Nippon Steel Corporation (日本製鉄株式会社code: ja is deprecated , Nippon Seitetsu Kabushiki Kaisha) (sebelumnya dikenal sebagai Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation hingga 2019) adalah produsen baja terbesar di Jepang, yang berkantor pusat di Chiyoda-ku (Distrik kota Chiyoda), Tokyo.[3] Perusahaan ini memiliki empat segmen bisnis, termasuk pembuatan baja, teknik, kimia, dan solusi sistem.[butuh klarifikasi][4] Perusahaan ini merupakan produsen baja mentah terbesar di Jepang dan ketiga terbesar di dunia. Perusahaan ini masuk dalam daftar Forbes Global 2000, peringkat 1971 pada tahun 2023.[5]
Nippon Steel merupakan penggunaan dari nama perusahaan pendahulunya yaitu Nippon Steel Corporation (1934-1950) (日本製鐵株式会社code: ja is deprecated , Nihon Seitetsu Kabushikigaisha) (nama dagang terdaftar: Nippon Steel Co., Ltd. (日本製鐵株式會社code: ja is deprecated , Nihon Seitetsu Kabushikihuìshè, Nippon Steel Company)bahasa Inggris: Japan Iron & Steel Co., Ltd.)[6] yang singkatannya adalah Nippon Steel (にっぽん(にほん)せいてつcode: ja is deprecated , Nippon(Nihon)Seitetsu), dan Nippon Steel Corporation (1970-2012) (新日本製鐵株式会社code: ja is deprecated , Shin Nihon Seitetsu Kabushiki Kaisha, New Nippon Steel Corporation) yang terbentuk dari penggabungan Yawata Iron & Steel dengan Fuji Iron & Steel pada tahun 1970 dan berlangsung hingga tahun 2012.[7]
Pada tahun 2012 melalui penggabungan antara Nippon Steel dan Sumitomo Metal nama perusahaan berubah menjadi Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation.
Pada tanggal 1 April 2019, nama perusahaan dalam bahasa jepang diubah dari Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation menjadi Nippon Steel Corporation (新日本製鐵株式會社code: ja is deprecated , Shin Nippon Seitetsu Kabushiki Kaisha, New Nippon Steel Corporation).
Hingga tahun 2019, Nippon Steel adalah produsen baja dengan volume produksi terbesar ketiga di dunia.[8]
Sejarah
Awal mula
Nippon Steel Baru dibentuk melalui penggabungan antara Yawata Iron & Steel (八幡製鉄 Yawata Seitetsu) dan Fuji Iron & Steel (富士製鉄 Fuji Seitetsu). Namun mulai awal tahun 1981, Nippon Steel mengurangi produksi dan labanya menurun. Terpaksa menutup tanurnya, Nippon Steel enggan melakukan PHK, dan lebih memilih untuk menawarkan opsi pensiun dini standar, serta mencoba bisnis di bidang lain, seperti bisnis budidaya jamur dengan menggunakan panas yang dihasilkan oleh tanur baja untuk mengendalikan suhu kompleks fungi subur.[9]
Bermasalah
Karena naiknya harga bahan baku, Nippon Steel kemudian kembali bermasalah. Pada tahun 1983, Nippon Steel memberitahu bahwa akhir tahun fiskal (31 Maret) akan menunjukkan bahwa Nippon Steel berada di situasi yang makin sulit. Penurunan permintaan baja juga menyebabkan penurunan laba sebesar 39% dari tahun sebelumnya, yang sebenarnya juga tidak terlalu menggembirakan. Pada saat itu, industri baja Jepang memang sedang bersusah payah, sehingga negara lain, seperti Korea Selatan, yang upah pekerjanya tidak sebesar Jepang, pun unggul di bisnis baja. Pada tahun 1986, Nippon Steel mencatatkan kerugian, dan bertekad untuk mendiversifikasi bisnisnya menjauh dari sektor industri yang hampir mati, serta menyediakan pekerjaan baru bagi ribuan pekerjanya yang sebelumnya bekerja di tanur.
