Resin kemenyan dihasilkan oleh luka-luka memar yang dibuat di kulit batang pohon beberapa spesies Styrax yang tumbuh di Indonesia bagian barat dan di Asia Tenggara daratan. Jenis-jenis yang biasa diperniagakan adalah kemenyan yang berasal dari Sumatra (kemenyan sumatra), dan dari kawasan Indocina (kemenyan siam).
Sebagai bahan setanggi, wewangian, dan juga obat-obatan, resin kemenyan telah diperdagangkan semenjak berabad-abad yang lalu. Perkataan benzoin kemungkinan berasal dari bahasa Arablubbān jāwī (لبان جاوي, setanggi dari Jawa); yang melalui jaringan perdagangan Laut Tengah berubah dalam pengucapan menjadi benjawi dalam bahasa Katalunya, benjuì dalam bahasa Italia, dan benzoë dalam bahasa Latin.
Perniagaan Jalur Sutra agaknya telah mempertemukan beberapa banyak bahan setanggi yang aroma dan sifatnya bermiripan, sehingga acap dipetukarkan nama dan penggunaannya. Demikianlah, istilah kemenyan (benzoin) juga kerap digunakan untuk menggantikan perkataan Inggris frankincense, alias olibanum (Arab: lubbān, لبان), yakni resin bahan dupa yang dihasilkan oleh pohon-pohon dari margaBoswellia.[4][5] Tumbuh di wilayah Afrika dan India, resin jenis ini pada masa lalu terutama diperdagangkan oleh saudagar bangsa Arab,[6][7] sehingga dikenal pula sebagai kemenyan arab.
Satu lagi yang sering dipetukarkan adalah "kemenyan turki" atau balsam storaks (Ingg. storax balsam, atau storax saja). Perkataan storax bisa juga mengacu kepada pohon-pohon kemenyan (Styrax spp.), atau getah yang dihasilkannya; akan tetapi yang dimaksud dengan storax di sini adalah resin yang diproduksi dari jenis-jenis pohon Liquidambar, terutama dari L. orientalis (tumbuh di wilayah Asia Kecil) dan L. styraciflua (dari Amerika Tengah).[8][9][10]
Di samping S. benzoin, kemenyan dihasilkan juga oleh beberapa spesies Styrax yang lain. Dua wilayah terpenting sebagai penghasil kemenyan adalah Pulau Sumatra dan Laos; karenanya dalam perdagangan resin ini dikenal dua macam kemenyan yakni kemenyan sumatra dan kemenyan siam.[4][11]:112-119
Kemenyan sumatra, atau ada pula yang menyebutnya kemenyan jawa, dihasilkan terutama oleh pohon Styrax benzoin Dryand. (kemenyan durame, kemenyan betul) dan S. paralleloneurus Perkins (kemenyan toba, kemenyan bulu), sukuStyracaceae. Sedangkan kemenyan siam dihasilkan oleh S. tonkinensis (Pierre) Craib ex Hartwich, dan beberapa jenis minor.[4][11]
Telah diperdagangkan semenjak abad ke-8, kemenyan sumatra merupakan salah satu produk ekspor paling awal dari wilayah Nusantara.[11] Hingga sekarang, kemenyan jenis ini hanya dihasilkan dari wilayah Indonesia, dan mendominasi perdagangan kemenyan dunia,[11] meskipun sesungguhnya S. benzoin didapati pula tumbuh secara alami di Semenanjung Malaya, Asia Tenggara daratan hingga ke Bangladesh.[12]
Kemenyan arab adalah wewangian berbentuk hablur yang digunakan dalam dupa dan parfum. Kristal ini diolah dan diperoleh dari getah pohon jenis Boswellia dari sukuBurseraceae, di antaranya dari Boswellia sacra, B. frereana dan B. serrata (kemenyan india). Marga Boswellia ini tidak didapati di Indonesia; anggota suku ini yang terkenal di Nusantara adalah pohon kenari.
Kemenyan arab telah diperdagangkan jauh sebelum kemenyan sumatra dikenal, sekurang-kurangnya kemenyan ini telah diperniagakan semenjak 5.000 tahun yang silam.[6] Orang-orang Arab membawanya melalui Jalur Sutra hingga ke Eropa dan Cina.[7] Kemenyan inilah yang diyakini diceritakan dalam Alkitab sebagai kemenyan yang dibawa oleh orang-orang Majusi untuk persembahan atau hadiah bagi kelahiran Yesus.[13]
Kemenyan turki atau balsam storaks merupakan resin setengah padat yang melengket dan berwarna cokelat.[14] Resin ini dihasilkan dari batang Liquidambar orientalis Mill. yang dilukai. Kerabatnya di Indonesia, Liquidambar excelsa (rasamala) selain dihargai karena kayunya yang berkualitas baik, juga mengeluarkan resin yang disebut "getah malai"; getah yang berbau aromatis ini adakalanya disadap dan digunakan sebagai kemenyan.[15]:181
Balsam ini telah dikenal setidaknya sejak masa Herodotus (lk. 484–425 s.M.). Theophrastus dan Plinius bahkan telah memuatnya sebagai entri di dalam buku-buku yang mereka tulis.[16]