Retorika

Pidato seorang rektor di sidang senat terbuka, yang merupakan contoh seseorang sedang beretorika.

Retorika (bahasa Belanda: retorica, bahasa Inggris: rhetoric) atau keterampilan berbicara adalah cabang dari ilmu dialektika yang membahas mengenai kemampuan dalam membuat argumen dalam bahasa sebagai alat di bidang ilmu etika.[1] Retorika (berasal dari bahasa Yunani: ῥήτωρ, rhêtôr, orator, teacher) adalah sebuah teknik pembujuk-rayuan menggunakan persuasi untuk menghasilkan bujukan baik terhadap karakter pembicara, emosional, atau argumen.[2] Seni ini berhubungan dengan kemampuan berbicara ataupun berbahasa yang dimiliki seseorang, dan bahkan merupakan kunci utamanya. Dari sisi historis, retorika dimaksudkan dengan apa yang ingin dicapai didasarkan bakat dan keterampilan sebagai kesenian berbicara dengan baik, hal inilah yang disebut retorika.[3] Awalnya Aristoteles mencetuskan dalam sebuah dialog sebelum The Rhetoric dengan judul 'Grullos' atau Plato menulis dalam Gorgias, secara umum ialah seni manipulatif atau teknik persuasi politik bersifat transaksional dengan menggunakan lambang untuk mengidentifikasi pembicara dengan pendengar melalui pidato, persuader (orang yang mempersuasi) dan yang dipersuasi saling bekerja sama dalam merumuskan nilai, kepercayaan dan pengharapan mereka.[4] Ini yang dikatakan Kenneth Burke (1969) sebagai konsubstansialitas dengan penggunaan media oral atau tertulis, bagaimanapun, definisi dari retorika telah berkembang jauh sejak retorika naik sebagai bahan studi di universitas. Dengan ini, ada perbedaan antara retorika klasik (dengan definisi yang sudah disebutkan di atas) dan praktik kontemporer dari retorika yang termasuk analisis atas teks tertulis dan visual. Misalnya, ketika seseorang menjadi pandai menggunakan retorika terhadap orang lain, orang itu akhirnya tanpa sadar menggunakannya pada diri sendiri.[5]

Seni berbicara ini dimiliki seseorang secara alami ataupun dengan menggunakan latihan khusus.[6] Keterampilan berbicara ini merupakan seni tentang berbicara yang merupakan sarana komunikasi dengan bahasa lisan meliputi proses penyampaian pikiran, ide, gagasan dengan tujusan melaporkan, menghibur, atau meyakinkan orang lain.[7]

Dalam proses penyampaian gagasan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:[7]

  • pembicara
  • lawan bicara (penyimak)
  • lambang (bahasa lisan)
  • pesan, maksud, gagasan, atau ide

Definisi

Retorika adalah cabang dari dialetika yang membahas mengenai kemampuan dalam membuat argumen dalam bahasa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata retorika (/re·to·ri·ka/ /rétorika/) merupakan keterampilan berbahasa secara efektif, atau studi tentang pemakaian bahasa secara efektif dalam karang-mengarang, dan atau seni berpidato yang muluk-muluk dan bombastis.[8]

Penggunaan retorika (dalam bahasa Inggris: "rhetoric") berarti seni berbicara atau menulis secara efektif.[9] Retorika juga diartikan sebagai studi tentang menulis atau berbicara sebagai sarana komunikasi atau persuasi.[10]

Secara penggunaan retorika dalam istilah public speaking oleh para ahli retorika, didefinisikan sebagai seni atau keahlian melalui berbicara ataupun berpidato yang perkembangannya telah ada sejak abad sebelum masehi.[11]

Retorika mengandung pengertian ilmiah yang ditandai oleh seperangkat ciri atau karakteristik keilmuannya, yaitu: 1) paradigma dan model berpikir yang bersifat umum, 2) penggunaan metode dan instrumen, dan 3) jangkauan permasalahannya. Untuk memenuhi karakteristik keilmuannya, maka terdapat tiga macam pertanyaan yang ditujukan pada retorika, yaitu: pertama, pertanyaan tentang apa hakikat retorika itu yang dikaji melalui ontologi retorika; kedua, pertanyaan tentang bagaimana retorika itu yang dikaji melalui epistemologi retorika; dan ketiga, pertanyaan tentang untuk apa retorika yang dapat dikaji melalui aksiologi retorika.[12]

Sejarah

Masa Yunani Kuno

Retorika Attic

Sistematis retorika yang pertama kali dibawa oleh orang-orang Syracuse, sekelompok orang Yunani di pulau Sicilia[13] daerah kekuasaan Yunani sekitar abad ke-5 SM. Seorang retorikus bernama Corax dan muridnya yang bernama Tissias menjelaskan retorika dalam buku yang ditulis dengan judul "Techne Logon" (seni kata-kata) sebagai teknik kemungkinan. Corax dan Tissias yang dikenal khalayak umum di Masa Retorika Attic (Semenanjung Attic, Yunani). Corax menerapkan dasar retorika yang digunakan dalam pidato kedalam 5 bagian yakni pengantar, uraian, argumen, penjelas tambahan, dan kesimpulan. Sedangkan muridnya Tissias memusatkan perhatian kepada dua aspek retorika yakni argumen dan kemungkinannya.[14]

Kepopulerannya di kota Atena adalah sebagai dua orang yang mengajarkan retorika kepada banyak orang yang memiliki keinginan yang dapat membuat menempati posisi atau jabatan tertentu di pemerintahan. Corax dan Tissias sebagai ahli retoris yang menyatakan bahwa retorika merupakan kemampuan berbicara di depan publik.[15] Di beberapa orang diberikan pelajaran mengenai retorika, tiga murid diantaranya yang bernama Gorgias, Lysias dan Isocrates mengembangkan corak retorika yang kemudian dikenal sebagai retorika sofis.

Retorika Sofis

Georgias

Retorika pada abad ke-5 SM ketika kaum sofis melakukan perjalanan sebagai ahli seni yang berkeliling memberikan pelajaran retorika. Objek sentral dari perhatian mereka mengenai etos dan pathos, mereka mengesampingkan logos karena bagi mereka fungsi bahasa adalah untuk membujuk dan bukan untuk menjelaskan. Kemudian retorika dikembangkan oleh seorang ahli ilmu retorika sekaligus guru pertama retorika yang juga merupakan orang sofis bernama Georgias (485–380 SM), Georgias menjadikan retorika sebagai salah satu ilmu pengetahuan.[16] Ia memandang bahwa retorika sebagai alat membujuk yang efektif. Georgias mendapatkan banyak uang penghasilan dalam permainan kata retorikanya.[17] Retorika Georgias menekankan retorika pada teknik bicara spontan dan dimensi puitis didalam pengajarannya. Negeri itu sedang tumbuh sebagai Negara yang kaya.[18] Kelas pedagang cosmopolitan selain memiliki waktu luang lebih banyak, juga terbuka pada gagasan-gagasan baru.[18] Di Dewan Perwakilan Rakyat, di pengadilan, orang memerlukan kemampuan berpikir yang jernih dan logis, serta berbicara yang jelas dan persuasif.[18] Gorgias memenuhi kebutuhan “pasar” ini dengan mendirikan sekolah retorika. Gorgias menekankan dimensi bahasa yang puitis dan teknik berbicara impromptu.[18] Ia meminta bayaran yang mahal, sekitar 10 Drachma ( $ 10.000) untuk seorang murid saja.[18] Bersama Protagoras dan kawan-kawan, Gorgias berpindah dari satu kota ke kota yang lain.[18] Mereka adalah "dosen-dosen terbang".[18]

