Retorika (bahasa Belanda: retorica, bahasa Inggris: rhetoric) atau keterampilan berbicara adalah cabang dari ilmu dialektika yang membahas mengenai kemampuan dalam membuat argumen dalam bahasa sebagai alat di bidang ilmu etika.[1] Retorika (berasal dari bahasa Yunani: ῥήτωρ, rhêtôr, orator, teacher) adalah sebuah teknik pembujuk-rayuan menggunakan persuasi untuk menghasilkan bujukan baik terhadap karakter pembicara, emosional, atau argumen.[2]Seni ini berhubungan dengan kemampuan berbicara ataupun berbahasa yang dimiliki seseorang, dan bahkan merupakan kunci utamanya. Dari sisi historis, retorika dimaksudkan dengan apa yang ingin dicapai didasarkan bakat dan keterampilan sebagai kesenian berbicara dengan baik, hal inilah yang disebut retorika.[3] Awalnya Aristoteles mencetuskan dalam sebuah dialog sebelum The Rhetoric dengan judul 'Grullos' atau Plato menulis dalam Gorgias, secara umum ialah seni manipulatif atau teknik persuasi politik bersifat transaksional dengan menggunakan lambang untuk mengidentifikasi pembicara dengan pendengar melalui pidato, persuader (orang yang mempersuasi) dan yang dipersuasi saling bekerja sama dalam merumuskan nilai, kepercayaan dan pengharapan mereka.[4] Ini yang dikatakan Kenneth Burke (1969) sebagai konsubstansialitas dengan penggunaan media oral atau tertulis, bagaimanapun, definisi dari retorika telah berkembang jauh sejak retorika naik sebagai bahan studi di universitas. Dengan ini, ada perbedaan antara retorika klasik (dengan definisi yang sudah disebutkan di atas) dan praktik kontemporer dari retorika yang termasuk analisis atas teks tertulis dan visual. Misalnya, ketika seseorang menjadi pandai menggunakan retorika terhadap orang lain, orang itu akhirnya tanpa sadar menggunakannya pada diri sendiri.[5]
Seni berbicara ini dimiliki seseorang secara alami ataupun dengan menggunakan latihan khusus.[6] Keterampilan berbicara ini merupakan seni tentang berbicara yang merupakan sarana komunikasi dengan bahasa lisan meliputi proses penyampaian pikiran, ide, gagasan dengan tujusan melaporkan, menghibur, atau meyakinkan orang lain.[7]
Dalam proses penyampaian gagasan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:[7]
pembicara
lawan bicara (penyimak)
lambang (bahasa lisan)
pesan, maksud, gagasan, atau ide
Definisi
Retorika adalah cabang dari dialetika yang membahas mengenai kemampuan dalam membuat argumen dalam bahasa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata retorika (/re·to·ri·ka/ /rétorika/) merupakan keterampilan berbahasa secara efektif, atau studi tentang pemakaian bahasa secara efektif dalam karang-mengarang, dan atau seni berpidato yang muluk-muluk dan bombastis.[8]
Penggunaan retorika (dalam bahasa Inggris: "rhetoric") berarti seni berbicara atau menulis secara efektif.[9] Retorika juga diartikan sebagai studi tentang menulis atau berbicara sebagai sarana komunikasi atau persuasi.[10]
Secara penggunaan retorika dalam istilah public speaking oleh para ahli retorika, didefinisikan sebagai seni atau keahlian melalui berbicara ataupun berpidato yang perkembangannya telah ada sejak abad sebelum masehi.[11]
Retorika mengandung pengertian ilmiah yang ditandai oleh seperangkat ciri atau karakteristik keilmuannya, yaitu: 1) paradigma dan model berpikir yang bersifat umum, 2) penggunaan metode dan instrumen, dan 3) jangkauan permasalahannya. Untuk memenuhi karakteristik keilmuannya, maka terdapat tiga macam pertanyaan yang ditujukan pada retorika, yaitu: pertama, pertanyaan tentang apa hakikat retorika itu yang dikaji melalui ontologi retorika; kedua, pertanyaan tentang bagaimana retorika itu yang dikaji melalui epistemologi retorika; dan ketiga, pertanyaan tentang untuk apa retorika yang dapat dikaji melalui aksiologi retorika.[12]
Sejarah
Masa Yunani Kuno
Retorika Attic
Sistematis retorika yang pertama kali dibawa oleh orang-orang Syracuse, sekelompok orang Yunani di pulau Sicilia[13] daerah kekuasaan Yunani sekitar abad ke-5 SM. Seorang retorikus bernama Corax dan muridnya yang bernama Tissias menjelaskan retorika dalam buku yang ditulis dengan judul "Techne Logon" (seni kata-kata) sebagai teknik kemungkinan. Corax dan Tissias yang dikenal khalayak umum di Masa Retorika Attic (Semenanjung Attic, Yunani). Corax menerapkan dasar retorika yang digunakan dalam pidato kedalam 5 bagian yakni pengantar, uraian, argumen, penjelas tambahan, dan kesimpulan. Sedangkan muridnya Tissias memusatkan perhatian kepada dua aspek retorika yakni argumen dan kemungkinannya.[14]
Kepopulerannya di kota Atena adalah sebagai dua orang yang mengajarkan retorika kepada banyak orang yang memiliki keinginan yang dapat membuat menempati posisi atau jabatan tertentu di pemerintahan. Corax dan Tissias sebagai ahli retoris yang menyatakan bahwa retorika merupakan kemampuan berbicara di depan publik.[15] Di beberapa orang diberikan pelajaran mengenai retorika, tiga murid diantaranya yang bernama Gorgias, Lysias dan Isocrates mengembangkan corak retorika yang kemudian dikenal sebagai retorika sofis.
