Yan Olla lahir sebagai anak sulung dari enam bersaudara, pasangan Amatus K. Olla dan Theresia Naben. Amatus merupakan seorang guru di SD Katolik Seoam I selama 30 tahun, juga sempat menjabat sebagai Kepala Kantor Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Miomaffo Barat, serta menjadi Anggota DPRD Kabupaten Timor Tengah Utara.[5] Kelima adiknya meliputi Margaretha Olla, Regina Olla, Beatriks Olla, Ursula Maria Olla, dan Herman Yoseph Olla. Regina menjadi seorang biarawati kongregasi Puteri Reinha Rosari (PRR) dan menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.[5] Theresia meninggal dunia saat Olla menjalani pendidikan tingkat SMP tahun 1976.[1] Sementara, Amatus meninggal dunia pada tahun 2008 akibat penyakit gula darah.
Pendidikan
Yan Olla menjalani pendidikan tingkat SMP di SMP Xaverius Kota Kefamenanu sejak Januari 1976 hingga Juli 1979.[7] Ia kemudian masuk dalam Seminari Santa Maria Immaculata Lalian, Atambua sejak September 1979 hingga Juni 1983. Ia kemudian melanjutkan dengan memasuki masa novisiat MSF di Salatiga, Jawa Tengah hingga tahun 1984. Studi filsafat dijalani di Seminari Tinggi Santo Paulus, Universitas Sanata Dharma di Kentungan Yogyakarta selama 10 tahun hingga tahun 1994. Ia mengucapkan kaul kekal sebagai anggota Misionaris Keluarga Kudus pada 22 Juli 1991.[8] Ia menjalani Tahun Orientasi Pastoral di Paroki Putain wilayah Keuskupan Agung Kupang selama tahun 1987 hingga 1988.
Karya
Yan Olla menerima tahbisan imamat dari Uskup Agung Semarang, Mgr. Julius Darmaatmadja, S.J., bertempat di Gereja Keluarga Kudus, Banteng, Sleman, Yogyakarta.[9] Ia kemudian ditugaskan menjadi pastur pembantu di paroki yang sama hingga 1994, seraya menyelesaikan studi S-2 dan mengajar kuliah moral di Sanata Dharma dan AKS Tarakanita Yogyakarta sejak tahun 1990. Ia kemudian dipindahtugaskan ke Kalimantan, dengan tugas sebagai Direktur Seminari Santo Yohanes Don Bosco Samarinda, sebelum menjadi Pastor Kepala di Paroki Santa Maria Banjarbaru, Kalimantan Selatan hingga tahun 2000, merangkap Direktur Postulan MSF. Pada tahun 2000, ia ditugaskan untuk menjalani studi S-3 di Fakultas Teologi Kepausan Teresianum hingga tahun 2004. Ia menulis tesis berjudul "Missionary Spirituality of Jean Berthier. A Searching for a Missionary Spirituality in the light of the Redemptoris Missio, No. 87 – 91".[3] Ia juga pernah bertugas sebagai Koordinator di Komisi Keluarga Keuskupan Agung Samarinda.[10]
Seraya menjalani studi S3, Yan Olla menjadi Anggota Dewan Jenderal MSF sejak 2001 hingga 2007, dengan tugas mengunjungi dan memperhatikan wilayah-wilayah Asia, Prancis, dan Madagasakar.[11] Ia kemudian ditunjuk menjadi Sekretaris Jenderal MSF pada 2007 hingga 2013. Selama menjadi Sekretaris Jenderal, ia mendapat tambahan wilayah penugasan, yakni di Amerika Latin. Sekembalinya ke Indonesia, Yan Ollah menjadi Rektor untuk Mahasiswa Teologan MSF di Malang,[10] dan juga Kepala Biara Skolastikat MSF. Ia juga menjadi Koordinator Komisi Keluarga di Keuskupan Malang sekaligus dosen bidang teologi spiritual di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana di Malang.
Penunjukkan sebagai Uskup
Yan Olla dipanggil oleh Nuncio Apostolik untuk Indonesia, Piero Pioppo pada 15 Februari 2018 sekaligus mengumumkan kepadanya tentang penunjukkan Yan Olla sebagai Uskup Tanjung Selor.[12] Keuskupan Tanjung Selor sebelumnya mengalami masa tahta lowong (sede vacante) selama tiga tahun setelah Uskup terakhir, Mgr. Yustinus Harjosusanto, M.S.F. terpilih menjadi Uskup Agung Samarinda pada 16 Februari 2015.[13] Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan, O.Carm. mengumumkan kepada publik penunjukkan Mgr. Yan Olla sebagai Uskup Tanjung Selor pada Pesta Takhta Santo Petrus, 22 Februari 2018 di Gereja Katedral Malang.[14] Mgr. Yan Olla memilih moto penggembalaan "Servus veritatis", yang berarti "Pelayan (hamba) kebenaran".[4] Hal ini terinsipirasi dari Injil Yohanes 14:6. Dalam moto ini, ia berharap agar umat dapat menemukan kebenaran yang berpedoman kepada Yesus Kristus agar dapat diabdikan dalam masyarakat.
Tahbisan Mgr. Yan Olla sebagai Uskup dilangsungkan pada 5 Mei 2018, didahului dengan salve pemberkatan insignia pada satu hari sebelumnya, dan diikuti dengan Misa Pontifikal pertama pada keesokan harinya.[15] Sekretaris Jenderal KWI sekaligus Uskup Bandung, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, O.S.C. memimpin ibadat salve yang berlangsung di Gereja Katedral Tanjung Selor.[16] Bertindak sebagai Uskup Pentahbis Utama ialah Mgr. Yustinus Hardjosusanto, M.S.F. yang merupakan Uskup Agung Samarinda dan sebelumnya menjabat sebagai Uskup dan Administrator Apostolik Keuskupan Tanjung Selor. Ia didampingi oleh Mgr. Aloysius Sutrisnaatmaka, M.S.F., Uskup Palangkaraya, dan Mgr. Petrus Boddeng Timang, Uskup Banjarmasin.[17]
Kehidupan pribadi
Yan Olla juga sering menulis artikel sosial-politik dan kemasyarakatan di Indonesia, serta artikel kerohanian di Majalah Hidup. Tulisannya juga dipublikasikan di Majalah Convergência dan dalam bunga rampai Penerbitan IFIBE, Passo Fundo di Brasil.[11]