Protagoras

Ahli retorika dan seorang sofis lainnya bernama Protagoras berasal dari Abdera (490 SM-420 SM).[19] Di Yunani sekitar abad ke-5 sebelum masehi, Ia mengatakan bahwa setiap "kebenaran" didasarkan pada kebergantungan pada penggunaan retorika dan keterampilan berdebat.[20] Protagoras adalah yang paling berpengaruh dari sekelompok guru hukum dan retorika keliling yang dikenal sebagai kaum Sofis (dari bahasa Yunani: Sophia, yang berarti "kebijaksanaan"). Selama masa hidupnya, Protagoras memengaruhi pemikiran banyak pemuda lewat pemikirannya tentang retorika dan pengetahuan. Socrates dan Plato mengatakan kaum Sofis hanya sebagai ahli retorika, tetapi dengan Protagoras, ada langkah signifikan dalam etika menuju pandangan bahwa tidak ada yang absolut dan semua penilaian, termasuk penilaian moral, bersifat subjektif.[21]

Retorika Socrates dan Plato

Socrates

Kemunculan Socrates (470-399 SM) sebagai seorang ahli filsafat sekaligus ahli pidato terkemuka, ia mendefiniskan retorika sebagai seni dalam menyampaikan pengetahuan sudah ada dan telah diyakini. Retorika tidak seharusnya sekadar omong kosong, tetapi harus digunakan untuk mencari kebenaran.[22]

Jacob Burckhardt

Retorika yang diajarkan orang-orang sofis mendapatkan pertentangan Socrates dan Plato dan para filsuf lainnya terkhusus di dunia barat, karena berbagai tindakan para sofis. Plato memandang bahwa tindakan sofis tidak memiliki esensi dan tujuan pembicaraan yang jelas, hanya sekedar mengajar tiap orang untuk berbicara, yang seharusnya mereka fokus pada cara berbicara dan belajar mengenai apa yang harusnya diajarkan.[23] Tindakan yang demikian juga dikemukakan oleh sejarawan bernama Jacob Burckhardt (1898-1902) menyebut retorika zaman kuno sebagai "penyimpangan". Retorika Burckhardt merupakan gambaran dari perhatian dan minat dari zaman sebelumnya.[24] Dalam penggambarannya, Ia menggambarkan kaum sofis dengan cara yang agak negatif walau ketidaksetujuan seperti itu masih membuktikan keyakinan dasar kontra-modernnya. Burckhardt mencatat titik awal filosofis para sofis, "bahwa tidak ada persepsi yang benar dan umumnya valid, tidak ada pengetahuan, hanya imajinasi, yang dengan sendirinya dapat dipertahankan"; dan bahwa mereka “mungkin pantas mendapatkan banyak pujian sebagai pelopor sikap skeptis terhadap bukti persepsi".[25]

Retorika Aristoteles

Aristotle

Teknik retorika oleh Aristoteles di Yunani (384- 322 SM), dikemukakan dalam bukunya berjudul "The Art of Rhetoric". Aristoteles mengatakan bahwa "retorika adalah padanan (penggunaan istilah harfiah: antistrophe) dari dialektika".[26] Ia membahas mengenai retorika itu sendiri sebagai salah satu teknik yang disebut “bujuk-rayu” yang artinya persuasi baik terhadap karakter dan emosional seorang komunikator.[27] Aristoteles merupakan seorang murid didikan filsuf besar Yunani bernama Plato (427-347) dengan berlandasan pemikiran Plato, ia mengembangkan teknik dengan tujuan retorika dapat lebih efektif. Plato yang juga murid dari “bapak filsuf dunia” yakni Socrates (469-399 SM) yang memperkenalkan teori Lima Hukum Retorika (The Five Canons of Rhetoric) yang kemudian diprakarsai oleh Aristoteles. Dengan retorika klasik Socrates dan Plato, Aristoteles menjadikan lima tahap teknik menyusun pidato atau ceramah menggunakan teknik lima hukum retorika yang dikelompokan pada tahap yakni Penemuan (inventio), Penyusunan (dispositio), Gaya (elocutio), Memori (memoria), serta Penyampaian (pronuntitio).[28]

Dalam doktrin retorika Aristoteles [29] terdapat tiga teknis alat persuasi politik yaitu deliberatif, forensik dan demonstratif. Retorika deliberatif memfokuskan diri pada apa yang akan terjadi dikemudian bila diterapkan sebuah kebijakan saat sekarang. Retorika forensik lebih memfokuskan pada sifat yuridis dan berfokus pada apa yang terjadi pada masa lalu untuk menunjukkan bersalah atau tidak, pertanggungjawaban atau ganjaran. Retorika demonstratif memfokuskan pada epideiktik, wacana memuji atau penistaan dengan tujuan memperkuat sifat baik atau sifat buruk seseorang, lembaga maupun gagasan.[30]

Demosthenes

Demosthenes

Sejak munculnya penggunaan retorika mulai dari zaman Yunani, retorika dikaitkan dengan kenegarawanan karena pada umumnya terlibat dalam politik dan tidak lepas dari para pemikir. Demosthenes (384-322 SM) merupakan pemikir yang dikenal sebagai sarjana rajanya orator masa Yunani-Romawi. Berbeda dengan Isocrates, ia menginginkan agar Yunani bebas dari kekuasaan Macedonia. Demosthenes lebih memfokuskan retorika melalui perkataan dari lisannya dibandingkan bagaimana ekspresi wajahnya ataupun bahasa tubuhnya di depan khalayak (pendengar).[31]

Romawi Kuno

Munculnya istilah retorika di Romawi ditandai runtuh simbol kejayaan Yunani digantikan oleh kekaisaran Romawi Kuno. Retorika merupakan hal yang didatangkan dan dibumikan oleh Romawi atas kemenangan ekspansi militer mereka ke Yunani. Romawi mempelajari perkembangan budaya Yunani, salah satunya ilmu berbicara, pidato berbekal pengetahuan teoritis yang mengandung retorika.[32] Retorika dikembangkan dan diperkenalkan oleh dua orang filsuf legendaris yakni Cicero dan Quintilianus.

Marcus Tullius Cicero

Marcus Tullius Cicero

Marcus Tullius Cicero (106-43 SM) dikenal banyak orang Roma sebagai pembicara hebat, seorang profesor retorika Republik Romawi.[33] Cicero dianggap sebagai salah satu ahli retorika terkenal sebagai orator, dan gaya tulisannya berpengaruh kuat di dunia bagian barat.[34] Ia juga banyak dikenal sebagai seorang filsuf yang membawa perkembangan filsafat Yunani ke Roma, ke bahasa Latin, dan ke tradisi barat (filsafat barat) untuk pertama kalinya dalam pidato, surat dan dialognya.[35] Adapun bentuk interpretasi dirinya yang terkenal ditampilkan di "De Natura Deorum" dan "De Divinatione".[36] Cicero memandang bahwa retorika meliputi dua tujuan utama yakni anjuran dan penolakan (dissuasio). Dari penggabungan kedua hal itu, dapat ditemui pada berbagai pidato oleh orator-orator Romawi.[37] Pengajaran retorika klasik kepada murid berfokus pengaturan argumen dan struktur teks dalam berpidato (seperti, ekspresi wajah atau mimik). Dalam Dispositio, kanon retorika klasik yang membahas teknik argumen penyusunan penulisan dan bicara dalam bagian-bagian pidato atau ceramah agar tertata secara baik. Ia membagi kedalam enam elemen penting yang penulisan pidato yakni pembukaan (exordium), narasi terkait fakta (narratio), pembagian berbagai situasi maupun topik (partitio), kehadiran bukti (confirmatio), evaluasi kekeliruan pada kejadian (reprehensio), dan penutup (peroratio).[38]

Marcus Fabius Quintilianus

Marcus Fabius Quintilianus

Marcus Fabius Quintilianus (35 SM-97 M) merupakan seorang guru yang ahli dalam berbicara atau berkata sekaligus orang yang berhasil membahas mengenai beberapa fakta Socrates, sebagai seorang guru orator, Quintilianus memfokuskan keyakinannya dalam pendidikan dengan peletakan pada kesempurnaan dan kemampuan yang ada pada manusia berekspresi sebagai dasar pendidikan atau pengajarannya.[39] Quintilian menggambarkan retorika sebagai "kefasihan yang dipersonifikasikan".