Retorika Sofis
Retorika pada abad ke-5 SM ketika kaum sofis melakukan perjalanan sebagai ahli seni yang berkeliling memberikan pelajaran retorika. Objek sentral dari perhatian mereka mengenai etos dan pathos, mereka mengesampingkan logos karena bagi mereka fungsi bahasa adalah untuk membujuk dan bukan untuk menjelaskan. Kemudian retorika dikembangkan oleh seorang ahli ilmu retorika sekaligus guru pertama retorika yang juga merupakan orang sofis bernama Georgias (485–380 SM), Georgias menjadikan retorika sebagai salah satu ilmu pengetahuan.[16] Ia memandang bahwa retorika sebagai alat membujuk yang efektif. Georgias mendapatkan banyak uang penghasilan dalam permainan kata retorikanya.[17] Retorika Georgias menekankan retorika pada teknik bicara spontan dan dimensi puitis didalam pengajarannya. Negeri itu sedang tumbuh sebagai Negara yang kaya.[18] Kelas pedagang cosmopolitan selain memiliki waktu luang lebih banyak, juga terbuka pada gagasan-gagasan baru.[18] Di Dewan Perwakilan Rakyat, di pengadilan, orang memerlukan kemampuan berpikir yang jernih dan logis, serta berbicara yang jelas dan persuasif.[18] Gorgias memenuhi kebutuhan “pasar” ini dengan mendirikan sekolah retorika. Gorgias menekankan dimensi bahasa yang puitis dan teknik berbicara impromptu.[18] Ia meminta bayaran yang mahal, sekitar 10 Drachma ( $ 10.000) untuk seorang murid saja.[18] Bersama Protagoras dan kawan-kawan, Gorgias berpindah dari satu kota ke kota yang lain.[18] Mereka adalah "dosen-dosen terbang".[18]
Ahli retorika dan seorang sofis lainnya bernama Protagoras berasal dari Abdera (490 SM-420 SM).[19] Di Yunani sekitar abad ke-5 sebelum masehi, Ia mengatakan bahwa setiap "kebenaran" didasarkan pada kebergantungan pada penggunaan retorika dan keterampilan berdebat.[20] Protagoras adalah yang paling berpengaruh dari sekelompok guru hukum dan retorika keliling yang dikenal sebagai kaum Sofis (dari bahasa Yunani: Sophia, yang berarti "kebijaksanaan"). Selama masa hidupnya, Protagoras memengaruhi pemikiran banyak pemuda lewat pemikirannya tentang retorika dan pengetahuan. Socrates dan Plato mengatakan kaum Sofis hanya sebagai ahli retorika, tetapi dengan Protagoras, ada langkah signifikan dalam etika menuju pandangan bahwa tidak ada yang absolut dan semua penilaian, termasuk penilaian moral, bersifat subjektif.[21]
Retorika Socrates dan Plato
Kemunculan Socrates (470-399 SM) sebagai seorang ahli filsafat sekaligus ahli pidato terkemuka, ia mendefiniskan retorika sebagai seni dalam menyampaikan pengetahuan sudah ada dan telah diyakini. Retorika tidak seharusnya sekadar omong kosong, tetapi harus digunakan untuk mencari kebenaran.[22]
Retorika yang diajarkan orang-orang sofis mendapatkan pertentangan Socrates dan Plato dan para filsuf lainnya terkhusus di dunia barat, karena berbagai tindakan para sofis. Plato memandang bahwa tindakan sofis tidak memiliki esensi dan tujuan pembicaraan yang jelas, hanya sekedar mengajar tiap orang untuk berbicara, yang seharusnya mereka fokus pada cara berbicara dan belajar mengenai apa yang harusnya diajarkan.[23] Tindakan yang demikian juga dikemukakan oleh sejarawan bernama Jacob Burckhardt (1898-1902) menyebut retorika zaman kuno sebagai "penyimpangan". Retorika Burckhardt merupakan gambaran dari perhatian dan minat dari zaman sebelumnya.[24] Dalam penggambarannya, Ia menggambarkan kaum sofis dengan cara yang agak negatif walau ketidaksetujuan seperti itu masih membuktikan keyakinan dasar kontra-modernnya. Burckhardt mencatat titik awal filosofis para sofis, "bahwa tidak ada persepsi yang benar dan umumnya valid, tidak ada pengetahuan, hanya imajinasi, yang dengan sendirinya dapat dipertahankan"; dan bahwa mereka “mungkin pantas mendapatkan banyak pujian sebagai pelopor sikap skeptis terhadap bukti persepsi".[25]
Retorika Aristoteles
Teknik retorika oleh Aristoteles di Yunani (384- 322 SM), dikemukakan dalam bukunya berjudul "The Art of Rhetoric". Aristoteles mengatakan bahwa "retorika adalah padanan (penggunaan istilah harfiah: antistrophe) dari dialektika".[26] Ia membahas mengenai retorika itu sendiri sebagai salah satu teknik yang disebut “bujuk-rayu” yang artinya persuasi baik terhadap karakter dan emosional seorang komunikator.[27] Aristoteles merupakan seorang murid didikan filsuf besar Yunani bernama Plato (427-347) dengan berlandasan pemikiran Plato, ia mengembangkan teknik dengan tujuan retorika dapat lebih efektif. Plato yang juga murid dari “bapak filsuf dunia” yakni Socrates (469-399 SM) yang memperkenalkan teori Lima Hukum Retorika (The Five Canons of Rhetoric) yang kemudian diprakarsai oleh Aristoteles. Dengan retorika klasik Socrates dan Plato, Aristoteles menjadikan lima tahap teknik menyusun pidato atau ceramah menggunakan teknik lima hukum retorika yang dikelompokan pada tahap yakni Penemuan (inventio), Penyusunan (dispositio), Gaya (elocutio), Memori (memoria), serta Penyampaian (pronuntitio).[28]
Dalam doktrin retorika Aristoteles [29] terdapat tiga teknis alat persuasi politik yaitu deliberatif, forensik dan demonstratif. Retorika deliberatif memfokuskan diri pada apa yang akan terjadi dikemudian bila diterapkan sebuah kebijakan saat sekarang. Retorika forensik lebih memfokuskan pada sifat yuridis dan berfokus pada apa yang terjadi pada masa lalu untuk menunjukkan bersalah atau tidak, pertanggungjawaban atau ganjaran. Retorika demonstratif memfokuskan pada epideiktik, wacana memuji atau penistaan dengan tujuan memperkuat sifat baik atau sifat buruk seseorang, lembaga maupun gagasan.[30]
Demosthenes
Sejak munculnya penggunaan retorika mulai dari zaman Yunani, retorika dikaitkan dengan kenegarawanan karena pada umumnya terlibat dalam politik dan tidak lepas dari para pemikir. Demosthenes (384-322 SM) merupakan pemikir yang dikenal sebagai sarjana rajanya orator masa Yunani-Romawi. Berbeda dengan Isocrates, ia menginginkan agar Yunani bebas dari kekuasaan Macedonia. Demosthenes lebih memfokuskan retorika melalui perkataan dari lisannya dibandingkan bagaimana ekspresi wajahnya ataupun bahasa tubuhnya di depan khalayak (pendengar).[31]
Romawi Kuno
Munculnya istilah retorika di Romawi ditandai runtuh simbol kejayaan Yunani digantikan oleh kekaisaran Romawi Kuno. Retorika merupakan hal yang didatangkan dan dibumikan oleh Romawi atas kemenangan ekspansi militer mereka ke Yunani. Romawi mempelajari perkembangan budaya Yunani, salah satunya ilmu berbicara, pidato berbekal pengetahuan teoritis yang mengandung retorika.[32] Retorika dikembangkan dan diperkenalkan oleh dua orang filsuf legendaris yakni Cicero dan Quintilianus.
