Aleksandr Isayevich Solzhenitsyn[a][b] (11 Desember 1918 – 3 Agustus 2008)[6][7] adalah seorang penulis Rusia dan pembelot Uni Soviet terkemuka yang berkontribusi dalam meningkatkan kesadaran global terhadap penindasan politik di Uni Soviet, khususnya dalam sistem penjara Gulag.
Solzhenitsyn dilahirkan dalam keluarga yang menentang kampanye anti-agama Uni Soviet pada tahun 1920-an dan tetap menjadi anggota Gereja Ortodoks Rusia yang taat. Pada awalnya, Solzhenitsyn kehilangan kepercayaannya terhadap agama Kristen, menjadi seorang ateis, dan menganut Marxisme–Leninisme. Saat menjabat sebagai kapten di Tentara Merah selama Perang Dunia II, Solzhenitsyn ditangkap oleh SMERSH dan dijatuhi hukuman delapan tahun di Gulag dan kemudian diasingkan karena mengkritik pemimpin Soviet Joseph Stalin dalam surat pribadinya. Akibat dari pengalamannya di penjara dan kamp, secara bertahap ia menjadi seorang Kristen Ortodoks Timur yang cenderung berpikiran filosofis.
Akibat Pencairan Khrushchev, Solzhenitsyn dibebaskan dari tuduhan. Ia kemudian menulis novel tentang penindasan dan represi di Uni Soviet berdasarkan pengalamannya. Dia menerbitkan novel pertamanya, Suatu Hari dalam Kehidupan Ivan Denisovich pada tahun 1962, dengan persetujuan dari pemimpin Soviet Nikita Khrushchev. Novel itu menceritakan tentang penindasan politik di masa pemerintahan Stalin. Karya terakhir Solzhenitsyn yang diterbitkan di Uni Soviet adalah Matryona's Place pada tahun 1963. Setelah Khrushchev dicopot dari jabatannya, pemerintah Soviet berusaha menghalangi Solzhenitsyn untuk menulis. Namun, ia terus menuliskan novel-novelnya selanjutnya yang diterbitkan di negara selain Uni Soviet. Novel-novel ini termasuk Cancer Ward pada tahun 1966, In the First Circle pada tahun 1968, Agustus 1914 pada tahun 1971, dan The Gulag Archipelago pada tahun 1973, yang penerbitannya membuat marah otoritas Soviet. Pada tahun 1974, kewarganegaraan Soviet Solzhenitsyn dicabut dan ia dikirim ke Jerman Barat.[8] Pada tahun 1976, bersama keluarganya, ia pindah ke Amerika Serikat, negara tempat ia terus menulis. Pada tahun 1990, tak lama sebelum pembubaran Uni Soviet, kewarganegaraannya dipulihkan. Empat tahun kemudian, ia kembali ke Rusia, tempat ia menghabiskan sisa hidupnya hingga meninggal pada tahun 2008.
Ia dianugerahi Hadiah Nobel Sastra tahun 1970 "atas pengaruh etik yang dimilikinya dalam meneruskan tradisi sastra Rusia",[9] dan karena karyanya yang sangat berpengaruh, The Gulag Archipelago, yang terjual puluhan juta eksemplar.[10]
^Scammell, Michael (11 December 2018). "The Writer Who Destroyed an Empire". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-01. In 1973, still in the Soviet Union, he sent abroad his literary and polemical masterpiece, 'The Gulag Archipelago.' The nonfiction account exposed the enormous crimes that had led to the wholesale incarceration and slaughter of millions of innocent victims, demonstrating that its dimensions were on a par with the Holocaust. Solzhenitsyn's gesture amounted to a head-on challenge to the Soviet state, calling its very legitimacy into question and demanding revolutionary change.
^Templat:Family name explanation His father's given name was Isaakiy, which would normally result in the patronymic Isaakievich; however, the forms Isaakovich and Isayevich both appeared in official documents, the latter becoming the accepted version. His first name is often romanized to Alexandr or Alexander.