Masa Abad Pertengahan

St. Agustinus

Santo Agustinus

Dalam perkembangan pendidikan agama Kristen, salah satunya seorang bapa gereja bernama St. Agustinus yang memiliki kontribusi penting dan mendominasi abad pertengahan. Agustinus (354–430 M) dilahirkan di Afrika Utara, tidak jauh dari Hippo Regius, tepatnya Tagaste. Ia memulai pendidikannya di kampung halamannya di Tagaste, dan kemudian belajar retorika dan filsafat di Kartago. Setelah itu, ia kembali ke kampung halamannya dan menjadi guru retorika. Kepindahannya ke Kartago pada tahun 372 sekaligus menjadikan dia sebagai guru ilmu retorika di sana.[40] Ia mengeksplorasi penggunaan retorika baru dalam Buku Keempat dari De Doctrina Christiana yang membahas bahwa konsep dasar dari apa yang akan menjadi homiletika, retorika khotbah. Agustinus memulai buku ini dengan menanyakan mengapa "kekuatan kefasihan, yang begitu mujarab dalam memohon baik untuk tujuan yang salah atau hak", tidak boleh digunakan untuk tujuan yang benar (IV. 3).

Zaman Modern

Retorika modern pertama (Renaisans)

Abad Pertengahan berlangsung selama seribu tahun (400-1400). Di negara bagian Eropa dengan selang waktu yang lama menjadikan warisan peradaban Yunani diabaikan. Pertemuan orang Eropa dengan Islam yang mengembangkan khazanah Yunani dalam Perang Salib yang mengakibatkan Renaisans. Salah seorang pemikir Renaisans yang menarik kembali minat orang pada retorika adalah Peter Ramus. Ramus menemukan bahwa seni retorika dan logika tercakup dalam keduanya retorika dan logika Inventio dan dispositio.[41] Inventio dan dispositio dimasukkannya sebagai bagian logika. Sedangkan retorika hanyalah berkenaan dengan elocutio dan pronuntiatio saja. Taksonomi Ramus berlangsung selama beberapa generasi.

Retorika oleh Roger Bacon (1214-1219) dihubungkan Renaisans dengan retorika modern, ia mengemukakan dengan menggunakan metode eksperimental, tetapi juga pentingnya pengetahuan tentang proses psikologis dalam studi retorika. Ia menyatakan, "... kewajiban retorika ialah menggunakan rasio dan imajinasi untuk menggerakkan kemauan secara lebih baik". Rasio, imajinasi, kemauan adalah ilmu-ilmu dalam psikologi yang kelak menjadi kajian utama ahli retorika modern.[42]

Aliran pertama retorika hingga masa modern dalam penekanan terhadap proses psikologis, dikenal sebagai aliran epistemologis. Epistemologi membahas tentang "teori pengetahuan" yang meliputi asal-usul, sifat, metode, dan batasan pengetahuan manusia.[43] Para pemikir epistemologis berupaya mengkaji retorika klasik sebagai sorotan perkembangan psikologi kognitif (seperti,pembahasan terkait proses mental). George Campbell (1719-1796) dalam buku pertamanya yang berjudul "Philosophy of Rhetoric", ia menggunakan metode psikologi guru dengan mempelajari Aristoteles. Psikologi departemen mencoba menjelaskan empat departemen perilaku manusia—atau departemen jiwa manusia: penyebab pemahaman, ingatan, imajinasi, sensasi, dan kemauan keras. Menurut definisi Campbell, retorika harus menunjuk pada upaya "mencerahkan pemahaman, menyenangkan imajinasi, menggerakkan perasaan, dan mempengaruhi kemauan".[44] Tokoh lainya yang memngembangkan retorika adalah Richard Whately mengembangkan retorika yang dirintis Campbell. Ia mendasarkan teori retorikanya juga pada psikologi fakultas. Hanya saja ia menekankan argumentasi sebagai fokus retorika. Retorika harus mengajarkan bagaimana mencari argumentasi yang tepat dan mengorganisasikannya secara baik. Baik Whately maupun Campbell menekankan pentingnya menelaah proses berpikir khalayak. Karena itu, retorika yang berorientasi pada khalayak (audience-centered) berutang budi pada kaum epistemologis - aliran pertama retorika modern.

Retorika modern kedua (belles lettres)

Abad modern kedua, retorika dikenal dengan nama Belles Lettrers (dalam bahasa Perancis berarti "tulisan yang indah").[45] Aliran retorika pada abad ini, salah satunya bernama Hugh Blair.

Hugh Blair

Aliran retorika modern kedua yang dikenal sebagai gerakan belles lettres. Retorika belletris merupakan retorika yang mengutamakan keindahan bahasa, segi-segi estetis pesan, terakdang juga mengabaikan segi informatifnya. Hugh Blair (1718-1800) sebagai seorang menteri agama, penulis, dan ahli retorika Skotlandia, ia dianggap sebagai salah satu ahli teori wacana tertulis pertama. Ia menulis Lectures on Rhetoric and Belles Lettres. Menganai hubungan antara retorika, sastra, dan kritik. Ia memperkenalkan citarasa (taste), yang diartikan sebagai kemampuan untuk memperoleh kepuasan dari suatu pertemuan dengan apa pun yang indah.[46]

Retorika modern ketiga (elokusionis)

Aliran ketiga disebut gerakan elokusionis, aliran yang menekankan teknik penyampaian pidato.[47] Gilbert Austin, misalnya memberikan petunjuk praktis penyampaian pidato, "Pembicara tidak boleh melihat melantur. Ia harus mengarahkan matanya langsung kepada pendengar, dan menjaga ketenangannya.[47] Pada abad kedua puluh, retorika mengambil manfaat dari perkembangan ilmu pengetahuan modern - khususnya ilmu-ilmu perilaku seperti psikologi dan sosiologi. Istilah retorika pun mulai digeser oleh speech, speech communication, atau oral communication, atau public speaking. Di bawah ini diperkenalkan sebagian dari tokoh-tokoh retorika mutakhir:

James A Winans

James A Winans dalam terbitan bukunya yang berjudul "Public Spaking" pada tahun 1917 yang membahas tentang teori psikologi dan cara penyampaian pidato. Ia menyatakan bahwa tindakan itu dipengaruhi perhatian, di mana persuasi diartikan sebagai suatu proses yang memunculkan perhatian yang memadai dan tidak dipengaruhi oleh proposisi.[48]

Charles Henry Woolbert

Retorika oleh Charles Henry Woolbert, retorika yang dikemukanya berkaitan dengan ilmu tingkah laku. Pandanganya tentang setorika tidak hanya berhubungan dengan teori ilmiah atau kajian ilmiah di mana pembicara mempengaruhi pendengar dengan pengetahuan ilmiah mnggunakan seni dalam berbicara.[49] Dalam karya bukunya berjudul "The Fundamental of Speech", ia membahas mengenai persiapan dalam berpidato yang didasarkan pada tahapan yakni 1) teliti tujuan, 2) khalayak dan situasi, 3) kecocokan proposisi, serta 4) kalimat secara logis.[50]

Alan H. Monroe

Retorika oleh Monroe sebagai pemikir dalam retorika, ia menghubungkan retorika kedalam cara pengorganisasian pesan atau pesan yang tersusun didasarkan pada proses berpikir manusia. Hal ini yang disebut urutan bermotif. Adapun urutan itu mencakup yakni 1) perhatian, 2) kebutuhan, 3 pemuasan, gambaran visual, serta tindakan.[51]

Barack Obama & Susilo Bambang Yudhoyono

Retorika sebagai bagian politik tidak terlepas dari bahasa politik. Hal ini memengaruhi masyarakat terhadap penggunaan bahasa politik yang menjadi cerminan suatu realitas. Presiden Barack Obama bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam konferensi pers menerapkan teori implikatur dan konsep atau teori-teori retorika bahasa sebagai pendekatan pragmatik.[52] Retorika oleh Obama dan Susilo Bambang semasa kepresidenennya sebagai aktor politik juga dalam penanggapan isu ISIS dalam United Nations General Assembly pada tanggal 24 September 2014. Penggunaan bahasa verbal dan nonverbal oleh Obama melalui retorikanya merupakan upaya dalam penyelesaian pertentangan dengan Islam terhadap Amerika Serikat negara yang anti Islam. Obama berusaha untuk mengatasi situasi dengan menawarkan beberapa solusi dan tindakan agar tidak ada teroris yang mengatasnamakan agama Islam. Sedangkan retorika yang dilakukan oleh Yudhoyono, disimpulkan bahwa ia memiliki keraguan dan kurang tegas dibandingkan dengan Obama dalam mengambil keputusan ataupun menawarkan solusi dalam menanggapi kasus ISIS. Karena Indonesia sebagai penganut muslim terbanyak di dunia sehingga Yudhoyono harus berhati-hati dengan hanya memberi himbauan agar tidak ada penyerangan lagi.[53]