Marcus Tullius Cicero
Marcus Tullius Cicero (106-43 SM) dikenal banyak orang Roma sebagai pembicara hebat, seorang profesor retorika Republik Romawi.[33] Cicero dianggap sebagai salah satu ahli retorika terkenal sebagai orator, dan gaya tulisannya berpengaruh kuat di dunia bagian barat.[34] Ia juga banyak dikenal sebagai seorang filsuf yang membawa perkembangan filsafat Yunani ke Roma, ke bahasa Latin, dan ke tradisi barat (filsafat barat) untuk pertama kalinya dalam pidato, surat dan dialognya.[35] Adapun bentuk interpretasi dirinya yang terkenal ditampilkan di "De Natura Deorum" dan "De Divinatione".[36] Cicero memandang bahwa retorika meliputi dua tujuan utama yakni anjuran dan penolakan (dissuasio). Dari penggabungan kedua hal itu, dapat ditemui pada berbagai pidato oleh orator-orator Romawi.[37] Pengajaran retorika klasik kepada murid berfokus pengaturan argumen dan struktur teks dalam berpidato (seperti, ekspresi wajah atau mimik). Dalam Dispositio, kanon retorika klasik yang membahas teknik argumen penyusunan penulisan dan bicara dalam bagian-bagian pidato atau ceramah agar tertata secara baik. Ia membagi kedalam enam elemen penting yang penulisan pidato yakni pembukaan (exordium), narasi terkait fakta (narratio), pembagian berbagai situasi maupun topik (partitio), kehadiran bukti (confirmatio), evaluasi kekeliruan pada kejadian (reprehensio), dan penutup (peroratio).[38]
Marcus Fabius Quintilianus
Marcus Fabius Quintilianus (35 SM-97 M) merupakan seorang guru yang ahli dalam berbicara atau berkata sekaligus orang yang berhasil membahas mengenai beberapa fakta Socrates, sebagai seorang guru orator, Quintilianus memfokuskan keyakinannya dalam pendidikan dengan peletakan pada kesempurnaan dan kemampuan yang ada pada manusia berekspresi sebagai dasar pendidikan atau pengajarannya.[39] Quintilian menggambarkan retorika sebagai "kefasihan yang dipersonifikasikan".
Masa Abad Pertengahan
St. Agustinus
Dalam perkembangan pendidikan agama Kristen, salah satunya seorang bapa gereja bernama St. Agustinus yang memiliki kontribusi penting dan mendominasi abad pertengahan. Agustinus (354–430 M) dilahirkan di Afrika Utara, tidak jauh dari Hippo Regius, tepatnya Tagaste. Ia memulai pendidikannya di kampung halamannya di Tagaste, dan kemudian belajar retorika dan filsafat di Kartago. Setelah itu, ia kembali ke kampung halamannya dan menjadi guru retorika. Kepindahannya ke Kartago pada tahun 372 sekaligus menjadikan dia sebagai guru ilmu retorika di sana.[40] Ia mengeksplorasi penggunaan retorika baru dalam Buku Keempat dari De Doctrina Christiana yang membahas bahwa konsep dasar dari apa yang akan menjadi homiletika, retorika khotbah. Agustinus memulai buku ini dengan menanyakan mengapa "kekuatan kefasihan, yang begitu mujarab dalam memohon baik untuk tujuan yang salah atau hak", tidak boleh digunakan untuk tujuan yang benar (IV. 3).
Zaman Modern
Retorika modern pertama (Renaisans)
Abad Pertengahan berlangsung selama seribu tahun (400-1400). Di negara bagian Eropa dengan selang waktu yang lama menjadikan warisan peradaban Yunani diabaikan. Pertemuan orang Eropa dengan Islam yang mengembangkan khazanah Yunani dalam Perang Salib yang mengakibatkan Renaisans. Salah seorang pemikir Renaisans yang menarik kembali minat orang pada retorika adalah Peter Ramus. Ramus menemukan bahwa seni retorika dan logika tercakup dalam keduanya retorika dan logika Inventio dan dispositio.[41] Inventio dan dispositio dimasukkannya sebagai bagian logika. Sedangkan retorika hanyalah berkenaan dengan elocutio dan pronuntiatio saja. Taksonomi Ramus berlangsung selama beberapa generasi.
