Nilai adalah sebuah alat yang menunjukkan alasan mendasar bahwa "cara pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan."[1] Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan.[1]
Dengan bahasa sederhana, nilai adalah hal berharga yang harus dijaga setiap insan karena merupakan tolak ukur suatu keputusan dan tindakan akhir.
Secara umum, nilai memengaruhi sikap dan perilaku.[2]
Milton Rokeach menciptakan Rokeach Value Survey.(RVS)[3] RVS terdiri atas dua kumpulan nilai, dengan setiap kumpulan memuat 18 pokok nilai individual.[3] Satu kumpulan, yang disebut nilai terminal, merujuk pada keadaan-keadaan akhir yang diinginkan.[3] Ini adalah tujuan yang ingin dicapai seseorang selama hidupnya.[3] Kumpulan lainnya, disebut dengan nilai instrumental, merujuk pada perilaku atau cara-cara yang lebih disukai untk mencapai nilai terminal.[3]
Beberapa analisis baru mengenai nilai kerja telah digabungkan ke dalam empat kelompok yang berusaha mendapatkan nilai unik dari kelompok atau generasi yang berbeda-beda dalam angkatan kerja Amerika Serikat.[4] Nilai memang mengalami perubahan dari generasi ke generasi.[5]
Generasi Boomer adalah kelompok yang lahir setelah perang dunia II ketika para veteran kembali ke keluarga mereka masing-masing dan zaman sudah membaik.[1] Boomers memasuki angkatan kerja dari pertengahan tahun 1960-an sampai pertengahan tahun 1980-an.[1]
Salah satu pendekatan yang paling banyak digunakan untuk menganalisis variasi kultur dibuat pada akhir tahun 1970-an oleh Geert Hofstede.[6] Hofstede menemukan bahwa manajer dan karyawan memiliki lima dimensi nilai kultur nasional yang berbeda-beda.[6]