Requiem bagi Rocker adalah judul buku dari seri dokumentasi sastra antologi puisi Pendhapa 14 yang diterbitkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Unit Pelaksana Teknis Taman Budaya Jawa Tengah, pada tahun 2012. Buku dengan nomor ISBN 978-979-18536-6-8 ini merupakan persembahan bagi mantan Kepala Taman Budaya Jawa Tengah, Murtidjono, yang telah mengabdi di lembaga kesenian milik pemerintah tersebut, selama lebih dari dua puluh lima tahun (1981 sampai dengan 2007). Beberapa penyair yang terlibat dalam antologi ini antara lain Sosiawan Leak, Wijang Wharek, Eko Tunas, Joshua Igho, Dharmadi, dan lain-lain.[1][2][3][4]
Latar belakang
Antologi puisi Requiem bagi Rocker merupakan persembahan bagi mantan Kepala Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Murtidjono, yang mengabdikan hidupnya selama lebih dari dua puluh lima tahun. Antologi ini ditulis bersama-sama oleh 128 penyair Indonesia dalam bentuk karya puisi. Masing-masing penyair, dalam mengekspresikan karyanya, kebanyakan merupakan pengalaman bergaul dengan Murtidjono, terutama karena hampir semua penyair tersebut pernah mementaskan karyanya di TBJT. Meninggalnya Murtidjono pada 3 Januari 2012, merupakan moment di mana para penyair merasa kehilangan sosok yang mampu mengelola sebuah pusat kesenian milik negara secara profesional, tanpa meninggalkan nilai-nilai kearifannya sebagai seniman, sehingga menumbuhkan gairah bersastra. Maka dalam rangka itulah Wijang Wharek selaku Kepala Divisi Sastra Taman Budaya Jawa Tengah yang merupakan unit pelaksana teknis di bidang seni-budaya dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, bekerja sama dengan Forum Sastra Surakarta menerbitkan antologi itu, sekaligus menyelenggarakan peluncurannya pada tanggal 21 April 2012 bertajuk Panggung Sastra Indonesia: Murtidjono, Chairil Anwar, dan Kebebasan Ekspresi. Selain peluncuran buku, acara tersebut diisi dengan diskusi, pertunjukan baca puisi, refleksi, dan ziarah ke makam Murtidjono.
Sekilas tentang Murtidjono
Murtidjono lahir di Kota Salatiga, namun dibesarkan di Surakarta, Jawa Tengah sejak usia setengah tahun. Ia merupakan putra dari pasangan Sri Hunon dengan Murdiyo Djungkung, tokoh Tentara Pelajar masa itu. Di menempuh pendidikan dasar dan menengah di di Solo. Kemudia melanjutkan kuliah di Fakultas Filsafat, Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Pada tahun 1982, menikah dengan Ningsri Sadiarti, putri pengusaha asal Solo, dan dikaruniai tiga anak. Murtidjono menapaki karier dari golongan 3A pegawai negeri sipil (PNS) tahun 1979 di Akademi Seni Karawitan Indonesia sebagai pengajar matakuliah Filsafat Seni, dan mengakirinya dengan golongan 4A sebagai Kepala Taman Budaya Jawa Tengah di Surakarta. Oleh karena kecintaannya terhadap seni, pemikiran, serta pengambidannya, tahun 1994 Murtidjono menerima gelar kebangsawanan dari Sri Susuhunan Pakubuwono XIII dengan nama Kanjeng Raden Tumenggung Sujonopuro. Murtidjono sempat menghasilkan beberapa karya antara lain antologi puisi Umpatan-Tuyul, Cermin Buram, keduanya bersama Sosiawan Leak, dan satu album lagu bertajuk Rock Gaek.[5][6]
Lihat pula
Referensi