Retorika oleh Roger Bacon (1214-1219) dihubungkan Renaisans dengan retorika modern, ia mengemukakan dengan menggunakan metode eksperimental, tetapi juga pentingnya pengetahuan tentang proses psikologis dalam studi retorika. Ia menyatakan, "... kewajiban retorika ialah menggunakan rasio dan imajinasi untuk menggerakkan kemauan secara lebih baik". Rasio, imajinasi, kemauan adalah ilmu-ilmu dalam psikologi yang kelak menjadi kajian utama ahli retorika modern.[42]
Aliran pertama retorika hingga masa modern dalam penekanan terhadap proses psikologis, dikenal sebagai aliran epistemologis. Epistemologi membahas tentang "teori pengetahuan" yang meliputi asal-usul, sifat, metode, dan batasan pengetahuan manusia.[43] Para pemikir epistemologis berupaya mengkaji retorika klasik sebagai sorotan perkembangan psikologi kognitif (seperti,pembahasan terkait proses mental). George Campbell (1719-1796) dalam buku pertamanya yang berjudul "Philosophy of Rhetoric", ia menggunakan metode psikologi guru dengan mempelajari Aristoteles. Psikologi departemen mencoba menjelaskan empat departemen perilaku manusia—atau departemen jiwa manusia: penyebab pemahaman, ingatan, imajinasi, sensasi, dan kemauan keras. Menurut definisi Campbell, retorika harus menunjuk pada upaya "mencerahkan pemahaman, menyenangkan imajinasi, menggerakkan perasaan, dan mempengaruhi kemauan".[44] Tokoh lainya yang memngembangkan retorika adalah Richard Whately mengembangkan retorika yang dirintis Campbell. Ia mendasarkan teori retorikanya juga pada psikologi fakultas. Hanya saja ia menekankan argumentasi sebagai fokus retorika. Retorika harus mengajarkan bagaimana mencari argumentasi yang tepat dan mengorganisasikannya secara baik. Baik Whately maupun Campbell menekankan pentingnya menelaah proses berpikir khalayak. Karena itu, retorika yang berorientasi pada khalayak (audience-centered) berutang budi pada kaum epistemologis - aliran pertama retorika modern.
Retorika modern kedua (belles lettres)
Abad modern kedua, retorika dikenal dengan nama Belles Lettrers (dalam bahasa Perancis berarti "tulisan yang indah").[45] Aliran retorika pada abad ini, salah satunya bernama Hugh Blair.
Hugh Blair
Aliran retorika modern kedua yang dikenal sebagai gerakan belles lettres. Retorika belletris merupakan retorika yang mengutamakan keindahan bahasa, segi-segi estetis pesan, terakdang juga mengabaikan segi informatifnya. Hugh Blair (1718-1800) sebagai seorang menteri agama, penulis, dan ahli retorika Skotlandia, ia dianggap sebagai salah satu ahli teori wacana tertulis pertama. Ia menulis Lectures on Rhetoric and Belles Lettres. Menganai hubungan antara retorika, sastra, dan kritik. Ia memperkenalkan citarasa (taste), yang diartikan sebagai kemampuan untuk memperoleh kepuasan dari suatu pertemuan dengan apa pun yang indah.[46]
Retorika modern ketiga (elokusionis)
Aliran ketiga disebut gerakan elokusionis, aliran yang menekankan teknik penyampaian pidato.[47] Gilbert Austin, misalnya memberikan petunjuk praktis penyampaian pidato, "Pembicara tidak boleh melihat melantur. Ia harus mengarahkan matanya langsung kepada pendengar, dan menjaga ketenangannya.[47] Pada abad kedua puluh, retorika mengambil manfaat dari perkembangan ilmu pengetahuan modern - khususnya ilmu-ilmu perilaku seperti psikologi dan sosiologi. Istilah retorika pun mulai digeser oleh speech, speech communication, atau oral communication, atau public speaking. Di bawah ini diperkenalkan sebagian dari tokoh-tokoh retorika mutakhir:
James A Winans
James A Winans dalam terbitan bukunya yang berjudul "Public Spaking" pada tahun 1917 yang membahas tentang teori psikologi dan cara penyampaian pidato. Ia menyatakan bahwa tindakan itu dipengaruhi perhatian, di mana persuasi diartikan sebagai suatu proses yang memunculkan perhatian yang memadai dan tidak dipengaruhi oleh proposisi.[48]
Charles Henry Woolbert
Retorika oleh Charles Henry Woolbert, retorika yang dikemukanya berkaitan dengan ilmu tingkah laku. Pandanganya tentang setorika tidak hanya berhubungan dengan teori ilmiah atau kajian ilmiah di mana pembicara mempengaruhi pendengar dengan pengetahuan ilmiah mnggunakan seni dalam berbicara.[49] Dalam karya bukunya berjudul "The Fundamental of Speech", ia membahas mengenai persiapan dalam berpidato yang didasarkan pada tahapan yakni 1) teliti tujuan, 2) khalayak dan situasi, 3) kecocokan proposisi, serta 4) kalimat secara logis.[50]
Alan H. Monroe
Retorika oleh Monroe sebagai pemikir dalam retorika, ia menghubungkan retorika kedalam cara pengorganisasian pesan atau pesan yang tersusun didasarkan pada proses berpikir manusia. Hal ini yang disebut urutan bermotif. Adapun urutan itu mencakup yakni 1) perhatian, 2) kebutuhan, 3 pemuasan, gambaran visual, serta tindakan.[51]
Barack Obama & Susilo Bambang Yudhoyono
Retorika sebagai bagian politik tidak terlepas dari bahasa politik. Hal ini memengaruhi masyarakat terhadap penggunaan bahasa politik yang menjadi cerminan suatu realitas. Presiden Barack Obama bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam konferensi pers menerapkan teori implikatur dan konsep atau teori-teori retorika bahasa sebagai pendekatan pragmatik.[52] Retorika oleh Obama dan Susilo Bambang semasa kepresidenennya sebagai aktor politik juga dalam penanggapan isu ISIS dalam United Nations General Assembly pada tanggal 24 September 2014. Penggunaan bahasa verbal dan nonverbal oleh Obama melalui retorikanya merupakan upaya dalam penyelesaian pertentangan dengan Islam terhadap Amerika Serikat negara yang anti Islam. Obama berusaha untuk mengatasi situasi dengan menawarkan beberapa solusi dan tindakan agar tidak ada teroris yang mengatasnamakan agama Islam. Sedangkan retorika yang dilakukan oleh Yudhoyono, disimpulkan bahwa ia memiliki keraguan dan kurang tegas dibandingkan dengan Obama dalam mengambil keputusan ataupun menawarkan solusi dalam menanggapi kasus ISIS. Karena Indonesia sebagai penganut muslim terbanyak di dunia sehingga Yudhoyono harus berhati-hati dengan hanya memberi himbauan agar tidak ada penyerangan lagi.[53]
