Awalnya, museum berada kawasan Markas Komando Wilayah Udara V (Makowilu V) di Jalan Tanah Abang Bukit, Jakarta. Dan pada saat bersamaan berdiri juga Museum Pendidikan/Karbol di Lembaga Pendidikan AKABRI Bagian Udara, Yogyakarta atau sekarang dikenal dengan nama AAU, sehingga muncul ide untuk penyatuan kedua, selain juga untuk menampung koleksi alat utama sistem senjata TNI AU yang kian terus berkembang sehingga dibutuhkan tempat yang lebih luas.
1978 - 1982
Penentuan lokasi museum ada di Yogyakarta didasarkan atas pemikiran sebagai berikut:
Kurun masa tahun 1945 - 1949, kota ini memegang peranan penting sebagai pusat kelahiran dan perkembangan TNI AU.
Kota ini adalah tempat dididiknya para Taruna-taruna Angkatan Udara (karbol) calon perwira TNI AU
Atas dasar itulah maka Kepala Staf TNI AU mengeluarkan keputusan No. Kep/11/IV/1978 tertanggal 17 April1978 yang menetapkan bahwa Museum Pusat AURI dipindahkan ke Yogyakarta dan disinergikan dengan Museum Pendidikan Pendidikan/Karbol menjadi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala.
1982 - Sekarang
Pimpinan TNI-AU kemudian menunjuk gedung bekas pabrik gula di Wonocatur Lanud Adisutjipto yang pada masa pendudukan Jepang digunakan sebagai gudang logisitik sebagai Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala. Pada tanggal 17 Desember1982, Kepala Staf Angkatan UdaraMarsekalTNIAshadi Tjahjadi menandatangani sebuah prasasti. Hal ini diperkuat dengan surat perintah Kepala Staf TNI-AU No.Sprin/05/IV/1984 tanggal 11 April1984 tentang rehabilitasi gedung ini untuk dipersiapkan sebagai gedung permanen Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala. Dalam perkembangan selanjutnya pada tanggal 29 Juli1984Kepala Staf TNI-AUMarsekalTNISukardi meresmikan penggunaan gedung yang sudah direnovasi tersebut sebagai gedung Museum Pusat TNI AU “Dirgantara Mandala” dengan luas area museum seluruhnya kurang lebih 4,2 Ha. Luas bangunan seluruhnya yang digunakan 8.765 m2.[4]
Museum dan isinya
Akses
Ada beberapa cara untuk menuju ke lokasi museum ini, yaitu sebagai berikut:
Mempergunakan kendaraan pribadi. Untuk menuju ke museum ini bisa langsung ke Lanud Adisutjipto dengan cek point yaitu SD Angkasa Lanud Adisutjipto yang berada di tepi jalan raya Janti.[5]
Mempergunakan kendaraan umum, bus atau kereta api. Untuk menuju ke museum ini bisa dengan menaiki bus Trans Jogya dan turun di halte "Jembatan Layang Janti".[5]
Dengan pesawat udara. Mendarat di Lanud Adisutjipto, Yogyakarta dan menuju ke arah Barat, kurang lebih 3 kilometer dengan cek point SD Angkasa.[5]
Ruangan Museum
Pelbagai koleksi maupun benda bersejarah TNI AU dipamerkan dalam ruangan berbeda dengan nama sebagai berikut:
Ruang Utama; berisikan koleksi lambang TNI AU beserta jajarannya, foto KASAU dari tahun 1946 hingga sekarang yang dilengkapi dengan Kode QR. Selain itu ia juga memuat patung para pahlawan nasional dari TNI AU, foto para tokoh penerima bintang Swabuana Paksa, tanda pangkat TNI AU serta tanda-tanda kehormatan militer.
Ruang Pahlawan dan Seragam TNI AU; berisikan benda-benda koleksi yang pernah dipakai oleh pahlawan TNI AU dan seragam TNI AU dari tahun 1946 sampai dengan sekarang.
Ruang Kotama; berisikan benda-benda koleksi yang berhubungan dengan Kotama di jajaran TNI AU diantaranya:
Pesawat ini merupakan buatan dari pabrik Douglas Aircraft Company, Amerika Serikat dan mulai dioperasikan oleh TNI AU sejak Mei1980. Ia memiliki beberapa julukan diantaranya : "Scooter", "Bantan Bomber", "Tinker Toy Bomber", Heinemann Hot Red" dan di kalangan para penerbang TNI AU ia lebih dikenal sebagai "Si Bongkok". Ia merupakan pesawat yang tangguh, dirancang untuk dioperasikan di kalangan Angkatan Laut Amerika Serikat dengan ditenagai oleh satu mesin turbojet Pratt & Whitney J52-P8A, dengan daya dorong 9.200 lbs dan bisa membawa beban seberat 4,5 ton di luar badannya sendiri dan memiliki kecepatan melesat 420 Knots pada ketinggian kurang dari 500 kaki.
