pendopo di sisi selatan Alun-alun Bandung, menghadap ke arah Gunung Tangkuban Parahu yang merupakan simbol kepercayaan sejarah masyarakat Sunda. Sedangkan Masjid Agung Bandung (sekarang Masjid Raya Bandung) dibangun di sisi barat alun-alun, dan pasar terletak di sisi timur.

Dengan sebuah besluit pemerintahan Hindia Belanda tanggal 25 September 1810, Kota Bandung dinyatakan sebagai ibu kota Kabupaten Bandung, sehingga tanggal 25 September ditetapkan sebagai hari jadi Kota Bandung.

Pada masa pemerintahan Bupati R.A. Wiranatakusumah IV (1846-1874) yang dikenal dengan julukan Dalem Bintang, ibu kota Karesidenan Priangan dipindahkan dari Cianjur ke Bandung berdasarkan besluit Nomor 18 tanggal 17 Agustus 1864. Rumah Residen Priangan yang terletak di Residentsweg (Jalan Pasar Baru, sekarang Jalan Otto Iskandar Dinata) dibangun tahun 1867, sedangkan Kantor Residen Priangan dibangun di sisi timur Hotel Post Road yang kemudian menjadi Hotel Savoy Homann.

Pada tanggal 1 April 1906 Gubernur Jenderal J.B. Van Heutz dengan ordonansi tanggal 2 Februari 1906 yang diundangkan tanggal 1 Maret 1906 menetapkan Kota Bandung ditingkatkan statusnya menjadi Pemerintah Kota (Gemeente). Sejak itulah Kota Bandung resmi lepas dari Kabupaten Bandung, walaupun ibu kota Kabupaten Bandung masih terletak di Kota Bandung.

Catatan

  1. ^ a b Hardjasaputra, p. 23.
  2. ^ Bachtiar, p. 22.
  3. ^ Bachtiar, p. 17.
  4. ^ Kartodiwirio, p. 8.
  5. ^ Kartodiwirio, p. 11.
  6. ^ Kartodiwirio, p. 12.
  7. ^ Zakaria (12 Agustus 2008), p. 8.
  8. ^ Lubis, p. 85.
  9. ^ Breman, p. 1.
  10. ^ Nas, p. 709.
  11. ^ Nas, p. 718.
  12. ^ Hardjasaputra, p. 20.

Referensi

Pranala luar

Read other articles:

Le Verdon-sur-Mer Gemeente in Frankrijk Situering Regio Nouvelle-Aquitaine Departement Gironde (33) Arrondissement Lesparre-Médoc Kanton Le Nord-Médoc Coördinaten 45° 33′ NB, 1° 4′ WL Algemeen Oppervlakte 17,09 km² Inwoners (1 januari 2020) 1.323[1] (77 inw./km²) Hoogte 0 - 36 m Overig Postcode 33123 INSEE-code 33544 Portaal    Frankrijk Le Verdon-sur-Mer is een gemeente in het Franse departement Gironde (regio Nouvelle-Aquitaine). De plaats maakt deel uit...

 

 

Parte da série sobrePolítica da Rússia Constituição Constituição atual (1993) Antigas constituições 1906 · 1918 · 1924 · 1936 · 1937 · 1977 · 1978 Executivo Presidente - Vladimir Putin Primeiro-Ministro - Mikhail Mishustin Legislativo Assembleia Federal - Soviete da Federação - Duma Federal Judiciário Tribunal Constitucional Suprema Corte Eleições Eleições presidenciais - 1991 ·...

 

 

« Viva la Vida » redirige ici. Pour les autres significations, voir Viva la Vida (chanson). Viva la Vida or Death and All His Friends Chris Martin, au BBC Live de juin 2008 Album de Coldplay Sortie 12 juin 2008 Enregistré 2007 Durée 45:53 Genre Rock alternatif Format CD, 12″ Producteur Markus DravsBrian EnoRik SimpsonJon Hopkins Label Capitol RecordsParlophone Critique AllMusic lienMagic lien Music Story lienRock & Folk lien (Disque du mois) Albums de Coldplay X&...