Ruang lingkup
Retorika forensik
Retorika forensik difokuskan pada keadaan seseorang, instansi maupun lembaga (seperti, yuridius) dengan mendorong terjadinya rasa bersalah atau tidak, pertanggungjawaban atau ganjaran. Retorika forensik sering kali dikenal dengan retorika yudisial atau pidato yudisial.[54] Retorika forensik dapat digambarkan sebagai keterlibatan banyak pembelaan, masing-masing berbeda di setiap tempat, audiens, strategi, dan proses peradilan.[55]
Retorika epideiktik
Retorika epideiktik digunakan promosi nilai-nilai kewarganegaraan melalui bahasa pujian dan celaan. Retorika epideiktik dalam demonstratif, dimaksudkan sebagai wacana baik memuji atau penistaan dengan tujuan menyalahkan seseorang atau lembaga.[56]
Retorika deliberatif
Retorika deliberatif merupakan retorika yang memfokuskan diri pada apa yang akan terjadi dikemudian bila diterapkan sebuah kebijakan saat sekarang. Fokus utama retorika deliberatif adalah pada audiens politik seperti majelis demokratis. Tujuannya untuk membuat seseorang atau audiens terbuka terhadap penilaian tertentu (seperti motivasi orang melalui media sosal).[57]
Prinsip umum
Dalam kegiatan berbicara tentu terdapat hal yang mendasari di dalamnya, terdapat beberapa prinsip pokok, anatara membutuhkan paling sedikit dua orang, menggunakan bahasa yang dipahami bersama, mengakui atau menerima daerah referensi umum, merupakakn proses tukar pikiran antarpartisipan, peyampaian gagasan dengan tujuan melaporkan, menghibur, dan meyakinkan seseorang.[58]
Bentuk
Retorika adalah kunci dari ilmu bahasa terkhusus ilmu bina bicara, sebagai bagian dari ilmu bicara diklasifikasikan menjadi 3 bentuk, yaitu monologika, dialogika, dan bina teknik berbicara.[59]
Monologika
Monologika merupakan cabang ilmu yang membahas terkait seni berbicara secara monolog.[60] Berbicara monolog dimaksud adalah kecenderungan pada satu orang yang berbicara atau komunikasi satu arah. Contohnya, kata sambut kuliah umum, kata sambut ceramah, pidato, dan lain sebagainya.[61][62]
Dialogika
Dialogika merupakan cabang ilmu yang membahas terkait seni berbicara dialog.[63] Berbicara dialog dimaksud adalah kecenderungan pada 2 orang atau lebih yang mengambil bagian berbicara. Contohnya, tanya jawab forum, debat, diskusi, perundingan, percakapan biasa, dan lain sebagainya.[61][62]
Teknik bina bicara
Pembinaan teknik berbicara merupakan keefektifan dari teknik berbicara monolog dan dialog tergantung kemampuan dan keadaan dalam suatu proses pembicaraan yang memenuhi syarat retorika. Hal ini banyak dipelajari di bidang ilmu komunikasi.[64]
Landasan
Situasi
Kegiatan berbicara dapat terjadi dalam siituasi, kondisi,suasana,dan lingkungan tertentu.[65] Situasi yang dimaksud adalah berbicara secara formal (resmi) atau informal (tidak resmi).[65]
Tujuan
Tujuan dari penyampaian gagasan atau ide dalam keterampilan berbicara adalah untuk memperoleh respon atau tanggapan dari lawan bicara.[65] Tujuan dari peyampaian gagasan adalah melaporkan, menghibur, dan meyakinkan seseorang.[65]
Metode penyampaian
Terdapat empat cara atau metode penyampaian yang dapat dilakukan seseorang pada waktu berbicara, yaitu penyampaian berdasarkan naskah atau manuskrip penyampaian berdasarkan catatan kecil atau ekstemporer, penyampaian gagasan berdasarkan hafalan memoriter, penyampaian gagasan secara mendadak dan serta merta atau impromtu.[65]
Penyimak
Pembicara yang baik tentu akan bersifat komunikatif terhadap lawan bicara.[65] Dalam penyampaian gagasan atau ide pembicara harus memperhatikan siapa penyimak dari pembicaraan tersebut, supaya materi yang disampaikan dapat diterima secara berimbang.[65]
Unsur pendukung
Bahasa
Bahasa dapat dikatakan sebagai unsur pendukung utama retorika. Tidak ada retorika apabila tidak ada bahasa, karena penggunaan bahasa memiliki hubungan dalam penyajian pesan, hal ini merupakan wujud fisik dari retorika. Pada penggunaan bahasa inilah dilakukan pemilihan kemungkinan unsur bahasa yang dipandang paling persuasif oleh komunikator. Pemilihan unsur-unsur bahasa itu bisa dalam bentuk istilah, kata, ungkapan, gaya bahasa, kalimat, dan lain-lain.[66][67]
Etika dan nilai moral
Etika dan nilai moral sebagai bagian terpenting. Adanya etika dan nilai moral dalam retorika menjadikan aktifitas komunikasi yang dilakukan bertanggung jawab. Etika dan nilai moral inilah menjadi tumpuan bahwa orang yang menguasai retorika harus bertanggung jawab dalam aktifitas komunikasinya. Dalam mengkomunikasikan informasi, komunikator perlu memperhatikan tiga syarat yang berkaitan dengan etika yakni 1) bertanggung jawab memilih unsur persuasif dan menyadari kemungkinan melakukan kesalahan, 2) berusaha memahami dan memperlakukan secara jujur kerugian yang diakibatkan oleh penipuan diri sendiri, 3) Menoleransi pendengar yang tidak setuju dengan isi yang disampaikan.[67]
Penalaran yang benar
Penyampaian informasi dalam komunikasi harus didukung dengan penalaran yang benar agar informasi yang disampaikan memiliki kekuatan atau landasan. Dengan penalaran yang benar, pembawa pesan juga harus menggunakan argumen logis untuk meyakinkan pendengarnya. Untuk mendukung penalaran yang benar, pengguna (penerima pesan) atau retorika yang diterima dapat mengikuti kaidah penalaran seperti hukum berpikir, silogisme, probabilitas induksi, dan kesalahan penalaran.[68] Oleh karena itu, dalam retorika ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu akal dan karakter komunikator sehingga dapat dijadikan dasar persuasi dimana kepribadian digunakan sebagai tanda psikologis apakah pengirim pesan berbohong atau jujur.[69]
Pengetahuan yang memadai
Apabila tidak disertai dengan pengetahuan yang memadai, maka penyampai pesan dapat menjadi orang sekedar menghasut dengan omong kosongnya. Komunikator harus benar-benar memahami apa yang ingin mereka sampaikan. Mengenai materi dan strategi penyampaian dapat dipahami sebagai:
Pemahaman atau pengetahuan tentang materi yang akan disampaikan sangat penting bagi pembicara.
