Judith 'Joe' Dipodiputro (lahir di Praha, Republik Ceko, 12 September 1964; umur 52 tahun) adalah seorang aktivis dan profesional diplomasi publik dari Indonesia.[1] Saat ini ia menjabat sebagai Direktur Utama PFN (Produksi Film Negara) setelah sebelumnya menjabat Direktur Komersial Bulog sejak Oktober 2018.
Riwayat Karier
Judith Dipodiputro.
Judith J. Dipodiputro mengawali kariernya dibidang media dan jurnalistik, pada tahun 1983 sebagai penyiar untuk siaran berbahasa Prancis, Spanyol dan Inggris di Voice of Indonesia, hingga tahun 1993. Disela kesibukannya di VOI, ia juga aktif di TVRI selama 1 tahun (1984-1985), dan pada tahun 1992-1995 ia memperoleh kepercayaan menjadi Pimpinan Redaksi untuk Daily Executive Economic Digest.
Berawal dari media Judith J. Dipodiputro memperluas jenjang kariernya dengan menjabat sebagai Deputy General Manager for Government and Public Relations di PT Bali Holiday VillagesDiarsipkan 2014-08-01 di Wayback Machine. (Operator of Club Meditranee Bali and Bintan) pada tahun 1986. Kemudian, bergabung dengan Standard Chartered Bank di bagian Industrial & Public Relations Officer Training and Developement Manager Human Resources Development Manager pada tahun 1987-1991. Di Standard Chartered Bank Judith J. Dipodiputro aktif dalam Perhimpunan Bank-Bank Asing dalam memperjuangkan tenaga kerja Indonesia. Ia juga yang mengawali keterlibatan aktif Standard Chartered Bank dalam pemberdayaan masyarakat di Indonesia.
Pada tahun 2007, Judith J. Dipodiputro memulai kariernya di Total E&P Indonesie dan menjabat Vice President Corporate Communication, Government Relations and CSR pada tahun 2008 atas persetujuan Badan Pengelola Minyak dan Gas (BP MIGAS) yang kini berganti nama menjadi SKK Migas.
Pada tahun 2012, Total E&P Indonesie melakukan penghapusan jabatan dan pemutusan hubungan kerja kepada Judith sebagai Vice President Corporate Communication and Public AffairsTotal E&P Indonesie dengan alasan reorganisasi, tanpa persetujuan pemerintah seperti diatur dalam Pedoman Tata Kerja (PTK) No 018/PTK/X/2008 Tentang Pengelolaan SDM KKKS, yang mengatur hubungan BPMIGAS/SKKMIGAS sebagai wakil Negara terhadap pengawasan industri Migas di Indonesia dengan Kontraktor Kontak Kerja Sama (KKKS) Migas di Indonesia.
Melalui perundingan Bipartit dan Mediasi, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jakarta[2] menyimpulkan bahwa Judith j. Dipodiputro tidak bersalah, tidak ada alasan yang kuat bagi Total E&P Indonesie untuk memutus Judith J. Dipodiputro. Namun, Total E&P Indonesie menolak anjuran Disnakertrans dan mengajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial. PHI memutuskan bahwa kedua pokok gugatan tersebut berlawanan dengan hukum dan idealnya Judith J. Dipodiputro harus dipekerjakan kembali. Namun dengan pertimbangan disharmonisasi, maka diputuskan untuk mengabulkan gugatan Total E&P Indonesie dan dinyatakan putus hubungan kerja antara keduanya.
Upaya Kasasi ke Mahkamah Agung (MA) ditempuh oleh Judith J. Dipodiputro melalui kuasa hukumnya karena menganggap putusan PHI atas sengketa ini dapat menjadi preseden buruk bagi pelaksanaan hak pekerja/buruh di setiap Perusahaan Multinasional di Indonesia khususnya Perusahaan Migas.
Oktober 2007 - Maret 2008 sebagai Vice President Special Duties (DG/SPD)
Maret 2008 - Oktober 2011 sebagai Vice President Corporate Communication, Government Relations and CSR (DG/COM)
Oktober 2011 - Sekarang sebagai Vice President Corporate Communication and Public Affairs[3] (DG/COM)
Riwayat Organisasi
Perhatian Judith J. Dipodiputro pada bidang pendidikan diwarisi dari kakeknya yang merupakan tokoh pendidikan di Banyumas pada masa awal kemerdekaan yang menginspirasi dirinya untuk terjun menjadi guru bantu relawan pada mata pelajaran Sejarah, Pendidikan Moral Pancasila, dan Bahasa Inggris di SMA Negeri 21, SMA Negeri 5 (Filial) Jakarta antara tahun 1984-1986. Ia juga menjadi pengajar bahasa Prancis bagi calon diplomat di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Departemen Luar Negeri, dan penerima beasiswa kerja sama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBPT) dengan Pemerintah Prancis.
Selain itu, ia salah satu inisiator terbentuknya Dewan Pendidikan Kabupaten dan berdirinya Politeknik Migas di Handil, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Bidang Pendidikan
Asisten Kepala Sekolah SMP Pringsewu, Lampung (1983-1984)
Silver Unicorn Productions: Productions house for children and educational programs (1989)
Kualitas kemampuan komunikasi dan jaringan Judith J. Dipodiputro teruji saat ia bertugas sebagai Direktur Eksekutif Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Portugal (PPIP), sebuah lembaga nirlaba yang dibentuk atas inisiatif beberapa tokoh Timor Timur (sekarang Timor Leste) bersama tokoh-tokoh nasional serta purnawirawan; dengan dukungan Departemen Luar Negeri.
Pada masa-masa itu tidak ada hubungan diplomatik antara Indonesia – Portugal, bahkan ditandai dengan berbagai kebuntuan dalam negosiasi. Beberapa pencapaian Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Portugal (PPIP) selama 8 tahun Judith Dipodiputro bertugas:
Terbentuknya di Lisbon, PIFA (Protugal-Indonesia Friendship Association) sebagai counterpart dari PPIP.
Menerbitkan Almanak Lingkungan Hidup Indonesia: Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Pengendalian Dampak Lingkungan (1996).[6]
Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (2001 - 2007)
Sebagai Staf Ahli di masa pemerintahan Syaukani Hasan Rais,[7] tugas dan pencapaian Judith Dipodiputro adalah:
Membantu Kutai Kartanegara meraih predikat Zona Bebas Pekerja Anak (ZBPA[8]) versi PBB (ILO). Hal ini sekaligus menjadikan Kutai Kartanegara sebagai pemerintahan lokal pertama di dunia yang mendapatSt predikat tersebut.[9][10][11]
Memprakarsai kerja sama antara Kutai Kartanegara dengan sejumlah organisasi internasional, seperti ILO, UNCTAD, WTO, WIPO
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) (2018)
Staf Khusus II Menteri BUMN untuk CAPEX (Capital Expenditure)
Aktivitas Wirausaha
Judith J. Dipodiputro juga sempat berkecimpung dalam dunia wirausaha, namun untuk menghindari konflik kepentingan seluruh usahanya pun dijual saat ia mulai berkarier di Total E&P Indonesie, pada tahun 2007. Berikut usaha-usaha yang sempat dirintis oleh Judith J. Dipodiputro;
1983: PT Excelsior Professional Conference Organizers.