Ruang lingkup

Retorika forensik

Retorika forensik difokuskan pada keadaan seseorang, instansi maupun lembaga (seperti, yuridius) dengan mendorong terjadinya rasa bersalah atau tidak, pertanggungjawaban atau ganjaran. Retorika forensik sering kali dikenal dengan retorika yudisial atau pidato yudisial.[54] Retorika forensik dapat digambarkan sebagai keterlibatan banyak pembelaan, masing-masing berbeda di setiap tempat, audiens, strategi, dan proses peradilan.[55]

Retorika epideiktik

Retorika epideiktik digunakan promosi nilai-nilai kewarganegaraan melalui bahasa pujian dan celaan. Retorika epideiktik dalam demonstratif, dimaksudkan sebagai wacana baik memuji atau penistaan dengan tujuan menyalahkan seseorang atau lembaga.[56]

Retorika deliberatif

Retorika deliberatif merupakan retorika yang memfokuskan diri pada apa yang akan terjadi dikemudian bila diterapkan sebuah kebijakan saat sekarang. Fokus utama retorika deliberatif adalah pada audiens politik seperti majelis demokratis. Tujuannya untuk membuat seseorang atau audiens terbuka terhadap penilaian tertentu (seperti motivasi orang melalui media sosal).[57]

Prinsip umum

Dalam kegiatan berbicara tentu terdapat hal yang mendasari di dalamnya, terdapat beberapa prinsip pokok, anatara membutuhkan paling sedikit dua orang, menggunakan bahasa yang dipahami bersama, mengakui atau menerima daerah referensi umum, merupakakn proses tukar pikiran antarpartisipan, peyampaian gagasan dengan tujuan melaporkan, menghibur, dan meyakinkan seseorang.[58]

Bentuk

Retorika adalah kunci dari ilmu bahasa terkhusus ilmu bina bicara, sebagai bagian dari ilmu bicara diklasifikasikan menjadi 3 bentuk, yaitu monologika, dialogika, dan bina teknik berbicara.[59]

Monologika

Monologika merupakan cabang ilmu yang membahas terkait seni berbicara secara monolog.[60] Berbicara monolog dimaksud adalah kecenderungan pada satu orang yang berbicara atau komunikasi satu arah. Contohnya, kata sambut kuliah umum, kata sambut ceramah, pidato, dan lain sebagainya.[61][62]

Dialogika

Dialogika merupakan cabang ilmu yang membahas terkait seni berbicara dialog.[63] Berbicara dialog dimaksud adalah kecenderungan pada 2 orang atau lebih yang mengambil bagian berbicara. Contohnya, tanya jawab forum, debat, diskusi, perundingan, percakapan biasa, dan lain sebagainya.[61][62]

Teknik bina bicara

Pembinaan teknik berbicara merupakan keefektifan dari teknik berbicara monolog dan dialog tergantung kemampuan dan keadaan dalam suatu proses pembicaraan yang memenuhi syarat retorika. Hal ini banyak dipelajari di bidang ilmu komunikasi.[64]

Landasan

Situasi

Kegiatan berbicara dapat terjadi dalam siituasi, kondisi,suasana,dan lingkungan tertentu.[65] Situasi yang dimaksud adalah berbicara secara formal (resmi) atau informal (tidak resmi).[65]

Tujuan

Tujuan dari penyampaian gagasan atau ide dalam keterampilan berbicara adalah untuk memperoleh respon atau tanggapan dari lawan bicara.[65] Tujuan dari peyampaian gagasan adalah melaporkan, menghibur, dan meyakinkan seseorang.[65]

Metode penyampaian

Terdapat empat cara atau metode penyampaian yang dapat dilakukan seseorang pada waktu berbicara, yaitu penyampaian berdasarkan naskah atau manuskrip penyampaian berdasarkan catatan kecil atau ekstemporer, penyampaian gagasan berdasarkan hafalan memoriter, penyampaian gagasan secara mendadak dan serta merta atau impromtu.[65]

Penyimak

Pembicara yang baik tentu akan bersifat komunikatif terhadap lawan bicara.[65] Dalam penyampaian gagasan atau ide pembicara harus memperhatikan siapa penyimak dari pembicaraan tersebut, supaya materi yang disampaikan dapat diterima secara berimbang.[65]

Unsur pendukung

Bahasa

Bahasa dapat dikatakan sebagai unsur pendukung utama retorika. Tidak ada retorika apabila tidak ada bahasa, karena penggunaan bahasa memiliki hubungan dalam penyajian pesan, hal ini merupakan wujud fisik dari retorika. Pada penggunaan bahasa inilah dilakukan pemilihan kemungkinan unsur bahasa yang dipandang paling persuasif oleh komunikator. Pemilihan unsur-unsur bahasa itu bisa dalam bentuk istilah, kata, ungkapan, gaya bahasa, kalimat, dan lain-lain.[66][67]

Etika dan nilai moral

Etika dan nilai moral sebagai bagian terpenting. Adanya etika dan nilai moral dalam retorika menjadikan aktifitas komunikasi yang dilakukan bertanggung jawab. Etika dan nilai moral inilah menjadi tumpuan bahwa orang yang menguasai retorika harus bertanggung jawab dalam aktifitas komunikasinya. Dalam mengkomunikasikan informasi, komunikator perlu memperhatikan tiga syarat yang berkaitan dengan etika yakni 1) bertanggung jawab memilih unsur persuasif dan menyadari kemungkinan melakukan kesalahan, 2) berusaha memahami dan memperlakukan secara jujur kerugian yang diakibatkan oleh penipuan diri sendiri, 3) Menoleransi pendengar yang tidak setuju dengan isi yang disampaikan.[67]

Penalaran yang benar

Penyampaian informasi dalam komunikasi harus didukung dengan penalaran yang benar agar informasi yang disampaikan memiliki kekuatan atau landasan. Dengan penalaran yang benar, pembawa pesan juga harus menggunakan argumen logis untuk meyakinkan pendengarnya. Untuk mendukung penalaran yang benar, pengguna (penerima pesan) atau retorika yang diterima dapat mengikuti kaidah penalaran seperti hukum berpikir, silogisme, probabilitas induksi, dan kesalahan penalaran.[68] Oleh karena itu, dalam retorika ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu akal dan karakter komunikator sehingga dapat dijadikan dasar persuasi dimana kepribadian digunakan sebagai tanda psikologis apakah pengirim pesan berbohong atau jujur.[69]

Pengetahuan yang memadai

Apabila tidak disertai dengan pengetahuan yang memadai, maka penyampai pesan dapat menjadi orang sekedar menghasut dengan omong kosongnya. Komunikator harus benar-benar memahami apa yang ingin mereka sampaikan. Mengenai materi dan strategi penyampaian dapat dipahami sebagai:

  • Pemahaman atau pengetahuan tentang materi yang akan disampaikan sangat penting bagi pembicara.
  • Keberhasilan retorika tergantung pada pemahaman pembicara tentang manusia (audiens) dan berbagai aspek.[70]

Manfaat

Belajar retorika sebagai ilmu dalam komunikasi khususnya berbicara memiliki banyak manfaat. Adapun 5 manfaat yang sangat membantu jika mampu menguasai ilmu retorika, yaitu: 1) Mampu merangkai kata ketika berbicara di depan khalayak umum, 2) Mampu memahami intonasi sebagai hal penting dalam berbicara dengan seseorang, 3) Ide yang tersampaikan mudah dicerna atau mudah dipahami, 4) Mampu menjadi pembicara yang pandai jika mempelajari retorika, dan 5) Mampu menghargai orang lain yang berbicara yang ada didepan, seperti dalam pertemuan dan sebagainya.[71]

