Qingdao merupakan pangkalan Jerman yang paling penting di wilayah tersebut. Pangkalan ini dipertahankan oleh 3.650 tentara Jerman yang didukung oleh 100 tentara kolonial Tiongkok dan tentara serta kelasi Austria-Hongaria yang menempati benteng yang dirancang dengan baik. Yang mendukung para tentara pertahanan adalah sejumlah kecil kapal dari Angkatan Laut Kekaisaran Jerman dan Angkatan Laut Austria-Hongaria.
Skuadron Kedua Jepang terdiri dari 5 kapal tempur tua, 12 kapal penjelajah, 24 kapal perusak, 4 kapal bermeriam, 13 kapal torpedo, satu kapal induk, beberapa kapal pendukung, dan 26 kapal pengangkut.[1] Skuadron ini termasuk 23.000 tentara. Britania mengirim dua unit militer menuju medan pertempuran dari garnisun mereka di Tientsin, berjumlah 1.500 personel, dan Tiongkok yang tidak diduduki oleh Jerman mengirim lebih dari beberapa ribu tentara ke pihak Sekutu.
Salah satu serangan darat pertama di palagan Pasifik adalah invasi terhadap Samoa Jerman pada 29—30 Agustus 1914 oleh pasukan Selandia Baru. Kampanye militer untuk merebut Samoa berakhir tanpa pertumpahan darah setelah lebih dari 1.000 personel Selandia Baru mendarat di koloni Jerman tersebut, didukung oleh satu skuadron angkatan laut Australia dan Prancis.
Juga dikenal sebagai AN&MEF, yang direkrut secara tergesa-gesa dengan 1.000 personel infanteri dan 500 personel cadangan angkatan laut sebagai pendukung, ditugaskan untuk menahan ancaman Jerman di Pasifik. Hanya dalam waktu dua minggu pelatihan di Palm Island, mereka berangkat dengan perahu ke Rabaul.[2]