Diversifikasi
Nippon Steel pun berekspansi ke bisnis semikonduktor, elektronik, perangkat lunak, sumber daya manusia, dan bahkan membuka sebuah taman hiburan bernama Space World. Nippon Steel pun mencatatkan laba selama beberapa tahun, tetapi kembali merugi pada tahun 1993. Ribuan pekerja pun akan kembali dipindah ke bisnis baru. Berkat pengurangan biaya, Nippon Steel berhasil kembali mencatatkan laba pada tahun 1995. Pada tahun 1999, Nippon Steel kesulitan menutup biaya pensiun pekerjanya. Pada tahun 2002 dan 2003, Nippon Steel sebenarnya mencatatkan laba operasi, tetapi akhirnya mencatatkan rugi bersih, salah satunya karena perusahaan ini merevaluasi lahan yasan dan sekuritasnya. Namun permintaan baja dari Tiongkok membuat perusahaan ini kembali menguntungkan. Pasca penggabungan antara Sumitomo Corporation, Kinzoku Steel Corporation (Sumikin Bussan), dan Nippon Steel lama, NSSC pun dibentuk sebagai divisi produksi baja nirkarat dari perusahaan hasil penggabungan.[10]
Penggabungan
Pada awal tahun 2011, Nippon Steel mengumumkan rencananya untuk bergabung dengan Sumitomo Metal Industries. Dengan Nippon Steel memproduksi sekitar 26,5 juta ton baja per tahun dan Sumitomo memproduksi sekitar 11 juta ton baja per tahun, perusahaan hasil penggabungan pun akan memproduksi hampir 37 juta ton baja mentah per tahun, sehingga menjadi yang terbesar kedua di dunia, di atas Baosteel (memproduksi sekitar 31 juta ton baja per tahun), dan di bawah ArcelorMittal (memproduksi 77,5 juta ton baja mentah pada tahun 2010).
Pada tanggal 1 Oktober 2012, Nippon Steel resmi bergabung dengan Sumitomo Metal Industries, dengan tiap lembar saham Sumitomo Metal disetarakan dengan 0,735 saham Nippon Steel.[11] Perusahaan hasil penggabungan pun berbisnis dengan nama Nippon Steel & Sumitomo Metal Corp. dan melantai di bursa dengan simbol saham 5401, yang sebelumnya digunakan oleh Nippon Steel.[12][13] Pada tanggal 1 April 2013, diumumkan bahwa divisi logistik dari Nippon Steel dan Sumitomo Metal akan digabung ke dalam "Nippon Steel & Sumikin Logistics Co., Ltd.", dan menjadi anak usaha dari Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation.[14] Perusahaan hasil penggabungan kemudian berencana menerbitkan buku fakta umum pada musim panas tahun 2013.[15]
Pada tanggal 1 April 2019, nama perusahaan ini diubah dari Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation menjadi Nippon Steel Corporation.