Bidang

Politik

Retorika sebagai lambang pidato untuk mengidentifikasikan pembicara dengan pendengar. Ketika berpidato, retorika sebagai simbolisme merupakan konsep sangat penting karena dengan berpidato didepan khalayak secara terbuka akan berkembang wacana publik dan berlangsung proses persuasi. Pidato memiliki keterkaitan dengan retorika politik dengan tujuan agar tercipta masyarakat dengan negosiasi (konflik dan konsensus) yang terus berlangsung.[72] Contohnya, dalam kampanye politik melalui komunikasi politik. Penerapan lainnya, dalam debat calon gubernur DKI Jakarta 2017 oleh pasangan calon gubernur DKI Jakarta yakni Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, dalam retorikanya terkait politik, ia memperlihatkan kecakapan retorika untuk meningkatkan keberhasilan terpilih dengan merebut hati khalayak umum atau masyarakat pemilih. Ia, membangun retorika politik yang berfokus pada propaganda kebenaran ide, gagasannya.[73]

Akademik

Retorika membutuhkan pemahaman dan penguasaan bahasa dan pengetahuan budaya meliputi situasi retorika yang meliputi tujuan, audiens, topik, penulis, dan konteks, dan aspek lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.[74] Dalam bidang akademik seorang guru atau tenaga pendidik berkomunikasi dan menyampaikan percakapan informasi kepada pendengar secara tertulis atau lisan. Hal inilah yang dikenal retorika komunikasi verbal sebagai bagian penting bagi calon guru.[75]

Sarana

Sarana yang dapat dipergunakan dalam keterampilan berbicara untuk efektivitas komunikasi retoris adalah sebagai berikut.[76]

Mendengarkan

Mendengarkan adalah sikap yang penting dalam proses dialog dan diskusi.[76] Setiap peserta dalam diskusi selalu berganti peranan antara berbicara dan mendengar.[76]

Taktik retoris

Dalam uraian berikut ini akan dijelaskan sejumlah taktik yang dapat membantu untuk mencapai sasaran dan tujuan secara efektif dalam proses komunikasi retoris.[76]

Taktik afirmasi

  • Taktik "Ya".
    Menurut taktik ini, pertanyaan dirumuskan sedemikian rupa sehingga lawan bicara hanya dapat menjawab:”Ya”, dan perlahan-lahan menuntunnya kepada kesimpulan akhir yang jelas atau mengejutkan, yang harus diterima tanpa syarat.[76]
  • Taktik Mengulang
    Pembicara berusaha untuk menyampaikan pikiran dan idenya secara terus-menerus, gaya ini dapat menyebabkan lawan bicara menaruh perhatian kepada ide yang dianjurkan, dan berusaha mengolah ide itu.[76]
  • Taktik Sugesti
    Taktik ini bermaksud mempermudah lawan bicara untuk menyetujui pikiran, anjuran dan hasil pertimbangan kita.[76]

Taktik ofensif

  • Taktik Antisipasi
    Sementara lawan bicara menyampaikan pendapat, kita sudah mengantisipasi kelemahannya, sesudah itu kita langsung menjatuhkan pendapatnya dengan mengemukakan argumentasi kontra.[76]
  • Taktik Mengagetkan
    Lawan bicara menantang dengan satu pernyataan negatif, kita mengejutkan dia dengan satu jawaban balik dari sudut pandangan yang tak diduganya.[76]
  • Taktik Bertanya Balik
    Taktik ini melemparkan kepada lawan bicara satu pertanyaan balik yang menyebabkan dia menerima kekeliruannya sendiri.[76]
  • Taktik Provokasi
    Taktik ini memaksa lawan bicara untuk berbicara terus terang. Ini adalah satu model pertanyaan agresif, yang sering dipergunakan oleh para wartawan.[76]
  • Taktik Mencakup
    Taktik ini melihat argumentasi lawan dengan satu pengamatan yang mencakup dan lebih tinggi, sehingga dengan argumentasi itu sendiri dilemahkan dan tidak berlaku untuk dirinya sendiri.[76]
  • Taktik Memotong
    Taktik ini dipergunakan untuk mengontrol pembicara yang berbicara terlalu banyak, pembicaraannya dipotong dengan tiba-tiba dengan alasan untuk menyampaikan sesuatu yang penting.[76]

Taktik negasi

  • Taktik "tidak"
    Taktik ini menyangkal pendapat lawan bicara secara langsung, karena menuntut penjelasan yang tuntas.[76]
  • Taktik Kontradiksi
    Taktik ini mengemukakan pernyataan kontradiktoris (pertentangan secara esensial) atas apa yang dikatakan lawan bicara.[76]

Majas

Retorika juga merupakan salah satu jenis majas dalam Bahasa Indonesia. Majas retorika atau retorik berbentuk kalimat, berbeda dengan majas lain selain majas alegori dan majas parabel yang berbentuk narasi, karenanya ada yang menyebut kalimat retorik. Retoris adalah majas yang berupa pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu dijawab. Karena jawaban atau maksud si penanya sudah terkandung dalam pertanyaan tersebut. Contoh:

  • Untuk apa kita berperang, bukankah sebaiknya kita berdamai?
    Dalam kalimat di atas sudah dapat dijelaskan bahwa sebenarnya opsi yang dipilih dalam keadaan tersebut adalah opsi damai dan tidak ada opsi lainnya. Kalimat Retoris sering dipakai untuk menegaskan suatu maksud, tanpa mengeliminasi kondisi yang sedang terjadi. Contoh:
  • Mengapa kita berenang, apakah tidak lebih cepat dengan perahu?
    Kalimat tersebut menyatakan bahwa sebenarnya untuk mencapai suatu tujuan tidak harus menggunakan perahu karena suatu alasan diharuskan dengan berenang misalnya untuk infiltrasi ke markas musuh.

Kalimat retorik tidak memerlukan jawaban atas pertanyaan yang diajukan secara gamblang (essay), tetapi dapat diselesaikan dengan pilihan jawaban iya atau tidak. Kalimat retorik menyajikan suatu sindiran atau bahan introspeksi karenanya dipakai dalam pidato, khutbah, orasi, diskusi, debat dan cerita pendek seperti cerita anekdot.. Selain itu kalimat retorik digunakan dalam bertujuan untuk memberi semangat, menggugah hati, memotivasi, memberi kesadaran, dan sebagainya terhadap audiens atau pendengar.