Karena dirancang untuk keperluan Angkatan Laut Amerika Serikat, maka ia juga memiliki tingkat keamanan yang tinggi bagi awak pesawatnya karena dilengkapi dengan kursi lontar "zero zero ejection seat", dimana kursi lontarnya bisa dioperasikan pada ketinggian 0 meter serta kecepatan pesawatnya 0 knot, bahkan bisa melontarkan penerbangnya dengan aman, walau pesawatnya sudah masuk ke laut. Pesawat ini juga dilengkapi dengan sistem belly landing, yaitu ia dapat mendarat dengan aman walau tanpa mengeluarkan roda pendaratan. Dalam pengoperasiannya di Indonesia, pesawat ini mengalami beberapa modifikasi, antara lain:[6]
Pemasangan kamera pengintai VICON 70 Camera
Radio Komunikasi dengan frekuensi standard TNI ARC 182 (VHF-UHV-AMFM)
Doppler Antena
TANS Computer
Sistem pemandu senjata WDNS (Weapon Delivery Navigation Systems)
Pesawat ini buatan pabrik Northrop F-5, Amerika Serikat ini memiliki ketangguhan yang bagus karena dipergunakan selama Perang Vietnam oleh Amerika Serikat. Bentuknya yang panjang dan runcing, supersonik (kecepatan maksimumnya hingga 1,6 Mach) dan bisa dipersenjatai dengan sepasang Canon M.39, rudal udara ke udara AIM-9 P-2 Sidewinder (salah satu rudal terbaik kala itu di kelasnya). TNI AU memiliki tidak kurang 16 unit pesawat ini dimana 12 unitnya merupakan varian kursi tunggal (F-5E) dan sisanya kursi ganda (F-5F), ditempatkan di Skadron Udara 14, Lanud Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur. Pesawat ini dijuluki "Sang Macan" oleh para penerbang TNI AU dan menjadi tulang punggung dari dekade 1980-an hingga tahun 2016, dimana oleh pabrikannya ia diberi julukan "Freedom Frighter". Ia bisa melesat dengan kecepatan 1,4 Mach di ketinggian jelajah 36.000 kaki karena didorong sepasang mesin J85-GE-13 Turbo Jet buatan pabrik General Electric dan mampu menjangkau ketinggian terbang hingga 50.500 kaki. Apabila dengan tanki penuh, ia bisa menjangkau jarak hingga 1.387 mil dan dengan perlengkapan penuh ia memiliki radius tempur 195 mil, atau dengan tangki penuh dan dua bom di sayap, ia memiliki radius 558 mil.[7]
Pesawat Tempur Mikoyan-Gurevich MiG-17 buatan Uni Soviet, terdapat 2 varian koleksi yaitu : MiG-17PF F-1182 dan WSK-Mielec Lim-5 F-1160 buatan Polandia (Lisensi MiG 17F Uni Soviet).
Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala baru-baru ini mendapat tambahan koleksi berupa Prototype Bom sejumlah 9 buah buatan Dislitbangau yang bekerjasama dengan PT. Pindad dan PT. Sari Bahari. Bom-bom tersebut merupakan bom latih (BLA/BLP) dan bom tajam (BT) yang memiliki daya ledak tinggi (high explosive), sebagai amunisi Pesawat Sukhoi Su-30, F-16, Super Tucano dll.[8]
Galeri
Patung Pahlawan Nasional TNI AU dan Swabuana Paksa yang ada di Ruang Utama
Swabuana Paksa yang ada di Ruang Utama
Kamera K-24 dibuat oleh Amerika tahun 1944. Kamera ini menjadi koleksi Museum Dirgantara Mandala sejak tahun 1978.
Nakajima Ki-43 II di Museum Angkatan Udara di Yogyakarta.
Helikopter Sikorsky S-58T Twin-Pac regristrasi H-3404. Menjadi koleksi Museum Dirgantara Mandala pada tahun 2017
Sudarno, Kolonel Drs. (2015). Panduan Museum Pusat TNI Angkatan Udara Dirgantara Mandala. Yogyakarta: Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala. hlm. 1.
Saragih, Maylina (2018). 18 Pesawat Warnai Muspusdirla Yogyakarta. Jakarta: Dinas Penerangan TNI AU.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)