Prasasti Singapura merujuk kepada suatu prasasti yang dijumpai ketika Sir Stamford Raffles membuka Singapura. Penemuan prasasti tersebut terdapat di dalam karya Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi. Prasasti tersebut berbentuk empat segi, selebar sedepa (1,7 meter) dan mempunyai tulisan yang dipahat. Prasasti tersebut dijumpai di ujung tanjung semasa pembukaan Singapura, dan abadi sampai saat Bonham menjadi gubernur Singapura, Pulau Pinang dan Melaka. Saat itu seorang insinyur Inggris bernama Coleman telah memecahkan batu tersebut.
Beberapa usaha mengenali jenis tulisan telah dilakukan saat itu, tetapi masih tidak dapat dikenali. Malah salinan tulisan tersebut telah diantar ke London untuk mengenali asal tulisan tersebut tetapi masih gagal. Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi sendiri menyatakan bahwa kelihatannya tulisan itu seperti abjad Arab, tetapi akhirnya telah disimpulkan oleh Raffles sebagai abjad Hindi (bahasa Sanskerta) mengingat usia prasasti tersebut yang begitu lama.
Yang amat menarik bagi Prasasti Singapura ini adalah terdapat cerita yang selari mengenai prasasti ini yang terdapat di dalam Sulalatus Salatin. Di dalam karya tersebut telah dinyatakan dengan jelas mengenai seorang raja yang bergelar Raja Suran yang telah menakluk seluruh Tanah Melayu sampai ke Temasik. Di Temasik dia telah membuat suatu peti kaca dan masuk ke laut. Setelah itu, Raja Suran, dikatakan telah mendirikan suatu prasasti yang menceritakan segala kisah penaklukannya, termasuk peristiwa baginda masuk ke dalam laut dalam bahasa Hindustani.
Ternyata prasasti ini mempunyai persamaan dengan prasasti Singapura, berdasarkan fakta berikut:-
Kedua prasasti tersebut didirikan di Tumasik (Singapura).
Kedua prasasti tersebut dibuat dekat laut. Prasasti Singapura dijumpai di ujung tanjung, sementara prasasti Raja Suran Batu dibuat untuk memperingati kisah baginda masuk ke laut, pastinya dibuat dekat kawasan pantai, dan bukannya di kawasan berbukit.
Keduanya ditulis menggunakan abjad Hindustani.(Menurut pendapat Raffles).
Keduanya dibuat pada zaman lampau. (Sukar dipercayai terdapat dua prasasti dibuat dalam tempo yang dekat di tempat yang sama (Temasik) mengingat prasasti amat jarang dijumpai.)
Hanya raja yang berkuasa saja mempunyai pengaruh dan uang yang cukup untuk mendirikan prasasti. Tidak terdapat catatan mengenai raja yang kuat yang terdapat di Singapura selain rekod di dalam Sulalatus Salatin mengenai raja Suran.