Keberhasilan retorika tergantung pada pemahaman pembicara tentang manusia (audiens) dan berbagai aspek.[70]
Manfaat
Belajar retorika sebagai ilmu dalam komunikasi khususnya berbicara memiliki banyak manfaat. Adapun 5 manfaat yang sangat membantu jika mampu menguasai ilmu retorika, yaitu: 1) Mampu merangkai kata ketika berbicara di depan khalayak umum, 2) Mampu memahami intonasi sebagai hal penting dalam berbicara dengan seseorang, 3) Ide yang tersampaikan mudah dicerna atau mudah dipahami, 4) Mampu menjadi pembicara yang pandai jika mempelajari retorika, dan 5) Mampu menghargai orang lain yang berbicara yang ada didepan, seperti dalam pertemuan dan sebagainya.[71]
Bidang
Politik
Retorika sebagai lambang pidato untuk mengidentifikasikan pembicara dengan pendengar. Ketika berpidato, retorika sebagai simbolisme merupakan konsep sangat penting karena dengan berpidato didepan khalayak secara terbuka akan berkembang wacana publik dan berlangsung proses persuasi. Pidato memiliki keterkaitan dengan retorika politik dengan tujuan agar tercipta masyarakat dengan negosiasi (konflik dan konsensus) yang terus berlangsung.[72] Contohnya, dalam kampanye politik melalui komunikasi politik. Penerapan lainnya, dalam debat calon gubernur DKI Jakarta 2017 oleh pasangan calon gubernur DKI Jakarta yakni Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, dalam retorikanya terkait politik, ia memperlihatkan kecakapan retorika untuk meningkatkan keberhasilan terpilih dengan merebut hati khalayak umum atau masyarakat pemilih. Ia, membangun retorika politik yang berfokus pada propaganda kebenaran ide, gagasannya.[73]
Akademik
Retorika membutuhkan pemahaman dan penguasaan bahasa dan pengetahuan budaya meliputi situasi retorika yang meliputi tujuan, audiens, topik, penulis, dan konteks, dan aspek lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.[74] Dalam bidang akademik seorang guru atau tenaga pendidik berkomunikasi dan menyampaikan percakapan informasi kepada pendengar secara tertulis atau lisan. Hal inilah yang dikenal retorika komunikasi verbal sebagai bagian penting bagi calon guru.[75]
Sarana
Sarana yang dapat dipergunakan dalam keterampilan berbicara untuk efektivitas komunikasi retoris adalah sebagai berikut.[76]
Mendengarkan
Mendengarkan adalah sikap yang penting dalam proses dialog dan diskusi.[76] Setiap peserta dalam diskusi selalu berganti peranan antara berbicara dan mendengar.[76]
Taktik retoris
Dalam uraian berikut ini akan dijelaskan sejumlah taktik yang dapat membantu untuk mencapai sasaran dan tujuan secara efektif dalam proses komunikasi retoris.[76]
Taktik afirmasi
Taktik "Ya". Menurut taktik ini, pertanyaan dirumuskan sedemikian rupa sehingga lawan bicara hanya dapat menjawab:”Ya”, dan perlahan-lahan menuntunnya kepada kesimpulan akhir yang jelas atau mengejutkan, yang harus diterima tanpa syarat.[76]
Taktik Mengulang Pembicara berusaha untuk menyampaikan pikiran dan idenya secara terus-menerus, gaya ini dapat menyebabkan lawan bicara menaruh perhatian kepada ide yang dianjurkan, dan berusaha mengolah ide itu.[76]
Taktik Sugesti Taktik ini bermaksud mempermudah lawan bicara untuk menyetujui pikiran, anjuran dan hasil pertimbangan kita.[76]
Taktik ofensif
Taktik Antisipasi Sementara lawan bicara menyampaikan pendapat, kita sudah mengantisipasi kelemahannya, sesudah itu kita langsung menjatuhkan pendapatnya dengan mengemukakan argumentasi kontra.[76]
Taktik Mengagetkan Lawan bicara menantang dengan satu pernyataan negatif, kita mengejutkan dia dengan satu jawaban balik dari sudut pandangan yang tak diduganya.[76]
Taktik Bertanya Balik Taktik ini melemparkan kepada lawan bicara satu pertanyaan balik yang menyebabkan dia menerima kekeliruannya sendiri.[76]
Taktik Provokasi Taktik ini memaksa lawan bicara untuk berbicara terus terang. Ini adalah satu model pertanyaan agresif, yang sering dipergunakan oleh para wartawan.[76]
Taktik Mencakup Taktik ini melihat argumentasi lawan dengan satu pengamatan yang mencakup dan lebih tinggi, sehingga dengan argumentasi itu sendiri dilemahkan dan tidak berlaku untuk dirinya sendiri.[76]
Taktik Memotong Taktik ini dipergunakan untuk mengontrol pembicara yang berbicara terlalu banyak, pembicaraannya dipotong dengan tiba-tiba dengan alasan untuk menyampaikan sesuatu yang penting.[76]
Taktik negasi
Taktik "tidak" Taktik ini menyangkal pendapat lawan bicara secara langsung, karena menuntut penjelasan yang tuntas.[76]
Taktik Kontradiksi Taktik ini mengemukakan pernyataan kontradiktoris (pertentangan secara esensial) atas apa yang dikatakan lawan bicara.[76]
Majas
Retorika juga merupakan salah satu jenis majas dalam Bahasa Indonesia. Majas retorika atau retorik berbentuk kalimat, berbeda dengan majas lain selain majas alegori dan majas parabel yang berbentuk narasi, karenanya ada yang menyebut kalimat retorik. Retoris adalah majas yang berupa pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu dijawab. Karena jawaban atau maksud si penanya sudah terkandung dalam pertanyaan tersebut. Contoh:
Untuk apa kita berperang, bukankah sebaiknya kita berdamai? Dalam kalimat di atas sudah dapat dijelaskan bahwa sebenarnya opsi yang dipilih dalam keadaan tersebut adalah opsi damai dan tidak ada opsi lainnya. Kalimat Retoris sering dipakai untuk menegaskan suatu maksud, tanpa mengeliminasi kondisi yang sedang terjadi. Contoh:
Mengapa kita berenang, apakah tidak lebih cepat dengan perahu? Kalimat tersebut menyatakan bahwa sebenarnya untuk mencapai suatu tujuan tidak harus menggunakan perahu karena suatu alasan diharuskan dengan berenang misalnya untuk infiltrasi ke markas musuh.