Pierre Puvis de Chavannes Pierre Cécile Puvis de Chavannes (* 14. Dezember 1824 in Lyon/Rhône; † 24. Oktober 1898 in Paris) war ein französischer Maler. Sein Werk wird heute ganz allgemein dem Symbolismus zugeordnet, was jedoch angesichts der Gründung dieser Kunstströmung durch eine deutlich jüngere Generation fragwürdig erscheinen muss. Er ist Autor zahlreicher Staffeleigemälde und zugleich Schöpfer umfassender Wandmalereien für öffentliche Gebäude. Inhaltsverzeichnis 1 Leben 2...

 

 

Avisaurus Periode Kapur Akhir PreЄ Є O S D C P T J K Pg N ↓ Tarsometatarsus holotipeTaksonomiInfrakerajaanDeuterostomiaFilumChordataSubfilumVertebrataInfrafilumGnathostomataMegaclassOsteichthyesSuperkelasSarcopterygiiKladDipnotetrapodomorphaKladTetrapodomorphaSuperkelasTetrapodaKladReptiliomorphaKladAmniotaKladSauropsidaKelasReptiliaKladEureptiliaKladRomeriidaKladDiapsidaKladNeodiapsidaKladSauriaKladArchelosauriaKladArchosauromorphaKladArchosauriformesKladCrurotarsiKladArchosauriaKlad...

 

 

تشين براندو (بالإنجليزية: Cheyenne Brando)‏  معلومات شخصية الميلاد 20 فبراير 1970  تاهيتي  الوفاة 16 أبريل 1995 (25 سنة)   بوناويا  سبب الوفاة شنق  مواطنة فرنسا  مشكلة صحية فصام  عدد الأولاد 1   الأب مارلون براندو  الأم تاريتا تيريبايا  إخوة وأخوات ستيفن بلاكهارت&...

Artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Tolong bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak. Tulisan tanpa sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu.Cari sumber: Treehouse of Horror – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR Treehouse of Horror (aslinya dikenal sebagai The Simpsons Halloween Special) adalah episode ke-3 Musim kedua dari serial animasi Th...

 

 

Band discography The Bravery discographyThe Bravery at the video shoot for Believe.Studio albums3Live albums1Music videos11Singles9Promotional singles2 The discography of The Bravery, an American rock band, consists of three studio albums, one live album, one remix album, nine singles, two promotional singles and 11 music videos. Albums Studio albums List of studio albums, with selected chart positions and certifications Title Album details Peak chart positions Certifications US[1] US...

 

 

Australian free-to-air television channel This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: SBS World Movies – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (December 2011) (Learn how and when to remove this template message) Television channel SBS World MoviesLogo used since 2019CountryAustraliaBroadcast areaNa...

Jalaludin RakhmatAnggota Dewan Perwakilan RakyatMasa jabatan1 Oktober 2014 – 1 Oktober 2019 Informasi pribadiLahir29 Agustus 1949Bandung, Negara PasundanMeninggal15 Februari 2021(2021-02-15) (umur 71)Bandung, IndonesiaKebangsaanIndonesiaPartai politikPDI-PSunting kotak info • L • B Jalaludin Rakhmat (29 Agustus 1949 – 15 Februari 2021)[1] adalah cendekiawan dan politisi dari PDI-P. Setelah lama menjadi dosen di Universitas Padjadjaran, pad...

 

 

См. также: Участники Второй мировой войны Антигитлеровская коалиция Дата основания / создания / возникновения 1939 Участвовал(а) в Вторая мировая война и Великая Отечественная война Война/сражение Вторая мировая война Зелёным цветом отмечены государства и страны анти...

 

 

American comic strip by Carl Schultze Foxy GrandpaCarl E. Schultze's Foxy Grandpa (1904)Author(s)Bunny (Carl E. Schultze)Current status/scheduleConcluded gag-a-day stripLaunch dateJanuary 7, 1900 (January 7, 1900)End date1918 (1918)Alternate name(s)Foxy Grandpa's Stories (1920s–1930s)Syndicate(s)New York Herald (1900–1902)New York American (1902–c. 1918)C. J. Mar Syndicate (1912–1918)Newspaper Feature Syndicate (1920s–1930s)Associated NewspapersNew York PressNew York Heral...