Saat ini
Pada bulan Mei 2020, Nippon Steel mencatatkan kerugian dan mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan operasi empat tanur, yang mana salah satunya akan ditutup permanen.[16]
AM/NS Calvert. Sebelumnya bernama ThyssenKrupp Steel USA dan terletak di Calvert, Alabama, pabrik tersebut dibeli dari ThyssenKrupp melalui sebuah kemitraan dengan ArcelorMittal pada bulan Februari 2014 dengan harga $1,5 milyar dan diubah namanya menjadi AM/NS Calvert.[18] Pabrik tersebut mulai dibangun pada tahun 2007 dan mulai beroperasi pada tahun 2010 dengan kapasitas produksi sebesar 5,3 juta ton. Pabrik tersebut meliputi satu pabrik lembaran baja panas, satu pabrik baja roll dingin, dan empat fasilitas pelapisan baja. Produk dari pabrik tersebut dipasarkan di regional NAFTA melalui ArcelorMittal.[19]
Nippon Steel Trading Co., Ltd., telah membentuk sebuah joint venture bernama PT IndoJapan Steel Center dengan tiga perusahaan asal Indonesia guna memproduksi 120.000 ton baja lembaran per tahun untuk industri otomotif. Nippon Steel memegang 30% saham joint venture tersebut. Pabrik milik IndoJapan Steel Center terletak di Kawasan Industri Mitra Karawang, Jawa Barat dengan luas 4,8 hektar, dan investasi tahap pertama sebesar $38 juta diharapkan dapat mulai beroperasi pada bulan Januari 2013.[20]
POSCO-Nippon Steel RHF Joint Venture, Co., Ltd., terletak di Pohang, Korea Selatan. Dengan menggunakan teknologi tanur putar, perusahaan ini mendaur ulang lumpur dan debu yang dihasilkan oleh pabrik milik POSCO.[21]
Pada tanggal 30 Oktober 2018, Mahkamah Agung Korea Selatan menolak tuntutan kasasi terhadap putusan tahun 2013 yang mewajibkan Nippon Steel untuk membayar kompensasi kepada empat pekerjanya asal Korea Selatan yang dipaksa bekerja selama Perang Dunia II dan mewajibkan Nippon Steel untuk membayar empat orang tersebut masing-masing sebesar 100 juta won (US$87.700).[22] Empat pekerja tersebut merupakan korban kerja paksa yang diawasi oleh Sumitomo, dan mengajukan tuntutan pada tahun 2005.[22] Seorang juru bicara Nippon Steel menyatakan bahwa putusan tersebut "sangat disayangkan," namun juga berjanji akan meninjau kembali putusan tersebut.[23] Menteri Luar Negeri Jepang, Taro Kono menyatakan bahwa masalah tersebut "telah diselesaikan pasca Traktat Hubungan Dasar Antara Jepang dan Republik Korea".[24]
Penyitaan aset yang diperintahkan oleh Mahkamah Agung Korea Selatan meliputi saham PNR yang dipegang oleh Nippon Steel.[25]
Catatan lingkungan
Pada tahun 2005, Nippon Steel berencana meningkatkan kapasitasnya dalam mendaur ulang limbah plastik menjadi kokas sebesar 30%. Kokas adalah sumber daya utama dalam memproduksi baja. Untuk itu, perusahaan inipun berinvestasi sebesar ¥4 milyar (sekitar $38,2 juta) untuk memasang peralatan di Pabrik Oita dan memasang tanur kedua di Pabrik Kyushu.[26]
Pada tahun 2006, Nippon Steel dan Mitsubishi Heavy Industries bersama-sama membuat baja berkekuatan tinggi. Baja tersebut pertama kali digunakan pada lambung kapal peti kemas. Baja tersebut memungkinkan kapal tetap kuat, meskipun baja tersebut tidak terlalu tebal. Baja tersebut memungkinkan kapal untuk mencapai efisiensi bahan bakar yang lebih tinggi, sehingga mengurangi dampaknya terhadap lingkungan.[27]
Pada tahun 2006, Nippon Steel mengumumkan proyek rintisan untuk memproses limbah makanan menjadi etanol. Perusahaan inipun meminta Kota Kitakyushu untuk mengumpulkan dan menyortir limbah makanan dan meminta Nishihara Co., sebuah perusahaan manajemen limbah, untuk mengembangkan teknologi baru guna mengimplementasikan sistem pengumpulan tersortir. Untuk menghemat biaya, perusahaan ini menggunakan panas yang berasal dari fasilitas insinerasi yang tidak terlalu digunakan, dan residu yang dihasilkan dari pemrosesan limbah makanan juga akan dibakar di insinerator tersebut.[28]
Pada tahun 2011, perusahaan ini mendapat Fray International Sustainability Award di Meksiko, atas pendekatannya untuk menghasilkan proses, produk, dan solusi yang ramah lingkungan.[29]