Kalimat retorik tidak memerlukan jawaban atas pertanyaan yang diajukan secara gamblang (essay), tetapi dapat diselesaikan dengan pilihan jawaban iya atau tidak. Kalimat retorik menyajikan suatu sindiran atau bahan introspeksi karenanya dipakai dalam pidato, khutbah, orasi, diskusi, debat dan cerita pendek seperti cerita anekdot.. Selain itu kalimat retorik digunakan dalam bertujuan untuk memberi semangat, menggugah hati, memotivasi, memberi kesadaran, dan sebagainya terhadap audiens atau pendengar.
^Aristotle's Rhetoric Book I Chapter 1 [1354a] "Archived copy". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-10-08. Diakses tanggal 2021-12-21.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Palmer, Terri (1997). "The Dictates of Reason: Bacon, Ramus, and the Naturalization of Invention". OSSA Conference Archive. 80. (dalam bahasa Inggris). 2: It was not universally agreed, however, that these arts ought to maintain the relationship that they did. Peter Ramus, a Frenchman raised in the scholastic tradition, disagreed with the above division. Ramus claimed to find that the scholastic arts of rhetoric and logic were epetitious, since invention and disposition were covered in both rhetoric and logic. ISSN2371-8323.
^Redaksi aceHTrend (2017). "Retorika Politik". acehtrend.com. Diakses tanggal 2021-12-23.
Erickson, Keith V. (ed.). 1974. Aristotle: The Classical Heritage of Rhetoric, Metuchen, NJ
Burnyeat, Myles. 1994. “Enthymeme: The Logic of Persuasion.” In DJ Furley and A. Nehamas (eds.), Aristotle's Rhetoric . Princeton: Princeton University Press. 3-55.
Cooper, John M. 1993. “Rhetoric, Dialectic, and the Passions.” In Oxford Studies in Ancient Philosophy 11: 175-198.
For other people named Albert Hammond, see Albert Hammond (disambiguation). Gibraltarian singer, songwriter and producer (born 1944) This biography of a living person needs additional citations for verification. Please help by adding reliable sources. Contentious material about living persons that is unsourced or poorly sourced must be removed immediately from the article and its talk page, especially if potentially libelous.Find sources: Albert Hammond – news · newspap...
Questa voce o sezione sull'argomento Stati Uniti d'America non cita le fonti necessarie o quelle presenti sono insufficienti. Puoi migliorare questa voce aggiungendo citazioni da fonti attendibili secondo le linee guida sull'uso delle fonti. Segui i suggerimenti del progetto di riferimento. Le regioni degli Stati Uniti d'America sono l'articolazione della macro-suddivisione geografica degli Stati Uniti d'America che legano aspetti geografici ad aspetti storico-culturali. Queste suddivisi...
Esqui aquático nosJogos Pan-Americanos de 2023 Santiago, Chile Dados Sede Lagoa Los Morros, San Bernardo Data 21–24 de outubro de 2023 Eventos 10 Participantes 48 de 10 CONs Medalhistas Ouro USA Estados Unidos (5 medalhas) ver a lista completa... Prata CAN Canadá (6 medalhas) ver a lista completa... Bronze CHI Chile (3 medalhas)USA Estados Unidos (3 medalhas) ver a lista completa... ← 2019 2027 → Esqui aquático nosJogos Pan-Americanos de 2023 Slalom masc fem Truqu...
Progression du record de France de natation sportive dames pour l'épreuve du 200 mètres nage libre en bassin de 50 et 25 mètres. Progression des records de France de natation dames Nage libre 50 m 100 m 200 m 400 m 800 m 1500 m Dos 50 m 100 m 200 m Brasse 50 m 100 m 200 m Papillon 50 m 100 m 200 m 4 nages 100 m 200 m 400 m Relais 4 × 50 m NL 4 × 100 m NL 4 × 200 m NL 4 × 50 m 4 nages 4 × 100 m 4 nages Bassin de 50 mètres Temps Athlète Naissance Âge Club Compétition Lieu Date 3 min...
Artikel ini adalah bagian dari seri:Sejarah permainan video Umum Masa keemasan permainan video arcade Sejarah permainan video Kelesuan permainan video di Amerika Utara 1983 Konsol Generasi pertama (1972–1977) Generasi kedua (1976–1984) Generasi ketiga (1983–1992) Generasi keempat (1987–1996) Generasi kelima (1993–2006) Generasi keenam (1998–) Generasi ketujuh (2005–) Generasi kedelapan (2012–) Ragam Sejarah permainan peran daring multipemain masif Sejarah permainan daring Seja...
Kadal pohon kalimantan Kadal pohon borneo, Apterygodon vittatumdari Merapun, Kelay, Berau Status konservasi Risiko Rendah (IUCN 3.1) Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Reptilia Ordo: Squamata Famili: Scincidae Genus: Dasia Spesies: D. vittata Nama binomial Dasia vittataEdeling, 1865[1] Sinonim Euprepes praeornatus Peters, 1871 Kadal pohon kalimantan atau bengkarung pohon kalimantan (Dasia vittata) adalah jenis kadal pohon yang endemik dari pulau Kal...
