Para ahli bahasa sekaligus penutur bahasa ibu dari bahasa Aceh membagi vokal menjadi beberapa kategori, yakni: monoftong lisan, diftong lisan (yang akan dibagi lebih jauh dengan adanya akhiran pepet /ə/ dan /i/), monoftong sengau, dan diftong sengau.[2]
Vokal lisan
Monoftong lisan pada bahasa Aceh ditunjukkan pada tabel berikut.[4]
konsonan /k/ dalam akhiran suku kata akan menghasilkan /ʔ/
/f/, /z/, dan /ʃ/ merupakan suara pinjam yang bukan berasal dari bahasa tersebut dan biasanya digantikan menjadi pelepasan /ph/, /d/, dan /ch/
Sengauan /m/,/n/,/ɲ/,/ŋ/ dilepaskan sebagai sengauan pasca-hentian (yang juga disebut sebagai "sengauan [yang] aneh") sebelum vokal lisan dan konsonan.[6][7] Konsonan tersebut berbeda dengan kelanjutan fonemik sengauan-hentian /mb/,/nd/,/ɲɟ/,/ŋɡ/, seperti dalam /banᵈa/ 'pelabuhan'.[8]
^Long & Maddieson (1993) "Consonantal evidence against Quantal Theory", UCLA Working Papers in Phonetics 83, p. 144.
Referensi
Asyik, Abdul Gani (1982). "The Agreement System in Acehnese"(PDF). Mon–Khmer Studies. 11: 1–33. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2013-06-05.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Durie, Mark (1984). A grammar of Acehnese (Tesis PhD). Australian National University. doi:10.25911/5d6fa25bcc31c.
Lawler, John M. (1977). "A Agrees with B in Achenese: A Problem for Relational Grammar". Dalam Cole, P.; Sacock, J. Grammatical Relations. Syntax and Semantics 8 (dalam bahasa Inggris). New York: Academic Press. hlm. 219–248. doi:10.1163/9789004368866_010.