Lihat pula

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ Aristoteles; Tomovska, Vesna (2018). Retorika (Seni Berbicara). Diterjemahkan oleh Handayani, Dedeh Sri. Yogyakarta: Basabasi. hlm. 20. ISBN 9786026651983. 
  2. ^ Sardila, Vera; Arini (2018). "Alternatif Peningkatan Kreativitas Retorika Mahasiswa Melalui Model Simulasi Pada Media Penyiaran". Jurnal RISALAH. 29 (1): 48–54. doi:10.24014/jdr.v29i1.5890. 
  3. ^ Saepullah, Asep (2021). Retorika Dalam Debat Keagamaan Zakir Naik: Studi Analisis Pemikiran Tokoh. Jawa Barat: Guepedia. hlm. 61. ISBN 978-623-281-773-9. 
  4. ^ "dalam Perspektif Ilmu Sosial"". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-09-26. Diakses tanggal 2018-09-26. 
  5. ^ Booth, Wayne C. (2004). The Rhetoric of Rhetoric - The Quest for Effective Communication (PDF) (dalam bahasa Inggris). Blackwell Publishing. hlm. ix. ISBN 978-1405112376. 
  6. ^ Henry Guntur Tarigan (1979). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. 
  7. ^ a b Drs. Yusuf Zainal Abidin, MM (2013). Pengantar Retorika. Bandung: Pustaka Setia. hlm. 96. 
  8. ^ "retorika". kbbi.kemdikbud.go.id. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) Daring. Diakses tanggal 2021-12-27. 
  9. ^ "rhetoric". dictionary.cambridge.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-12-25. 
  10. ^ "rhetoric". merriam-webster.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-12-25. 
  11. ^ Ahmad (2021). "Mengenal Apa Itu Public Speaking dan Dasar-dasarnya". gramedia.com. Diakses tanggal 2021-12-25. 
  12. ^ Syamsuddin, M. Mukhtasar (8 Agustus 2016). "BMP PBIN 4220 halaman 1.12" (PDF). Diakses tanggal 12 Desember 2023. 
  13. ^ Ardiansyah, Moch. Ferdy (2018). "Analisis Retorika Basuki Tjahaja Purnama Dalam Kampanye Rakyat Pemilihan Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Di Rumah Lembang 2017 (Kajian Retorika Aristoteles)" (PDF). Universitas Negeri Surabaya. 5 (1): 1–16. 
  14. ^ Aziz, Moh. Ali (2019). Public Speaking Gaya dan Teknik Pidato Dakwah. DKI Jakarta: Prenada Media. hlm. 6. ISBN 9786232182516. 
  15. ^ Maulana, Unsa; Pratama, Aditya; Firdiansyah, Ikrar; Murjani, Sri (2021). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Tata Akbar. hlm. 31. ISBN 9786236137734. 
  16. ^ Wiendijarti, Ida (2014). "Kajian Retorika Untuk Pengembangan Pengetahuan dan Ketrampilan Berpidato" (PDF). Jurnal Ilmu Komunikasi. 12 (1): 72. doi:10.31315/jik.v12i1.359. 
  17. ^ Nggili, Ricky Arnold (2019). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta Barat: Bhuana Ilmu Populer. hlm. 43. 
  18. ^ a b c d e f g Jalaluddin Rakhmat. "Retorika Modern: Pendektan Praktis" cet. 15 Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2011.>
  19. ^ "Protagoras Greek philosopher". britannica.com (dalam bahasa Inggris). Encyclopaedia Britannica. Diakses tanggal 2021-12-27. 
  20. ^ Buckingham 2011, hlm. 42.
  21. ^ Buckingham 2011, hlm. 43.
  22. ^ Martakim, Suhada (2020). Ahli Berbicara: Jurus Ampuh Menjadi Pembicara Andal yang Selalu Didengar, Menarik Minat, dan Tidak Membosankan di Segala Situasi. DI Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia. hlm. 6. ISBN 9786232443815. 
  23. ^ Rusyad, Daniel (2020). Tradisi Retorika Kerangka Teoretis Penelitian Ilmu Komunikasi Kajian Retorika. Jakarta Barat: abQarie Books. hlm. 5. 
  24. ^ Keraf, Gorys (2009). Diksi dan Gaya Bahasa. Gramedia Pustaka Utama. hlm. 17. ISBN 9789792226577. 
  25. ^ Rhodes, Anthony (2011). "Jacob Burckhardt: History and the Greeks in the Modern Context," (PDF). Portland State University (dalam bahasa Inggris): 71. doi:10.15760/etd.279. 
  26. ^ Aristotle's Rhetoric Book I Chapter 1 [1354a] "Archived copy". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-10-08. Diakses tanggal 2021-12-21. 
  27. ^ Susilowati (2020). "Teknik Retorika Dalam Naskah Pidato Nadiem Makarim Pada Hari Guru Nasional 2019". Jurnal Trias Politika. 4 (1): 1–14. ISSN 2597-7423. 
  28. ^ Evita, Jeanette M. (2021). "Analisis Retorika Pada Akun Instagram @jrxsid". Jurnal Komunikasi, Masyarakat dan Keamanan. 3 (1): 18–29. ISSN 2656-6125. 
  29. ^ Aristotle, John Henry Freese, The "art" of Rhetoric, ISBN 0-434-99193-7 ISBN 978-0-434-99193-8
  30. ^ Turner (2007). Pengantar Teori Komunikasi 2 (edisi ke-3). Jakarta: Penerbit Salemba. hlm. 16. ISBN 978-979-17492-3-7. 
  31. ^ "Retorika Populer Sejak Yunani Kuno". republika.co.id. 2017. Diakses tanggal 2021-12-24. 
  32. ^ Tambunan, Lukman (2020). Khotbah Dan Retorika. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 38. ISBN 978-979-687-705-8. 
  33. ^ Sunarto AS. (2014). Retorika Dakwah (Petunjuk Menuju Peningkatan Kemampuan Berpidato) (PDF). Surabaya: Jaudar Press. hlm. 13–14. ISBN 978-602-1377-08-6. 
  34. ^ "Belajar Politik dan Pidato Pada Cicero". minews.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-27. Diakses tanggal 2021-12-27. 
  35. ^ "Marcus Tullius Cicero". history.com. 2009. Diakses tanggal 2021-12-21. 
  36. ^ Bishop, Caroline (2018). Cicero, Greek Learning, and the Making of a Roman Classic (dalam bahasa Inggris). Oxford, Britania Raya: OUP Oxford. hlm. 260. ISBN 9780192564795. 
  37. ^ Brotosudarmo, Drie S. (2021). Seni Berkhotbah dan Public Speaking. DI Yogyakarta: PBMR ANDI. hlm. 41. ISBN 9789792994254. 
  38. ^ Aune, David E. (2003). The Westminster Dictionary of New Testament and Early Christian Literature and Rhetoric (dalam bahasa Inggris). Amerika: Presbyterian Publishing. hlm. 420. ISBN 0664219179. 
  39. ^ Kristiawan, Muhammad (2016). Filsafat Pendidikan : The Choise Is Yours. Yogyakarta: Valid Pustaka. hlm. 119. ISBN 978-602-71540-8-7. 
  40. ^ Ginting, Misthen (2014). "Pemikiran Augustinus Tentang Pendidikan Agama Kristen". Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen. 1 (1): 55–60. ISSN 2355-5181. 
  41. ^ Palmer, Terri (1997). "The Dictates of Reason: Bacon, Ramus, and the Naturalization of Invention". OSSA Conference Archive. 80. (dalam bahasa Inggris). 2: It was not universally agreed, however, that these arts ought to maintain the relationship that they did. Peter Ramus, a Frenchman raised in the scholastic tradition, disagreed with the above division. Ramus claimed to find that the scholastic arts of rhetoric and logic were epetitious, since invention and disposition were covered in both rhetoric and logic. ISSN 2371-8323. 
  42. ^ Redaksi aceHTrend (2017). "Retorika Politik". acehtrend.com. Diakses tanggal 2021-12-23. 
  43. ^ Rajiyem (2005). "Sejarah dan Perkembangan Retorika". Jurnal Humaniora. 17 (2): 142–153. doi:10.22146/jh.839. 
  44. ^ Fernando, Riki (2020). "Balada Retorika". bbaceh.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2021-12-23. 
  45. ^ Ridwan A., Aang (2009). "Monologika: Retorika untuk Tabligh Islam" (PDF). Jurnal ilmu Dakwah. 4 (14): 699–728. doi:10.15575/idajhs.v4i14.418. 
  46. ^ Kurniawan, Yan (2008). "Perkembangan Komunikasi Berdasarkan Era". Jurnal Komunikologi. 5 (1): 75–87. 
  47. ^ a b Aditya, Alvino (2019). Trik Sukses Menjalin Komunikasi : Seni Berbicara untuk Memikat dan Memukau Audiens yang tak diajarkan di Seminar-seminar (edisi ke-1). Yogyakarta: Psikologi Corner. hlm. 96. ISBN 978-623-7324-44-7. 
  48. ^ Hidayat, Taufik (2021). Tips Menguasai Seni Bicara. GUEPEDIA. hlm. 27. ISBN 9786239692438. 
  49. ^ Maulana, Unsa; Pratama, Aditya; Firdiansyah, Ikrar; Murjani, Sri (2021). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Tata Akbar. hlm. 41. ISBN 9786236137734. 
  50. ^ Aziz, Moh. Ali (2019). Public Speaking Gaya dan Teknik Pidato Dakwah. Prenada Media. hlm. 12. ISBN 9786232182516. 
  51. ^ Vitisfera Putri, Destila (2017). Lancar Pidato & Public Speaking Tanpa Grogi Tanpa Panik. Anak Hebat Indonesia. hlm. 82. ISBN 9786232448452. 
  52. ^ Fikri (2014). "Upaya Memahami Retorika Politik Presiden Obama (Suatu Tinjauan Pragmatik)". Ideas Journal. Universitas Negeri Yogyakarta. 2 (1): 1–8. doi:10.24256/ideas.v2i1.134. 
  53. ^ Livia; Suenarto (2015). "Retorika Barack Hussein Obama Dan Susilo Bambang Yudhoyono Dalam Menanggapi Isu Isis Di Dunia". Jurnal Komunikasi. Jakarta . 7 (1): 70–80. doi:10.24912/jk.v7i1.8. ISSN 2085-1979. 
  54. ^ Dinora, Aloysius Germia; Al-ahmed, Sholahuddin (2020). Logika Kritis Filsuf Klasik Dari Era Pra-Socrates Hingga Aristoteles. Daerah Istimewa Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia. hlm. 118. ISBN 978-623-244-125-5. 
  55. ^ Chapel, William B. (2001). "Forensic Rhetoric: A Strategy for Cross-Cultural Conflict Resolution". Intercultural Communication Studies (dalam bahasa Inggris): 253. 
  56. ^ Nordquist, Richard (2019). "Definition and Examples of Epideictic Rhetoric". thoughtco.com. Diakses tanggal 2021-12-20. 
  57. ^ Alberico, Jerry; Loisa, Riris (2019). "Retorika Deliberatif Selebgram dalam Memotivasi Audiens Melalui Media Sosial (Konten "Level Up" di Akun Instagram Benakribo)". Koneksi. 3 (1): 236–243. ISSN 2598-0785. 
  58. ^ Henry Guntur Tarigan (1979). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. 
  59. ^ Suisyanto (2020). Retorika Dakwah dalam Perspektif Al-Quran. DI Yogyakarta: Samudra Biru. hlm. 7–8. ISBN 978-623-261-079-8. 
  60. ^ Katoningsih, Sri (2021). Keterampilan Bercerita. Surakarta,Jawa Tengah: Katoningsih. hlm. 39. ISBN 9786023613540. 
  61. ^ a b Liliweri, Alo (2011). Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. hlm. 397. ISBN 9786028730600. 
  62. ^ a b Dori Wurwur (1991). Retorika. Yogyakarta: Kanisisus. 
  63. ^ Katoningsih, Sri (2021). Keterampilan Bercerita. Surakarta,Jawa Tengah: Katoningsih. hlm. 40. ISBN 9786023613540. 
  64. ^ Sutrisno, Isbandi; Wiendijarti, Ida (2014). "Kajian Retorika Untuk Pengembangan Pengetahuan dan Ketrampilan Berpidato" (PDF). Jurnal Ilmu Komunikasi. 12 (1): 70–84. doi:10.31315/jik.v12i1.359. 
  65. ^ a b c d e f g Drs. Yusuf Zainal Abidin, MM (2013). Pengantar Retorika. Bandung: Pustaka Setia. hlm. 96. 
  66. ^ Marta, I Nengah (2010). "Retorika Dan Penggunaannya Dalam Berbagai Bidang". Prasi. 6 (12): 61–71. doi:10.23887/prasi.v6i12.6828. 
  67. ^ a b Sulistyarini 2018, hlm. 10.
  68. ^ Weruin, Urbanus Ura (2017). "Logika, Penalaran, dan Argumentasi Hukum". Jurnal Konstitusi. Jakarta: The Constitutional Court of The Republic of Indonesia. 14 (2): 374–395. doi:10.31078/jk1427. 
  69. ^ Sulistyarini 2018, hlm. 11.
  70. ^ Sulistyarini 2018, hlm. 12.
  71. ^ Yusuf, Ahmad Rifai (2019). "5 Manfaat yang Akan Kamu Rasakan Setelah Belajar Retorika". IDN Times. Diakses tanggal 2021-12-25. 
  72. ^ Rabiah, Sitti (2016). "Ragam Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Politik" (PDF). The POLITICS: Jurnal Magister Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. 2 (1): 121–131. ISSN 2407-9138. 
  73. ^ Arsani, Ahmad; Harmonisb; El-Adawiyah, Sa’diyah; Satispi, Evi (2020). "Retorika Politik Pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat Pada Debat Politik Pilkada DKI Jakarta 2017". Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam. 3 (2): 75–91. doi:10.31764/jail.v3i2.2538. ISSN 2598-8883. 
  74. ^ "What is Rhetoric?". uis.edu (dalam bahasa Inggris). University of Illinois Springfield. Diakses tanggal 2021-12-25. 
  75. ^ Mukhlis (2018). "Retorika Komunikasi Verbal-nonverbal bagi Calon Guru untuk Mengatasi Kendala Komunikasi". PIBSI: Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia: 789–802. ISBN 978-602-6779-21-2. 
  76. ^ a b c d e f g h i j k l m n o Dori Wurwur (1991). Retorika. Yogyakarta: Kanisisus. 