Yoshiyuki TominoYoshiyuki TominoLahirYoshiyuki Tomino (富野 喜幸code: ja is deprecated , Tomino Yoshiyuki)5 November 1941 (umur 82)Odawara, JepangKebangsaanJepangNama lainRin IogiMinoru YokitaniMinami AsaAlmamaterJurusan Seni Rupa Universitas NihonPekerjaanPembuat anime mecha, animator, penulis lagu, sutradara, penulis naskah, novelisTahun aktif1963–kiniTempat kerjaSunriseDikenal atasGundam Bagian dari seri tentangAnime dan manga Anime Sejarah Industri Animasi net orisina...
Artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Tolong bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak. Tulisan tanpa sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu.Cari sumber: Media negara – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR Media negara atau media pemerintah media yang berada di bawah kendali keuangan dan/atau editorial negara atau pemerintah, secara langsung ...
Seleção de São Martinho de Futebol Associação Associação de Futebol de São Martinho Confederação CONCACAF Material desportivo? Admiral Treinador Elvis Albertus[1] Capitão Jovany Anthony Mais participações Remsley Boelijn (10) Melhor marcador? Gerwin Lake (7)[2] Uniformetitular Uniformealternativo Uniformealternativo FIFA Código SXM Ranking –[3] Melhor colocação –[3] Pior colocação –[3] Elo Ranking 212 Melhor colocação 178 (1989) Pior colocação 212 (nove...
Jewish pilgrimage site in Meron, Israel Tomb of Rabbi Shimon bar Yochaiקבר רבי שמעון בר יוחאיEntrance to the tomb of Rabbi Shimon bar YochaiAlternative nameKever RashbiLocationMeron, IsraelRegionGalileeCoordinates32°58′51″N 35°26′26″E / 32.98083°N 35.44056°E / 32.98083; 35.44056TypeTombSite notesOwnershipPrivateManagementMinistry of Religious Services[1]Public accessYes The tomb of Shimon bar Yochai (Hebrew: קבר רבי...
Stadium in Singapore This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: Bedok Stadium – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (December 2020) (Learn how and when to remove this template message) Bedok StadiumAddress1 Bedok North Street 2, Singapore 469642LocationBedok, SingaporeCoordinates1°19′35.06″...
P.B.31 Nighthawk Supermarine Nighthawk Role Anti-Zeppelin fighter Night fighter Type of aircraft National origin United Kingdom Manufacturer Supermarine First flight 1917 Status Prototype only Number built 1 Developed from Pemberton Billing P.B.29E The Supermarine P.B.31E Nighthawk was a British aircraft of the First World War and the first project of the Pemberton-Billing operation after it became Supermarine Aviation Works Ltd. It was an anti-Zeppelin night fighter operated by a crew of thr...
2006 novel by Jack McDevitt First edition (publ. Ace Books)Cover art by Larry Price Odyssey is a science fiction novel by American writer Jack McDevitt. It was a Nebula Award nominee for 2007.[1][2] It is set in the 23rd century and explores the immorality of big business and the short-sightedness of the American government in minimizing support for space travel. Reception Carl Hays reviewing in Booklist said McDevitt's energetic character-driver prose serves double duty by ex...
Motor vehicle Dacia ManifestoOverviewManufacturerDaciaProduction2022[1]DesignerDavid Durand (design chief)[2]Body and chassisClassConcept carBody style2-door buggyDimensionsLength3,600 mm (141.7 in)[3]Curb weight720 kg (1,587 lb)[4] The Dacia Manifesto is an all-wheel drive electric buggy concept with high ground clearance, officially presented by Dacia on September 16, 2022.[5] Before that, the concept was briefly shown on...
Mountains and valleys dominate the topography of Bhutan. Haa Valley The valleys of Bhutan are carved into the Himalaya by Bhutan's rivers, fed by glacial melt and monsoon rains. As Bhutan is landlocked in the mountainous eastern Himalaya, much of its population is concentrated in valleys and lowlands, separated by rugged southward spurs of the Inner Himalaya.[1][2][3][4][5]: 72, 84, 91 [6] Despite modernization and d...
Part of a series onPunjabis History Folklore Language Dialects Punjab Punjabis Nationalism DiasporaAsia Afghanistan Europe United Kingdom North America United States Canada Oceania Australia New Zealand Culture Clothing Cuisine Dance Festivals (India • Pakistan) Literature Media Music Religion (Folk religion) Sport Television Regions Majha Malwa Doaba Puadh Bagar Pothwar Derajat Bhatiore Bhattiana Chhachh Kachhi Doabs (Indus Sagar • Chaj • Rachna • Bari • Bist) Bars (Sandal • Kira...
Brazilian footwear brand This article uses bare URLs, which are uninformative and vulnerable to link rot. Please consider converting them to full citations to ensure the article remains verifiable and maintains a consistent citation style. Several templates and tools are available to assist in formatting, such as reFill (documentation) and Citation bot (documentation). (September 2022) (Learn how and when to remove this template message) HavaianasProduct typeFlip-flopsOwnerAlpargatas S.A.Coun...
American baseball player Baseball player Ken PhelpsPhelps in 1980Designated hitter / First basemanBorn: (1954-08-06) August 6, 1954 (age 69)Seattle, Washington, U.S.Batted: LeftThrew: LeftMLB debutSeptember 20, 1980, for the Kansas City RoyalsLast MLB appearanceSeptember 8, 1990, for the Cleveland IndiansMLB statisticsBatting average.239Home runs123Runs batted in313 Teams Kansas City Royals (1980–1981) Montreal Expos (1982) Seattle Mariners (1983–1988) N...
Cataloging of published recordings by LeAnn Rimes LeAnn Rimes discographyLeAnn Rimes in concert, 2004Studio albums17Live albums1Compilation albums10EPs3Singles47Soundtrack albums1Christmas singles9Promotional singles16Album appearances21 American recording artist LeAnn Rimes has released 17 studio albums, ten compilation albums, one live album, one soundtrack album, three extended plays (EP's), 60 singles, nine Christmas singles and 16 promotional singles. Rimes has sold over 37 million recor...
Strategi Solo vs Squad di Free Fire: Cara Menang Mudah!