Surah Ar-Ra'd (bahasa Arab: الرّعد, translit. ar-Raʻd,, har.'guruh') adalah surah ke-13 dalam al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 43 ayat dan termasuk golongan surah Makkiyah. Surah ini dinamakan Ar-Ra'd karena dalam ayat 13 Allah berfirman yang artinya, "...dan guruh itu bertasbih sambil memuji-Nya".
Surah ini menceritakan tentang keesaan Allah, pesan-pesan dakwah, Hari Pengadilan Terakhir, serta azab-azab Allah. Surah ini menegaskan bahwa apa yang benar adalah benar; sedangkan apa yang salah menjadi salah. Ayat-ayat dalam surah ini mengajak manusia untuk tidak tertipu oleh kepalsuan dunia karena kepalsuan pasti akan sirna.
Surah ini dibuka dengan huruf muqatta'at Alif, Lam, Mim, Ra (A-L-M-R).
Isi
Surah ini membahas orang-orang yang saling bermusuhan, dan orang-orang beriman yang terus-menerus diberikan ujian. Orang-orang beriman diingatkan untuk tetap memohon pertolongan kepada Allah, sehingga urusan mereka diperbaiki.[1]
Kebenaran Al-Qur'an
Bukti-bukti kekuasaan Allah dan kesempurnaan ilmu-Nya (1–10)
Kebangkitan dan keruntuhan suatu bangsa tergantung pada sikap dan tindakan mereka sendiri (11)
Tanda-tanda keesaan Allah (12–17)
Tiap-tiap manusia memperoleh balasan amal perbuatannya masing-masing
Beberapa sifat dan perbuatan mulia dalam Islam (18–24)
Di antara sifat dan perbuatan orang-orang yang ingkar kepada Allah (25–27)
Ketenteraman bagi orang-orang beriman serta balasan bagi mereka (28–29)
Pengutusan rasul-rasul kepada manusia merupakan Sunnatullah
Allah mengutus Muhammad kepada umatnya sebagaimana Dia mengutus rasul kepada umat mereka (30)
Dalam tradisi Islam, petir dianggap sebagai tanda para malaikat yang tidak henti-hentinya mengatur awan dan hujan dalam tugasnya yang diberikan oleh Allah.[2] Dalam kitabnya Majmu' al-Fatawa al-Kubra, Ibnu Taimiyyah mengutip sebuah hadis marfu' yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, bahwa Ra'd adalah kelompok malaikat yang bertugas mengatur awan ibarat penggembala.[2][3] Ali bercerita bahwa guruh (bahasa Arab: رعدان, translit. ra'dān) adalah suara geraman para malaikat itu saat menggiring awan, sedangkan kilat (bahasa Arab: صوائق, translit. sawā'iq) adalah alat yang digunakan oleh para malaikat itu dalam mengumpulkan dan menggiring awan hujan.[2]Jalaluddin as-Suyuthi meriwayatkan sebuah hadis dari Ibnu Abbas tentang malaikat petir, sambil memberikan penjelasan lebih lanjut bahwa cahaya panas dihasilkan oleh petir (bahasa Arab: برق, translit. barq) merupakan sebuah cahaya yang muncul dari cambuk para malaikat.[2][3]Mufti Agung Arab Saudi, 'Abdul-'Aziz bin 'Abdullah Bin Baz juga memfatwakan bahwa ayat 13 surah ini sunnah dibaca jika seorang Muslim mendengar petir, sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari Zubair bin Awwam.[4]
Ayat 11
Pada ayat 11 berbunyi:
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.
Potongan ayat ini sering dikutip oleh motivator dan pengkhotbah Muslim untuk terus memperbaiki diri menjadi lebih baik. Namun para mufassir seperti ath-Thabari dan al-Qurtubi menjelaskan bahwa ayat ini menerangkan bahwa manusia pada dasarnya menerima anugerah kenikmatan yang banyak, tetapi perbuatan manusia itu dapat mengubah kenikmatan menjadi keburukan hanya karena perbuatan salah dan dosa. Tambahannya lagi, setiap manusia itu dijaga oleh malaikat-malaikat yang datang silih berganti.[5]
[7] Dan semua sujud kepada Allah baik yang di langit maupun yang di bumi, baik dengan kemauan sendiri maupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayang mereka, pada waktu pagi dan petang hari. ۩
^Muhammad Farooq-i-Azam Malik (penerjemah), Al-Qur'an, Petunjuk Bagi Umat Manusia - Inggris dengan Bahasa Arab Teks (Hardcover) ISBN0-911119-80-9
^ abcdAbduh Tuasikal, Muhammad (2009). "Ada Apa di Balik Petir?". Rumaysho. Diakses tanggal 26 February 2022. Al Khoroithi, Makarimil Akhlaq, Hadith Ali ibn Abi Talib; Ibn Taymiyyah, Majm al-Fatawa; al-Suyuti; Tafsir Jalalayn, Hasyiyah ash Shawi 1/31
^ abStephen Burge (2012). Angels in Islam Jalal Al-Din Al-Suyuti's Al-Haba'ik Fi Akhbar Al-mala'ik(ebook) (dalam bahasa Inggris). Taylor & Francis. hlm. 186. ISBN9781136504747. Diakses tanggal 26 February 2022. 257 Armad, al-Tirmidhc, al-Nasa'c, Ibn al-Mundhir, Ibn Abc latim, Abe 'l-Shaykh in al-“AVama, Ibn Mardawayh, Abe Nu'aym, in al-DalA”il, and al-kiya'in al-MukhtAra (Ibn 'Abbas)