Rujukan

Bacaan lanjutan

  • Erickson, Keith V. (ed.). 1974. Aristotle: The Classical Heritage of Rhetoric, Metuchen, NJ
  • Burnyeat, Myles. 1994. “Enthymeme: The Logic of Persuasion.” In DJ Furley and A. Nehamas (eds.), Aristotle's Rhetoric . Princeton: Princeton University Press. 3-55.
  • Cooper, John M. 1993. “Rhetoric, Dialectic, and the Passions.” In Oxford Studies in Ancient Philosophy 11: 175-198.

Read other articles:

Persika KarawangNama lengkapPERSIKA KARAWANGJulukanLaskar JawaraBerdiri1951StadionStadion Singaperbangsa Karawang, Jawa barat(Kapasitas: 20,000)PemilikPT Persika SingaperbangsaPelatihAdhie suryadi (2023)LigaLiga 3 Jawa barat Kostum kandang Kostum tandang Persika Karawang singkatan dari Persatuan Sepak bola Indonesia Karawang adalah klub sepak bola Indonesia yang berbasis di Karawang, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Klub ini berkompetisi di liga 3 Jabar seri 2. Sejarah Persika didirikan oleh P...

 

 

 Nota: Este artigo é sobre a antiga estação na Linha da Beira Baixa. Para o apeadeiro na Linha do Vouga, veja Apeadeiro de Mourisca do Vouga. Para o antigo apeadeiro na Linha do Sul, veja Apeadeiro de Mourisca - Sado. Para a actual estação na Linha da Beira Baixa, veja Estação Ferroviária de Mouriscas-A. Mouriscas Linha(s): Linha da Beira Baixa(PK 13,560) Coordenadas: 39° 28′ 40,36″ N, 8° 06′ 01,59″ O Concelho: Abrantes Serviços: Desactivada Website: horár...

 

 

Dmitri Solsky. Count Dmitri Martynovich Solsky (Russian: Дмитрий Мартынович Сольский; 15 September [O.S. 3 September] 1833–12 November [O.S. 29 October] 1910) was an Imperial Russian politician. He served in the position of Imperial State Controller (an Imperial Minister equivalent) in 1878–1889. After leaving that post he was appointed to the Imperial State Council. He served as Chairman of the Imperial State Council in 1905–...

Government department of South Africa National Treasury List 10 other official names: Departement van Finansies (Afrikaans) umNyango wezeeMali (Southern Ndebele) iSebe lezeMali (Xhosa) uMnyango Wezezimali (Zulu) Litiko Letetimali (Swazi) Kgoro ya Matlotlo (Northern Sotho) Lefapha la Ditjhelete (Sotho) Lefapha la Matlotlo (Tswana) Ndzawulo ya Timali (Tsonga) Muhasho wa Gwama (Venda) National Treasury head office in PretoriaDepartment overviewFo...

 

 

19th-century Irish-Canadian labourer and politician Thomas ScottBorn(1842-01-01)1 January 1842Clandeboye, County Down, IrelandDied4 March 1870(1870-03-04) (aged 28)Upper Fort Garry, Red River Colony, Rupert's LandCause of deathExecution by firing squadOccupation(s)Surveyor for Dawson Road Project, Soldier in the Hasting's Battalion of Rifles Thomas Scott (1 January 1842 – 4 March 1870) was an Irish Protestant who emigrated to Canada in 1863.[1] While working as a labourer ...