Siemens MC60 The Siemens MC60 was a mobile phone sold by Siemens. It weighs 86 g and has improved resistance to water, shock and dust when compared with previous models. The phone also includes digital imaging and picture messaging. Its integrated camera takes pictures simply by holding the 5 key, then pressing it again. The Siemens MC60 has a number of pre-installed polyphonic ring tones, additionally own ringtones can be recorded. The MC60 has a built-in phonebook for 100 entries, each...

 

 

This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: List of mottos – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (September 2013) (Learn how and when to remove this template message) An example of a motto, Te mauri, te raoi ao te tabomoa (Health, peace and prosperity) on the Coat of arms of Kiribati This list co...

 

 

Episode of Neon Genesis Evangelion Both of You, Dance Like You Want to Win!Neon Genesis Evangelion episodeThe episode's final battle, in which the two Evas fight in unison and act as one, received praise from critics.Episode no.Episode 9Directed bySeiji MizushimaWritten byHideaki Anno, Akio SatsukawaOriginal air dateNovember 29, 1995 (1995-11-29)Running time22 minutesEpisode chronology ← PreviousAsuka Strikes! Next →Magmadiver List of episodes Both of You, Dance L...

Festival GlastonburyStatusAktifJenisFestival musikFrekuensiTahunan(akhir pekan bulan Juni)LokasiPilton, Somerset, InggrisKoordinat51°09′18″N 2°35′10″W / 51.155°N 2.586°W / 51.155; -2.586Koordinat: 51°09′18″N 2°35′10″W / 51.155°N 2.586°W / 51.155; -2.586Tahun aktif53Acara pertama19 September 1970 (1970-09-19)PendiriMichael EavisTerakhir diadakan22 Juni 2016 (2016-06-22) – 26 Juni 2016 (2016-6-26)Acara beri...

 

 

American politician Robert Wilkinson Furnas2nd Governor of NebraskaIn officeJanuary 13, 1873 – January 11, 1875Preceded byWilliam H. James (acting)Succeeded bySilas Garber Personal detailsBorn(1824-05-05)May 5, 1824near Troy, OhioDiedJune 1, 1905(1905-06-01) (aged 81)Lincoln, NebraskaPolitical partyRepublicanSignature Robert Wilkinson Furnas (May 5, 1824 – June 1, 1905) was the second governor of Nebraska, United States. Born near Troy, Ohio, and orphaned at...

 

 

Town in Hesse, GermanyTaunusstein TownGeneral view Coat of armsLocation of Taunusstein within Rheingau-Taunus-Kreis district Taunusstein Show map of GermanyTaunusstein Show map of HesseCoordinates: 50°8′N 8°9′E / 50.133°N 8.150°E / 50.133; 8.150CountryGermanyStateHesseAdmin. regionDarmstadt DistrictRheingau-Taunus-Kreis Subdivisions10 districtsGovernment • Mayor (2019–25) Sandro Zehner[1] (CDU)Area • Total67.03 km2 (25...

Russian German scientist and theologian (1913–1992) Photo of Alla Selawry Alla Selawry (Russian: Алла Сергеевна Селаври; 23 August 1913 – 27 July 1992), was a Russian scientist, Anthroposophist, doctor, homeopath, and theologian. Biography She was born in Moscow of Russian parents Sergei Ivanovich Selavri (Russian: Сергей Иванович Селаври), a Sworn Attorney assistant and Antonina Georgievna Stasenkova (Russian: Антонина Георгиевна...

 

 

Alternative medicine devised by Frederick Fritz Smith in the 1970s Zero balancingAlternative therapy This article is part of a series onAlternative medicine General information Alternative medicine History Terminology Alternative veterinary medicine Quackery (health fraud) Rise of modern medicine Pseudoscience Antiscience Skepticism Scientific Therapeutic nihilism Fringe medicine and science Acupressure Acupuncture Alkaline diet Anthroposophic medicine Apitherapy Applied kinesiology Aromather...

 

 

Strategi Solo vs Squad di Free Fire: Cara Menang Mudah!