 

 

Embassy of Japan in LondonLocationMayfair, LondonAddress101–104 Piccadilly, London, W1J 7JTCoordinates51°30′19″N 0°08′46″W / 51.50530°N 0.14606°W / 51.50530; -0.14606AmbassadorHajime Hayashi The Embassy of Japan in London is the diplomatic mission of Japan in the United Kingdom.[1] The embassy occupies a large Victorian building on Piccadilly opposite Green Park, which is Grade II listed. It was once the former Junior Constitutional Club, which wa...

Not to be confused with Wei Hong. In this Chinese name, the family name is Wei. Wei Heng卫恒Communist Party First Secretary of ShanxiIn office1965–1967Preceded byTao LujiaSucceeded byLiu GepingGovernor of ShanxiIn office1958–1965Preceded byWang ShiyingSucceeded byWang Qian Personal detailsBorn1915Lingchuan, Shanxi, ChinaDied29 January 1967 (aged 51)Taiyuan, Shanxi, ChinaPolitical partyCommunist Party of China Wei Heng (Chinese: 卫恒; 1915 – 29 January 1967), also known as We...

 

 

1977 film by Fred Williamson Mr. MeanDirected byFred WilliamsonWritten byFred WilliamsonProduced byFred WilliamsonStarringFred WilliamsonCinematographyMaurizio MaggiEdited byAmedeo MorianiMusic byOhio PlayersProductioncompanyPo' Boy ProductionsDistributed byLone Star Pictures InternationalRelease dateDecember 1977Running time77 minutesCountriesItalyUnited StatesLanguageEnglish Mr. Mean is a 1977 action crime film written and directed by Fred Williamson. Plot Mr. Mean is hired by a former Cosa...

 

 

保良局馬錦明夫人章馥仙中學Po Leung Kuk Mrs.Ma-Cheung Fook Sien College翻漆後的校舍東北面(2022年3月)地址 香港新界離島區大嶼山東涌富東邨类型津貼中學宗教背景無隶属保良局创办日期1997年学区香港離島區東涌校長柯玉琼女士副校长鄭健華先生,劉俊偉先生职员人数56人年级中一至中六学生人数約700人,24個班別校訓愛、敬、勤、誠校歌保良局屬下校歌分院紅、黃、藍、綠...

2017 single by Chaos Chaos featuring Justin Roiland TerryfoldSingle by Chaos Chaos featuring Justin Roilandfrom the album The Rick and Morty Soundtrack ReleasedAugust 27, 2017GenreComedy music, dream pop, indie pop, psychedelic popLength2:30Composer(s)Chaos ChaosLyricist(s)Justin RoilandChaos Chaos singles chronology In This Place (2013) Terryfold (2017) Dripping with Fire (2017) Terryfold is a song written by American actor, voice actor, and animator Justin Roiland and recorded by Americ...

 

 

Игорь Дмитриевич Сергун Заместитель начальника Генерального штаба Вооружённых Сил РФ — начальник Главного управления Генерального штаба Вооружённых Сил РФ 26 декабря 2011 года — 3 января 2016 года Президент Владимир Владимирович Путин Преемник Игорь Валентинович Короб...

 

 

{for|the city in Romania formerly known as Gheorghe Gheorghiu-Dej|Onești}} Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. Mohon bantu kami mengembangkan artikel ini dengan cara menambahkan rujukan ke sumber tepercaya. Pernyataan tak bersumber bisa saja dipertentangkan dan dihapus.Cari sumber: Gheorghe Gheorghiu-Dej – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR (January 2013) Gheorghe Gheorghiu-DejPemimpin Partai Komu...

Two angels mentioned in the Qur'an This folio from Walters manuscript W.659 depicts the angels Harut and Marut hanging as a punishment for being critical of Adam' creation Harut and Marut (Arabic: هَارُوْت وَمَارُوْت, romanized: Hārūt wa-Mārūt) are a pair of angels mentioned in the Quran Surah 2:102. They are said to tempt humans by teaching them the arts of sorcery (siḥr) in Babylon.[1][2] Quranic exegesis (tafsīr) explains that this pair of ange...

 

 

Astacinstructure of astacin with a hydroxamic acid inhibitorIdentifiersSymbolAstacinPfamPF01400Pfam clanCL0126InterProIPR001506PROSITEPDOC00129MEROPSM12SCOP21ast / SCOPe / SUPFAMCDDcd04280Available protein structures:Pfam  structures / ECOD  PDBRCSB PDB; PDBe; PDBjPDBsumstructure summary astacinIdentifiersEC no.3.4.24.21CAS no.143179-21-9 DatabasesIntEnzIntEnz viewBRENDABRENDA entryExPASyNiceZyme viewKEGGKEGG entryMetaCycmetabolic pathwayPRIAMprofilePDB structuresRCSB PDB PDBe PDBsu...

 

 

Hospital in Nottingham, EnglandThe Coppice HospitalEntrance to the Coppice HospitalShown in NottinghamshireGeographyLocationNottingham, EnglandCoordinates52°58′21″N 1°07′46″W / 52.9725°N 1.1295°W / 52.9725; -1.1295OrganisationCare systemNHSTypeSpecialistServicesSpecialityMental healthHistoryOpened1859Closed1985LinksListsHospitals in England The Coppice Hospital was a mental health facility in Mapperley, Nottingham, England. History The hospital, which was d...

Iranian politician Maryam ImaniehHead of Diplomatic Ladies Association (DLA)IncumbentAssumed office 2013PresidentHassan Rouhani Personal detailsSpouse Mohammad Javad Zarif ​ ​(m. 1979)​Children2[1] Maryam Imanieh (Persian: مریم ایمانیه) is the wife of Mohammad Javad Zarif.[2][3][4][5][6] They married in 1979. She is known for her role in negotiations leading to the Joint Comprehensive Plan of Act...

 

 

1997 film The PharmacistDirected byRainer KaufmannStarringKatja RiemannJürgen VogelRelease date 2 October 1997 (1997-10-02) Running time1h 48minCountryGermanyLanguageGerman The Pharmacist (German: Die Apothekerin) is a 1997 German comedy film based on the eponymous novel by Ingrid Noll.[1] Cast Katja Riemann – Hella Moormann Jürgen Vogel – Levin Graber Richy Müller – Dieter Krosmansky Isabella Parkinson [de] – Margot Krosmansky August Zirner – ...

 

 

一般国道 自動車専用道路(有料) E16 横浜横須賀道路E16 横浜新道(新保土ヶ谷IC - 狩場IC) 路線延長 36.9 km 制定年 1980年(昭和55年) 開通年 1979年(昭和54年) - 2009年(平成21年) 起点 神奈川県横浜市保土ケ谷区藤塚町(新保土ヶ谷IC) 主な経由都市 逗子市 終点 本線は神奈川県横須賀市馬堀海岸(馬堀海岸IC)金沢支線は神奈川県横浜市金沢区(並木IC) 接続する主な...

English biologist and comparative anatomist (1825–1895) Thomas Huxley redirects here. For the Lieutenant-Colonel, see Thomas Huxley (British Army officer). The Right HonourableThomas Henry HuxleyFRS FLSWoodburytype print of Huxley (1880 or earlier)Born(1825-05-04)4 May 1825Ealing, Middlesex, EnglandDied29 June 1895(1895-06-29) (aged 70)Eastbourne, Sussex, EnglandEducation Sydenham College, London[1] Charing Cross Hospital Known forEvolution, science education, agnostic...

 

 

This article is about the Polish newspaper. For the British newspaper, see Dziennik Polski (United Kingdom). Dziennik PolskiTypeDaily newspaperPublisherWydawnictwo Jagiellonia SAFounded1945LanguagePolishHeadquartersKraków, PolandCirculation21,133 (August 2014)ISSN0137-9089Websitedziennikpolski24.pl Dziennik Polski is a Polish newspaper. It was established in 1945 as a regional newspaper for Lesser Poland region. The circulation of the paper was 87,000 copies in 2003.[1] Its print and...

 

 

Strategi Solo vs Squad di Free Fire: Cara Menang Mudah!